BerandaKhazanah Al-Quran13 Tempat dalam Al-Qur’an Disunnahkan Baca Doa atau Wirid Khusus (Part 2)

13 Tempat dalam Al-Qur’an Disunnahkan Baca Doa atau Wirid Khusus (Part 2)

Pada artikel sebelumya sudah dijelaskan terdapat 13 tempat dalam Al-Qur’an disunnahkan baca doa atau wirid khusus. Dan berikut ini adalah selengkapnya dari artikel sebelumnya.

Akhir Surah Al-Mulk

Surah Al-Mulk ditutup dengan firman Allah swt.;

قُلْ اَرَءَيْتُمْ اِنْ اَصْبَحَ مَاۤؤُكُمْ غَوْرًا فَمَنْ يَّأْتِيْكُمْ بِمَاۤءٍ مَّعِيْنٍ

Katakanlah (Muhammad), “Terangkanlah kepadaku jika sumber air kamu menjadi kering, maka siapa yang akan memberimu air yang mengalir“?

Melalui kitab tafsirnya berjudul Fathul Bayaan fii Maqaashid al-Qur’an, Sayyid Shiddiq Hasan Khan (w. 1307 H) menukil pernyataan Imam Jalaluddin al-Mahalli (w. 864 H) berikut ini.

ويستحب أن يقول القارىء عقب معين الله رب العالمين كما ورد في الحديث

Disunnahkan bagi orang yang baca ayat pengakhir surah Al-Mulk tersebut, setelah bacaan ma’iin supaya mengucapkan: Allahu rabbul ‘aalamiin (adapun Allah, Tuhan semesta alam). Hal ini sesuai keterangan yang warid dalam hadis.

Baca juga: Kenali Tiga Penyebab Stagnasi Berpikir dalam Al-Quran

Akhir Surah Al-Qiyamah

Surah Al-Qiyamah diakhiri oleh ayat yang berbunyi:

أَلَيْسَ ذَلِكَ بِقَادِرٍ عَلَى أَنْ يُحْيِيَ الْمَوْتَى

Bukankah (Allah yang berbuat) demikian berkuasa (pula) menghidupkan orang mati? (QS. Al-Qiyamah [75]: 40).

Jadi, disimpulkan bahwa begini bacaan doa yang disunnahkan di sini:

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ فَبَلَى /  سُبْحَانَكَ فَبَلَى

Subhaanaka allaahumma fa-balaa (Maha Suci Engkau, wahai Allah. Iya, tentu demikian); atau Subhaanaka fa-balaa (Maha Suci Engkau. Iya, tentu demikian).

Dalam kitab tafsirnya, Imam Ibnu Abi Hatim (w. 327 H) setidaknya menampilkan dua hadis yang menyebutkan doa tadi. Hadis pertama dirawikan dari Musa bin Abu ‘Aisyah, sementara hadis kedua dirawikan dari Ibnu ‘Abbas.

عَنْ مُوسَى بْنِ أَبِي عَائِشَةَ عَنْ آخَرَ أَنَّهُ كَانَ فَوْقَ سَطْحٍ يَقْرَأُ وَيَرْفَعُ صَوْتَهُ بِالْقُرْآنِ فَإِذَا قَرَأَ أَلَيْسَ ذَلِكَ بِقَادِرٍ عَلَى أَنْ يُحْيِيَ الْمَوْتَى قَالَ سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ فَبَلَى فَسُئِلَ عَنْ ذَلِكَ فَقَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ ذَلِكَ

Dari Musa bin Abu ‘Aisyah, dari seorang laki-laki yang pernah dijumpainya tengah baca Al-Qur’an dengan nyaring di balkon rumahnya. Setelah baca ayat alaisa dzaalika bi-qaadirin ‘alaa an yuhyiyal-mautaa (akhir surah Al-Qiyamah), ia lantas membaca allahumma fa-balaa. Saat ditanyakan alasan perihal itu, ia menjawab pernah mendengar sabda Rasulullah saw. mengenai hal itu.

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّهُ مَرَّ بِهَذِهِ الْآيَةِ أَلَيْسَ ذَلِكَ بِقَادِرٍ عَلَى أَنْ يُحْيِيَ الْمَوْتَى قَالَ سُبْحَانَكَ فَبَلَى

Dari Ibnu ‘Abbas, bahwa pernah suatu saat ia berjalan dan terdengar olehnya akan bacaan ayat ini: alaisa dzaalika bi-qaadirin ‘alaa an yuhyiyal-mautaa. Ibnu ‘Abbas kemudian membaca: subhaanaka fa-balaa.

Baca juga: 13 Tempat dalam Al-Qur’an Disunnahkan Baca Doa atau Wirid Khusus (Part 1)

Akhir Surah Al-Mursalat

Ungkapan yang disunnahkan di akhir surah Al-Mursalat ini adalah aamannaa billaah (kami beriman kepada Allah). Dalam kitab tafsirnya, Imam al-Baghawi mengetengahkan penggalan hadis riwayat Abu Hurairah berikut ini.

