Site icon Tafsir Al Quran | Referensi Tafsir di Indonesia

Rahasia Sapi Di Balik Penamaan Surah Al-Baqarah

sapi di balik penamaan surah Al-Baqarah

sapi di balik penamaan surah Al-Baqarah

Hewan menjadi salah satu tanda yang dipilih oleh Al-Quran ketika menyampaikan pesan-pesannya. Dalam David Burnie (ed), Ensiklopedia Dunia Hewan, hewan juga disebut hewan atau fauna adalah makhluk hidup paling beragam di planet. Namun, tidak semua hewan ditunjuk oleh Al-Quran, hanya beberapa saja.

Terhitung ada sekitar dua puluh empat nama hewan menghiasi ayat-ayat Al-Quran, mulai dari hewan yang hidup di darat, laut dan amfibi; hewan buas, jinak; vertebrata dan invertebrata; dan yang lainnya. Hewan yang dimaksud yaitu: keledai, singa, gajah, ikan, kuda, bigal, anjing, unta, kambing, sapi, burung, belalang, kutu, katak, rayap, lebah, semut, laba-laba, ular, serigala, babi, kera, nyamuk dan lalat. (Dani Hidayat, Hewan dalam al-Qur’an (Kajian Tafsir Maudhu’iy)).

Dani Hidayat dalam penelitiannya juga menyatakan bahwa Al-Quran tidak saja menyebutkan nama hewan tanpa memberitahu manfaatnya. Selain itu, penyebutan hewan dalam Al-Quran juga memberikan isyarat bagi manusia bahwa hewan itu juga penting bagi manusia, dengan begitu manusia tidak memperlakukan hewan sesukanya, manusia senantiasa menyayangi hewan, dan dalam ilmu pengetahuan, hewan juga telah banyak menginspirasi ilmuwan sehingga tidak jarang ada penemuan-penemuan modern yang berawal dari arsitektur tubuhnya atau bagian hewan yang lainnya.

Beberapa hewan tersebut ada yang istimewa, sehingga Al-Quran mengambilnya sebagai nama surah dalam Al-Quran. Sebut saja sapi, hewan yang menjadi nama dari surah Al-Baqarah. Kira-kira apa yang melatarbelakangi pemilihan hewan sapi dalam penamaan surah Al-Baqarah?

Baca Juga: Mengenal Surah Al-Baqarah (Bag. 1): Karakteristik dan Nama Lainnya

Cerita sapi di balik penamaan surah Al-Baqarah

Dalam Ensiklopedia Dunia Hewan dikatakan bahwa sapi merupakan salah satu hewan pemamah biak, spesies yang membentuk famili ini disebut juga dengan Bovida. Anggotanya mencakup sapi liar dan peliharaan. Ciri-cirinya yaitu kaki panjang ramping, bertanduk tapi tidak bercabang seperti rusa. Sapi memiliki arti penting dalam perekonomian manusia, sehingga ia merupakan hewan yang paling banyak diternakkan.

Sapi dalam al-Qur’an disebutkan sebanyak 18 kali. Sembilan kali disebutkan dengan menggunakan kata baqar yang terdapat dalam QS. al-An’am [6]: 144 dan 146; QS. Yusuf [12]: 43 dan 46; QS. al-Baqarah [2]: 67-71. Dan sembilan kali disebutkan dengan menggunakan kata ‘ijl, lebih tepatnya yaitu anak sapi, terdapat pada QS. al-A’raf [7]: 148 dan 152; QS. Taha [20]: 88; QS. Hud [11]: 69; QS. al-Baqarah [2]: 51, 54, 92, dan 93; QS. al-Nisa’ [4]: 153.

Dari beberapa ayat tersebut, penyebutan sapi dalam rangka menginformasikan banyak hal, antara lain: sapi itu termasuk hewan yang halal dimakan, sapi yang ada dalam mimpi Nabi Yusuf, sapi yang diperintahkan pada kaum Nabi Musa untuk disembelih, kasus patung anak sapi yang disembah oleh kaum Nabi Musa dan kisah daging anak sapi yang dijadikan suguhan pada tamunya oleh Nabi Ibrahim.

Al-Razi, seorang mufassir yang terkenal dengan model tafsirnya yang dialogis memahami semua kata sapi yang ada dalam ayat-ayat di atas dengan makna denotatif, yaitu sapi dengan makna yang sebenarnya, sapi sebagai hewan. begitu juga dengan tafsir al-Tabari. Meskipun demikian, tampak sebuah isyarat yang tidak biasa ditunjukkan oleh al-Qur’an tentang sapi melalui ayat-ayat di atas.

Kelompok ayat yang menggunakan redaksi baqar mengarah pada petunjuk tentang manfaat sapi bagi manusia, mulai dari hewan yang dapat dimakan, hewan yang dapat disembelih untuk memberikan solusi sebuah kasus (dalam cerita ini adalah pembunuhan) dan hewan yang dijadikan isyarat akan sebuah kejadian besar.

Baca Juga: Mengenal Penamaan Surat dalam Al-Quran, Begini Penjelasannya

Lantas, kenapa hewan yang dipilih untuk menyampaikan pesan dalam ayat ini adalah sapi? Az-Zarkasyi dalam Al-Burhan fi Ulumil Quran lebih menyoroti kasus yang berakhir dengan perintah penyembelihan sapi dalam penamaan surah Al-Baqarah. Menurutnya, oleh karena kisah tentang perintah penyembelihan sapi ini memiliki hikmah atau pelajaran yang sangat tinggi nilainya, maka kemudian nama surah yang memuat cerita ini diambil dari ‘tanda’ utamanya yaitu al-baqarah.

Beberapa hikmah tersebut antara lain adalah dari sisi teologis dan dari sisi ekonomis. Dalam tafsir surah Al-Quran yang lain, yaitu surah al-An’am [6]: 144, Tafsir Al-Qurtubi menyampaikan bahwa–khususnya- pada kaum Yahudi, tepatnya Malik bin Auf dan para pengikutnya bahwa sapi itu halal, karena mereka sebelumnya telah mengharamkannya.

Pengharaman sapi oleh kaum Yahudi ini dimungkinkan pada masa itu sapi atau anak sapi dianggap sebagai hewan yang mulia dan menjadi sesembahan mereka, sebagaimana dinyatakan dalam ayat-ayat yang menyebut ‘ijl. Dalam rangka memberi jawaban kepada mereka, maka Allah memberitahu melalui ayat-ayatNya yang lain bahwa sapi itu boleh disembelih untuk dimakan (al-An’am [6]: 144 dan 146;  QS. Hud [11]: 69) maupun tidak untuk dimakan, asal tetap dimanfaatkan dengan baik (QS. al-Baqarah [2]: 67-71).

Selain itu, pada ayat-ayat Al-Quran yang menyebut sapi juga diisyaratkan tentang manfaat ekonomisnya. sapi menyimpan potensi yang sangat besar dalam membantu perekonomian manusia asal dimanfaatkan dengan benar sesuai dengan tuntunan Islam.

Tidak ada satu kata bahkan satu huruf pun yang tidak mempunyai makna dalam Al-Quran, termasuk dalam penyebutan nama-nama hewan dan pemilihannya sebagai nama surah dalam Al-Quran. Semua itu karena bahasa Al-Quran mempunyai nilai dan makna yang misterius. Wallahu a’lam

Exit mobile version