Site icon Tafsir Al Quran | Referensi Tafsir di Indonesia

Kisah Nabi Ilyas as dalam Al-Quran dan Pertemuan dengan Nabi Ilyasa as

Nabi Ilyas as

Nabi Ilyas as

Nabi Ilyas as adalah seorang nabi yang diutus oleh Allah swt setelah nabi Daud dan Sulaiman. Beliau diperintahkan oleh Allah swt untuk berdakwah kepada kaum Baal di Kota Ba’albak yang terletak di daerah sebelah barat Damaskus (Suriah), daerah tersebut kini masuk wilayah Lebanon. Mereka adalah kelompok Bani Israil yang menyembah berhala Ba’al. Nabi Ilyas as menyeru mereka agar hanya menyembah kepada Allah dan mengesakan-Nya.

Menurut Wahb bin Munabbih, nabi Ilyas as merupakan putra Nissi bin Fanhas bin al-‘Izar bin Harun bin Imran. Sedangkan Menurut Ibn Ishaq, sebagaimana dikutip oleh Muhammad Washfi dalam Tarikh al-Anbiya’ wa ar-Rusul (hlm. 249), nabi Ilyas adalah putera Yusa ibn Fanhash ibn al-‘Izar ibn Harun, saudaranya Musa. Wahb juga menambahkan bahwa masa spesifik pengutusan nabi Ilyas as kepada bani Israil adalah sesudah Hizqil as (Hezkiel).

Kegigihan Nabi Ilyas Menghadapi Keingkaran Bani Israil dan Kemarau Panjang

Nama nabi Ilyas sendiri disebut dalam Al-Qur’an sebanyak empat kali, yaitu di Surat al-An’am ayat 85 dan ash-Shaffat ayat 123, 129, dan 130. Sedangkan, kisah tentang perjuangan nabi Ilyas dalam memperingatkan kaumnya termuat dalam surat ash-Shaffat ayat 124 hingga 128. Tidak banyak ayat yang menceritakan tentang kisah nabi Ilyas. Namun, keberadaannya sebagai nabi dan Rasul Allah swt sangat jelas disebutkan dalam surat ash-Shaffat ayat 123 tersebut.

Firman Allah swt:

وَاِنَّ اِلْيَاسَ لَمِنَ الْمُرْسَلِيْنَۗ ١٢٣

Dan sungguh, Ilyas benar-benar termasuk salah seorang rasul.” (QS. Ash-Shaffat [37]: 123)

Nabi Ilyas as lahir di tengah-tengah kaum penyembah berhala. Mereka bersama Raja Ahab yang kejam membuat dan menyembah patung Baal besar di tengah kota untuk dijadikan sebagai pusat penyembahan. Nabi Ilyas seringkali berkata kepada mereka, “Mengapa kamu tidak bertakwa? Patutkah kamu menyembah Baal dan kamu tinggalkan sebaik-baik Pencipta, (yaitu) Allah Tuhanmu dan Tuhan bapak-bapakmu yang terdahulu?” (QS. Ash-Shaffat: 124-126).

Baca Juga: Kisah Nabi Ibrahim as Yang Tak Hangus Dibakar Api

Mendengar ajakan dari nabi Ilyas, kaum bani Israil begitu marah dan berkata, “Hai Ilyas, berani sekali engkau meminta kepada kaum kami untuk meninggalkan tuhan-tuhan kami. Sesungguhnya, kami melakukan hal itu karena bapak-bapak kami juga telah melakukan hal tersebut.” Nabi Ilyas kemudian segera mendatangi Raja Ahab dan mengatakan bahwa jika mereka tidak bertaubat, maka Allah akan mendatangkan malapetaka berupa kemarau panjang selama tiga tahun.

Nabi Ilyas juga mengingatkan bahwa berhala yang mereka sembah itu tak akan mampu menolong ketika penduduk mendapat azab. Namun rupanya peringatannya justru membuat penduduk marah dan terusik. Mereka mengusir nabi Ilyas dan melemparinya dengan batu. Nabi Ilyas tak membalas perlakuan mereka dan tetap melanjutkan dakwah meskipun hanya menuai keingkaran bani Israil. Hingga pada suatu hari, penduduk geram dan mengusir Nabi Ilyas untuk selama-lamanya.