وَمَنْ قَرَأَ وَالْمُرْسَلَاتِ فَبَلَغَ فَبِأَيِّ حَدِيثٍ بَعْدَهُ يُؤْمِنُونَ فَلْيَقُلْ آمَنَّا بِاللَّهِ

Dan siapa saja yang membaca wa al-mursalaat (surah Al-Mursalat) hingga fa-bi’ayyi hadiitsin ba’dahuu yu’minuuna (ayat terakhir surah Al-Mursalat), maka katakanlah aamannaa billaah.

Hadis ini diriwayatkan oleh banyak kalangan perawi hadis, antara lain Imam Abu Daud (1/423), Imam Ahmad (2/249), Imam al-Hakim (2/510), Imam al-Baihaqi (2/310), dan Imam at-Tirmidzi (9/276-277).

Akhir Surah Al-A’la

Tentang doa yang sunnah dibaca di akhir surah Al-A’la, sekurang-kurangnya Imam asy-Syaukani (w. 1250 H) menyinggung sebuah hadis yang bersumber dari Ibnu ‘Abbas dalam kitab tafsirnya berjudul Fathul Qadiir.

أنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كانَ إذا قَرَأ سَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ الأعْلى قالَ سُبْحانَ رَبِّيَ الأعْلى

Sesungguhnya Rasulullah saw. apabila telah membaca “sabbihi-sma rabbika al-a’la (surah Al-A’la)”, niscaya beliau membaca: subhaana rabbiya al-a’laa (Maha Suci Tuhanku Yang Mahatinggi).

Di antara perawi yang meriwayatkan hadis ini, yaitu Imam Ahmad, Imam Abu Daud, Imam ath-Thabrani, Imam al-Baihaqi, dan Imam ‘Abdur Razzaq.

Baca juga: Bagaimana Hukum Melagukan Bacaan Al-Quran? Inilah Pandangan Para Ulama

Akhir Ayat 24 dan Ayat Terakhir Surah Al-Gasyiyah

Pada ayat ke-24 Al-Gasyiyah, Allah swt. menegaskan, “Maka Allah akan mengazabnya (orang yang berpaling dan kafir) dengan azab yang besar”. Karena itu, di akhir ayat ini disunnahkan membaca doa seperti berikut:

رب أعذني من عذابك

Rabbi a’idznii min ‘adzaabika.

Ya Tuhan, lindungilah saya dari siksa-Mu.

Redaksi doa ini terdapat salah satunya pada kitab berjudul al-Minhaaj al-Qawiim Syarh al-Muqaddimah al-Hadhramiyyah (h. 100). Ini bukan kitab tafsir, melainkan kitab fikih karya Imam Ibnu Hajar al-Haitami (w. 974 H). Memang sementara ini dasar kesunnahan doa di atas belum berhasil penulis temukan termaktub dalam beberapa kitab tafsir yang telah penulis telusuri.

Namun demikian, pada prinsipnya disunnahkan untuk berdoa meminta kebaikan di setiap ayat-ayat rahmat (ayat yang membahas hal-hal kebaikan). Begitu sebaliknya, disunnahkan juga meminta perlindungan di setiap ayat-ayat azab (ayat yang membahas ihwal siksa dan ancaman). Sebagaimana hadis riwayat Hudzaifah (w. 36 H) yang termuat dalam Ibaanah al-Ahkaam Syarh Buluugh al-Maraam karya Sayyid ‘Alawi bin ‘Abbas al-Maliki (w. 1391 H).

صَلَّيْتُ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَمَا مَرَّتْ بِهِ آيَةُ رَحْمَةٍ إِلَّا وَقَفَ عِنْدَهَا يَسْأَلُ وَلَا آيَةُ عَذَابٍ إِلَّا تَعَوَّذَ مِنْهَا

Saya salat bersama Nabi saw. dan setiap kali mencapai bacaan ayat rahmat, beliau jeda sejenak untuk berdoa meminta kebaikan. Demikian pula setiap kali mencapai bacaan ayat azab, beliau jeda untuk berdoa memohon perlindungan. (HR. Imam Ahmad, Abu Daud, an-Nasa’i, at-Tirmidzi, dan Ibnu Majah).

Selanjutnya, pada ayat terakhir Al-Gasyiyah, Allah swt. berfirman:

ثُمَّ اِنَّ عَلَيْنَا حِسَابَهُمْ

Lalu, sesungguhnya (kewajiban) Kamilah membuat perhitungan atas mereka.

Sesuai redaksi ayat tersebut, maka doa yang disunnahkan ialah:

رب حاسبني حسابا يسيرا

Rabbi haasibnii hisaaban yasiiran.

Ya Tuhan, hisablah amal saya dengan perhitungan yang penuh kemudahan.

bersambung, artikel berikutnya…

Ahmad Rijalul Fikri
Ahmad Rijalul Fikri
Mahasantri Ma'had Aly dan Mahasiswa S-2 PPs Universitas Ibrahimy Situbondo Jawa Timur. Peminat kajian keislaman dan kepesantrenan
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Istidraj: Jebakan Nikmat bagi Mereka yang Tak Taat

Istidraj: Jebakan Nikmat bagi Mereka yang Tak Taat

0
Allah tidak hanya menguji manusia dengan kesulitan, tetapi juga dengan kemudahan. Kemudahan hidup, kekayaan, kesenangan, dan kemewahan yang terus-menerus dialami seseorang bisa jadi merupakan...