BerandaKisah Al QuranKisah Nabi Ibrahim as Yang Tak Hangus Dibakar Api

Kisah Nabi Ibrahim as Yang Tak Hangus Dibakar Api

Nabi Ibrahim as adalah nabi ke-6 dalam sejarah rasul Allah yang wajib diketahui umat Islam. Secara silsilah, nabi Ibrahim adalah Ibrahim bin Azzar bin Tahur bin Sarush bin Ra’uf bin Falish bin Tabir bin Shaleh bin Arfakhsad bin Syam bin Nuh. Beliau dilahirkan pada tahun 2295 SM di negeri Mausul. Sebagai seorang yang mulia, tugas nabi Ibrahim as memiliki tugas berat untuk mendakwahi masyarakat jahiliyah penyembah berhala.

Arti nama Ibrahim adalah sebagaimana yang tertuang dalam Taurat, disebutkan bahwa nabi Ibrahim as dikenal sebagai Abram yang artinya ayah yang luhur. Sebagian lain berpendapat bahwa nama Ibrahim berasal dari ab, rab, dan ham yang berarti ayah, banyak dan sebagian besar. Maka, kata Ibrahim berarti “ayah bagi sebagian besar manusia” atau menjadi “pemimpin bagi sebagian besar manusia di dunia.”

Hal ini senada dengan penyebutan namanya dalam Al-Qur’an surah al-Baqarah ayat 124, “Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman: “Sesungguhnya aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia.” Ibrahim berkata: “(Dan saya mohon juga) dari keturunanku.” Allah berfirman: “Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang yang zalim.”

Kisah Nabi Ibrahim Yang Tak Hangus Dibakar Api

Nabi Ibrahim as dikenal cerdas dan kritis sejak belia. Beliau sering bertanya-tanya pada dirinya, di manakah Tuhan itu? Manakah yang dinamakan Tuhan? Kemudian Allah swt memberikan wahyu kepada nabi Ibrahim tentang hakikat ontologi Tuhan sekaligus mengutusnya sebagai penyampai keberadaan-Nya dan mengajak semua orang untuk senantiasa bertakwa kepada Allah swt serta meninggalkan berhala berhala yang tidak penting.

Baca Juga: Kisah Nabi Yahya dalam Al-Quran: Dapat Hikmah dan Maksum Sejak Kecil

Suatu ketika nabi Ibrahim as melakukan tipu daya dengan berhala-berhala yang disembah oleh kaumnya. Ketika mereka pergi keluar kampung untuk menyaksikan anugerah hari besar, nabi Ibrahim menuju berhala-berhala kaumnya. Setiap berhala berhias dengan indah dan di hadapannya tersaji berbagai macam makanan sebagai kurban atau sesembahan. Lalu Nabi Ibrahim dengan nada mencela dan mencemooh berkata:

Mengapa kamu tidak makan? Mengapa kamu tidak menjawab? Lalu dihadapinya (berhala-berhala) sambil memukulnya dengan tangan kanannya.” (QS. Ash-Shaff: 91-93).

Nabi Ibrahim as kemudian menghancurkan berhala-berhala itu hingga hancur berkeping-keping dengan menggunakan kapak dan hanya menyisakan patung yang paling besar saja. Kemudian beliau meletakkan kapaknya di tangan berhala itu, untuk memberikan kesan bahwa dia-lah pelaku yang menghancurkan berhala-berhala lainnya.

Saat kaumnya pulang, mereka terhenyak dengan apa yang menimpa berhala-berhala. “Mereka menyatakan, “Siapakah yang melakukan (perbuatan) ini terhadap tuhan-tuhan kami? Sungguh, dia termasuk orang yang zalim.” (QS Al-Anbiya: 59).  Ketika mereka menyadari bahwa itu adalah perbuatan nabi Ibrahim, maka mereka bermaksud menghukumnya.

Nabi Ibrahim as berdalih dan berkata, “Sebenarnya (patung) besar itu yang melakukannya. Maka tanyakanlah kepada mereka, jika mereka dapat berbicara.” (QS. Al-Anbiya’: 63). Nabi Ibrahim menyebutkan hal tersebut tidak dengan makna sesungguhnya, ia hanya memberikan satire terhadap kaumnya agar mereka sadar atas kebodohan yang mereka lakukan.