Dalam Ensiklopedia Islam, disebutkan bahwa Nabi Ilyas berusaha menghindari kejaran kaumnya. Ia bersembunyi dari satu tempat ke tempat lain. Karena perbuatan buruk nabi Israil itu, Allah swt lalu menimpakan azab kepada mereka berupa kekeringan dan kemarau panjang. Hujan tidak turun di negeri mereka selama kurang lebih tiga tahun. Hewan ternak banyak yang mati dan sawah ladang kering sehingga mereka kesulitan mendapatkan makanan.

Penduduk pun marah dan menganggap bencana tersebut karena kedatangan nabi Ilyas dan kemarahan berhala mereka. Dalam sumber lain disebut Raja Israil meminta para imam berdoa ke berhala agar kemarau lekas usai. Tapi kemarau berkepanjangan tetap berlanjut dan tidak berhenti. Akhirnya, bani Israil semakin marah tak terkira dan mereka bertekad untuk memburu nabi Ilyas secara besar-besaran.

Dalam tafsirnya, Ibnu Katsir menjelaskan bahwa nabi Ilyas terpaksa selalu berpindah tempat pasca diburu akibat keingkaran bani Israil. Terkadang, ia tinggal di rumah seorang kaumnya yang memercayai Ilyas. Terkadang, ia tinggal di gua. Namun, Ilyas tak pernah berhenti berdakwah dan menyampaikan kebenaran. Beliau dengan gigih menyampaikan ajaran Allah swt. Menurut sejumlah literatur, setiap rumah yang disinggahi Nabi Ilyas akan tercium bau makanan.

Di tengah pelariannya, nabi Ilyas menemukan sebuah rumah di gurun pasir. Sumber lain menyebut, di tengah persembunyian itu Ilyas diutus untuk menemui seorang ibu yang memiliki anak laki-laki. Ilyas tinggal sementara di sana, makan, minum, tidur dan hari-harinya dihabiskan di rumah itu. Di situlah ia dipertemukan dengan Ilyasa’ yang kelak juga diangkat sebagai Nabi Allah.

Kondisi Ilyasa’ saat itu bergitu memprihatinkan karena ia mengidap sakit keras sejak lama. Kemudian nabi Ilyas berdoa dan memohon kepada Allah swt agar penyakitnya disembuhkan. Berkat izin Allah swt, Ilyasa’ bisa sehat seperti sedia kala. Nabi Ilyas kemudian mulai mengajarkan ilmu-ilmu agama kepada Ilyasa. Menurut sebagian riwayat, hal yang pertama diajarkan kepada ilyasa adalah tauhid.

Nabi Ilyas ditemani Ilyasa’ kemudian melanjutkan dakwah mereka. Pada saat itu, kondisi kekeringan dan kemarau panjang sudah demikian parah menimpa bani Israil, makanan sudah sulit didapat, ternak banyak yang mati, dan lahan-lahan menjadi tandus. Karena putua asa, mereka pun berusaha mencari nabi Ilyas. Ketika berjumpa, mereka memohon kepada beliau agar bisa membantu persoalan yang dihadapi kaumnya.

Baca Juga: Kisah Nabi Yahya dalam Al-Quran: Dapat Hikmah dan Maksum Sejak Kecil

Nabi Ilyas memerintahkan kaumnya agar meninggalkan sesembahan berhala Baal dan beriman kepada Allah. Dalam doanya, Nabi Ilyas memohon kepada Allah agar mengabulkan doanya. Beliau berkata, “Ya Tuhanku, semoga Engkau berkenan menghilangkan dari mereka bahaya kelaparan yang telah mengancam kehidupan mereka, dan mudah-mudahan (setelah itu terjadi) menjadikannya orang-orang yang bersyukur kepada Engaku.”

Allah swt mengabulkan doa nabi Ilyas dengan menurunkan hujan sehingga kekeringan dan kemarau panjang berakhir. Hujan ini membuat sawah-ladang menjadi subur kembali, binatang-binatang berkembangbiak dan menurunkan anak-anaknya yang sangat banyak. Namun, keimanan mereka ini tak berselang lama, sebab keingkaran bani Israil kembali dengan menyembah Baal dan berhala lainnya. Mereka akhirnya diazab dengan kekeringan dan kemarau panjang. Wallahu a’lam.

Exit mobile version