BerandaTafsir Tematik5 Ragam Makna Kata Haqq dan Kontesknya dalam Al-Qur’an

5 Ragam Makna Kata Haqq dan Kontesknya dalam Al-Qur’an

Al-Qur’an bagai lautan yang tak bertepi tapi bisa digapai; lautan yang sangat dalam tapi bisa diselami (Ahsin Sakho Muhammad, 2020). Barangkali begitulah perumpamaan yang tepat dalam menggali makna-makna yang terkandung didalam Al-Qur’an. Keluasaan makna yang terdapat dari satu kata ke kata lainnya membuat Al-Qur’an miliki karakteristik bahasa nun indah dan menjadikannya berbeda dengan bahasa manapun. Quraish Shihab dalam buku Mukjizat Al-Qur’an menyebutkan bahwa Al-Qur’an memiliki keistimewaan; yakni kata dan kalimat-kalimatnya yang singkat dan dapat menampung banyak makna. Al-Qur’an bagaikan berlian yang memancarkan cahaya dari setiap isinya.

Imam Al-Raghib al-Asfahani berpandangan bahwa setiap kata yang memiliki mutaradif (persamaan makna) di dalam Al-Qur`an tidak dapat disamakan maknanya sepenuhnya. Hal ini disebabkan susunan kata di dalam Al-Qur`an memiliki kekhususan di setiap maknanya dan memiliki kesesuaian dalam setiap susunannya, sehingga suatu kata di dalam Al-Qur’an tidak dapat digantikan dengan kata lain meskipun memiliki kemiripan makna. Maka dari itu, berikut penulis akan menyajikan lima makna kata Haqq dalam Al-Qur’an sesuai konteks kalimat sebelum maupun setelahnya.

Makna Dasar

Kata Haqq  (  حق) berasal dari  حق – يحق – حقا . Dalam kamus al-Munawwir, arti haqq ialah pasti, tetap, dan patut. Dalam bentuk  حقيقة dimaknai dengan benar, asli atau استحق yang berarti berhak. Menurut Raghib al-Ashfahani dalam Mu’jam Mufradat Li al-Fadlil Qur’an kata haqq berasal dari  مطابقةatau موافقة yang berarti kesesuaian. Lanjutnya, kata Haqq dalam Al-Qur’an memiliki empat kedudukan, yaitu:

  1. Menunjukkan hikmah/kedudukan.

Kata ini ditujukan kepada Allah Ta’ala dengan lafazh هوالحق yang termaktub dalam QS. Yunus (10): 30.

  1. Sesuatu yang sesuai dengan hikmah/kedudukannya.

Hal ini berkaitan dengan semua perbuatan Allah, terdapat dalam QS. Yunus (10): 5.

  1. Suatu kepercayaan yang sesuai dengan apa yang ada dalam dirinya.

Contoh kepercayaan ini ialah berupa percaya pada surga dan neraka, percaya yaumul akhir dan sebagainya. Terdapat dalam QS.Al-Baqarah (2): 213.

  1. Perbuatan atau perkataan yang sesuai dengan apa yang diwajibkan dan sesuai dengan kadarnya. Hal ini tercantum dalam QS. As-Sajdah (32): 13.

Baca Juga: Empat Kata yang Digunakan Al-Quran untuk Makna Kematian

Mengacu pada Mu’jam al-Mufahras li al-Fadlil Qur’an kata haqq beserta derivasinya disebutkan dalam al-Qur’an dengan beberapa bentuk, seperti lafadz al-haqqu (الحق) disebutkan sebanyak 227 kali yang tersebar dalam 58 surat. Kemudian, dalam bentuk kata haqq (حق) sebanyak 12 kali dalam 2 surat, kata يحق disebutkan sebanyak 4 kali dalam 3 surat, حقا disebutkan sebanyak 17 kali yang tersebar dalam 11 surat. Sedangkan untuk kata استحق,  استحقا,  حقة, الحاقة penyebutannya hanya satu kali di dalam Al-Qur’an.

Makna Kata Haqq

  1. Bermakna sebagai Dzat Allah Swt.

Allah sebagai Haqq merupakan puncak makna dari Kata Haqq itu sendiri. Bermakna sebagai dzat Allah tercantum dalam Firman-Nya:

وَلَوِ ٱتَّبَعَ ٱلۡحَقُّ أَهۡوَآءَهُمۡ لَفَسَدَتِ ٱلسَّمَـٰوَٲتُ وَٱلۡأَرۡضُ وَمَن فِيهِنَّ‌ۚ بَلۡ أَتَيۡنَـٰهُم بِذِڪۡرِهِمۡ فَهُمۡ عَن ذِكۡرِهِم مُّعۡرِضُونَ ٧١