Pada saat itu, kaum nabi Ibrahim sebenarnya sadar akan kebodohan mereka. Namun mereka tidak menerimanya karena kesombongan, keangkuhan, dan takut akan kehancuran tatanan sosial yang ada. Akhirnya, mereka – yang dipimpin oleh raja Namrud – memutuskan untuk menghukum Ibrahim. Mereka mengucapkan, “Buatlah bangunan (perapian), lalu lemparkan dia kedalam api yang menyala-nyala itu.” (QS. Ash-Shaffat: 97).

Mereka kemudian mengumpulkan berbagai jenis kayu dari semua tempat yang bisa mereka dapatkan. Lalu mereka mengarah ke sebuah tanah lapang-keras yang luas, dan meletakkan kayu bakarnya disana. Kemudian mereka membakarnya, hingga api berkobar dan membumbung tinggi, belum pernah terlihat pemandangan api yang seperti itu sebelumnya. Panasnya memancar hingga puluhan meter ke area sekitar.

Setelah itu mereka meletakkan nabi Ibrahim as dalam manjaniq (sejenis pelontar batu untuk perang kuno). Mereka mengikat nabi Ibrahim dengan meletakkan di belakang pundak. Selain itu mereka juga menanggalkan seluruh pakaian nabi Ibrahim, hingga beliau dalam keadaan telanjang tanpa sehelai kainpun. Lalu mereka lemparkan ke dalam kobaran api.

Ketika nabi Ibrahim dilemparkan ke dalam kobaran api, beliau mengucapkan “Hasbunallah wa ni’mal wakil (cukuplah Allah sebagai penolong) kami, dan dialah sebaik-baik pelindung).” Sebagian ulama menyebutkan, ketika nabi Ibrahim berada di udara setelah dileparkan, malaikat Jibril menawarkan bantuan kepada beliau, Jibril berkata, “Hai Ibrahim! Apa kau punya suatu keperluan?” nabi Ibrahim menjawab, “Tidak padamu.”

Kemudian Allah swt berfirman:

قُلْنَا يٰنَارُ كُوْنِيْ بَرْدًا وَّسَلٰمًا عَلٰٓى اِبْرٰهِيْمَ ۙ ٦٩

Kami (Allah) berfirman, “Wahai api! Jadilah kamu dingin, dan penyelamat bagi Ibrahim!” (QS. Al-Anbiya’ [21]: 69).

Setelah beberapa hari berada dalam kobaran api, kemudian Allah memerintahkan kepada nabi Ibrahim untuk keluar dan agar tidak berbicara kepada orang-orang yang menyaksikan pembakaran tersebut. Seluruh orang yang menyaksikan kebingungan dengan apa yang mereka lihat, karena nabi Ibrahim yang tak hangus dibakar api. Demikianlah tanda-tanda dari kebesaran Allah swt, ketika Dia berkehendak, maka tidak ada sesuatupun yang mampu menolak.

Baca Juga: Ingin Dikenang Baik di Dunia dan Akhirat? Amalkan Doa Nabi Ibrahim Ini!

Dari kisah nabi Ibrahim yang tak hangus dibakar api di atas, kita dapat mempelajari beberapa hikmah, yakni: seorang muslim harus memiliki pikiran yang tajam dan kritis terhadap apa yang ada di sekitarnya; jangan pernah menyekutukan Allah swt kepada sesuatu apapun, baik berhala fisik maupun berhala-berhala lainnya; seorang hamba yang beriman seyogyanya meyakini bahwa Allah swt adalah satu-satunya tempat bergantung dan meminta pertolongan meskipun ia telah berusaha. Wallahu a’lam.

Muhammad Rafi
Muhammad Rafi
Penyuluh Agama Islam Kemenag kotabaru, bisa disapa di ig @rafim_13
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

tafsir surah al-An'am ayat 116 dan standar kebenaran

Tafsir Surah Al-An’am Ayat 116 dan Standar Kebenaran

0
Mayoritas sering kali dianggap sebagai standar kebenaran dalam banyak aspek kehidupan. Namun, dalam konteks keagamaan, hal ini tidak selalu berlaku. Surah al-An'am ayat 116...