Site icon Tafsir Al Quran | Referensi Tafsir di Indonesia

Mengenal Tafsir Sinar Karya Abdul Malik Ahmad, Ulama Asal Sumbar

Mengenal Tafsir Sinar Karya Abdul Malik Ahmad, Ulama Asal Sumbar

Abdul Malik Ahmad (sumber: pwmu.co).

Sampai dewasa ini, setidaknya ada tiga gaya penafsiran Alquran yang berkembang di tengah-tengah masyarakat muslim. Pertama, tafsir mushafi yang bertujuan untuk menemukan pesan di dalam teks Alquran sesuai dengan urutan mushaf Utsmani, model mushaf yang populer di kalangan umat muslim. Selanjutnya ada tafsir maudu’i yang memilah ayat-ayat tertentu dalam Alquran guna mendalami topik tertentu. Adapun yang terakhir ada tafsir nuzuli yang fokusnya untuk mengembalikan Alquran sesuai dengan konteks kelahirannya.

Berkaitan dengan tafsir nuzuli, Muhammad Izzat Darwasah dalam kitabnya, at-Tafsir al-Hadis: Tartib as-Suwari Hasab an-Nuzuli (2000) berpendapat bahwa, kemunculan tafsir nuzuli ini sebagai ikhtiar untuk membaca kenabian Muhammad dalam konteks historis. Lantaran menurutnya, Alquran merupakan satu-satunya kitab suci yang merekam sekian kejadian faktual berkenaan dengan kehidupan Kanjeng Nabi Muhammad. Mulai dari kehidupan masyarakat Arab pra-kenabian, figur Kanjeng Nabi Muhammad, sampai pada laku dakwah pasca menerima risalah kewahyuan.

Adalah Abdul Malik Ahmad, salah satu mufasir Nusantara yang menggunakan gaya tafsir nuzuli dalam penafsirannya. Melalui kitab Tafsir Sinar ini, Abdul Malik Ahmad menghendaki agar setiap umat muslim dapat memahami gerak dakwah Kanjeng Nabi Muhammad di masa-masa itu. Dengan begitu, Alquran menjadi hidup lantaran berisi sekian pengetahuan yang sedang berkembang dalam kurun usia ajaran Islam yang masih belia.

Baca juga: Mengenal Izzat Darwazah dan Model Tafsir Nuzuli

Menurut Khairul Fikri dalam risetnya, Tafsir Nuzuli Karya Ulama Nusantara: Studi atas kitab Tafsir Sinar Karya Abdul Malik Ahmad (2022), pemilihan nama kitab Tafsir Sinar ini disandarkan pada surah Asy-Syu’ara [42] ayat 52. Menurutnya, ayat tersebut menyiratkan bahwa Alquran dapat menjadi sinar (nur) yang menerangi umat manusia lintas zaman.

Kitab Tafsir Sinar yang diproduksi ulama kelahiran Tanah Datar, Sumatera Barat ini memang belum rampung ditulis. Jilid pertama yang terdiri dari tafsir surah al-Alaq [96] sampai surah al-Muddassir [74] memang selesai pada tahun 1962. Kendati demikian, keinginan Abdul Malik Ahmad untuk menuntaskannya sampai surah at-Taubah [9] tidak kesampaian. Ia lebih dulu dikebumikan pada 3 Oktober 1993 di usianya ke-81 tahun. Total, ia hanya berhasil menyelesaikan penulisan kitab Tafsir Sinar sejumlah lima jilid.

Baca juga: Tafsir Al-Qur’an Al-Karim, Tafsir Nuzuli Karya Quraish Shihab

Dari lima jilid kitab Tafsir Sinar ini, Abdul Malik Ahmad menguraikannya dengan cukup rinci. Ia menjelaskannya dengan detail dan mendalam terkait surah yang tengah ditafsiri. Misalnya saja surah al-Alaq [96] ayat 1-5. Lima ayat awal yang menjadi wahyu pertama dalam gerak dakwah Kanjeng Nabi Muhammad.

Baca juga: Mengenal Tafsir Firdaus An-Naim, Tafsir Nusantara Asal Madura

Kelima ayat awal surah al-Alaq bagi Abdul Malik Ahmad bukan hanya sekadar perintah untuk membaca demi mengail pengetahuan. Akan tetapi, kelima ayat itu adalah penegasan ihwal ajaran tauhid. Lantaran kelima ayat itu memuat banyak hal yang bisa ditarik benang merah, utamanya bahwa Allah sebagai Maha Segala dan manusia merupakan makhluk yang lemah serta terbatas.

Singkatnya, kitab Tafsir Sinar karya Abdul Malik Ahmad ini merupakan karya tafsir yang layak untuk dikaji lebih mendalam. Kendati belum genap, tetapi eksplanasi khas ulama Nusantara yang satu ini pada surah-surah yang sudah ditafsiri, tidak dapat ditanggalkan. Minimal kitab Tafsir Sinar ini dapat dijadikan sebagai pembanding atas gaya penafsiran nuzuli yang ada di negeri ini maupun dunia muslim internasional. Begitu.

Exit mobile version