Artinya: Andaikata kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka, pasti binasalah langit dan bumi ini, dan semua yang ada di dalamnya. Sebenarnya Kami telah mendatangkan kepada mereka kebanggaan mereka tetapi mereka berpaling dari kebanggaan itu.” (QS. Al-Mu’minun (23): 71)

Dalam Tafsir Ibnu Katsir disebutkan bahwa Mujahid dan Abu Saleh serta As-Saddi mengatakan, yang dimaksud dengan al-haqq ialah Allah Swt. Dan makna yang dimaksud pada ayat diatas ialah bahwa sekiranya Allah menuruti kemauan hawa nafsu mereka dan mensyari’atkan peraturan hukum sesuai dengan keinginan mereka, pasti binasalah langit dan bumi dan semua yang ada di dalamnya (Al-Muminun: 71) Yakni binasa karena hawa nafsu mereka dan keinginan mereka yang berbeda-beda.

  1. Bermakna Al-Qur’an

فَقَدْ كَذَّبُوا۟ بِٱلْحَقِّ لَمَّا جَآءَهُمْ ۖ فَسَوْفَ يَأْتِيهِمْ أَنۢبَٰٓؤُا۟ مَا كَانُوا۟ بِهِۦ يَسْتَهْزِءُونَ ٥

Artinya: Sesungguhnya mereka telah mendustakan yang hak (Al Qur’an) tatkala sampai kepada mereka, maka kelak akan sampai kepada mereka (kenyataan dari) berita-berita yang selalu mereka perolok-olokkan.” (QS. Al-An’am (6): 5)

Ibnu Katsir menyebutkan ayat di atas mengandung ancaman dan peringatan yang keras terhadap perbuatan orang-orang yang mendustakan perkara yang hak (Al-Qur’an), bahwa pasti akan sampai kepada mereka berita apa yang mereka dustakan itu, dan mereka pasti akan menjumpai akibatnya serta pasti akan merasakan akibat kedustaannya itu. Kemudian Allah Ta’ala berfirman menasihati mereka seraya memperingatkan mereka akan datangnya azab dan pembalasan di dunia yang menimpa mereka, seperti halnya apa yang telah menimpa orang-orang dari kalangan umat-umat terdahulu yang perbuatannya serupa dengan perbuatan mereka. Padahal mereka lebih kuat, lebih banyak jumlahnya, serta lebih banyak harta benda dan anak-anaknya, juga lebih berkuasa serta lebih tinggi kebudayaannya ketimbang mereka.

  1. Bermakna Islam

لِيُحِقَّ ٱلۡحَقَّ وَيُبۡطِلَ ٱلۡبَـٰطِلَ وَلَوۡ كَرِهَ ٱلۡمُجۡرِمُونَ ٨

Artinya: agar Allah menetapkan yang hak (Islam) dan membatalkan yang bathil (syirik) walaupun orang-orang yang berdosa (musyrik) itu tidak menyukainya.”(QS. Al-Anfal (8): 8)

  1. Bermakna Adil

   يَوْمَئِذٍ يُوَفِّيهِمُ ٱللَّهُ دِينَهُمُ ٱلْحَقَّ وَيَعْلَمُونَ أَنَّ ٱللَّهَ هُوَ ٱلْحَقُّ ٱلْمُبِينُ

Artinya: “Di hari itu, Allah akan memberi mereka Balasan yang setimpal menurut semestinya, dan tahulah mereka bahwa Allah-lah yang benar, lagi yang menjelaskan (segala sesuatu menurut hakikat yang sebenarnya).” ( QS. An-Nur (24): 25)

Ibnu Katsir dalam tafsirnya menjelaskan bahwa janji dan ancaman Allah selalu bersifat adil, meskipun kebaikan atupun keburukan yang dilakukan hanya sekecil (seberat) biji zarrah.

  1. Bermakna Kebaikan (nasib kebaikan)

وَفِىٓ أَمۡوَٲلِهِمۡ حَقٌّ۬ لِّلسَّآٮِٕلِ وَٱلۡمَحۡرُومِ ١٩

“Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian.” (Q.S Adz-Dzariyah: 19)

Baca Juga: Ragam Pemaknaan Kata Rabb dalam Surah al-Fatihah Ayat 2 dan Kaitannya dengan Pendidikan

Ibnu Katsir dalam tafsirnya menjelaskan bahwa setelah Allah Swt menyifati keluarga Nabi Ya’qub sebagai orang-orang yang rajin mengerjakan shalat malam hari dan seterusnya, Allah Swt menekankan pada harta mereka ada hak. Menurut Ibnu Katsir bagian yang telah dipisahkan, sengaja disiapkan untuk diberikan kepada orang yang meminta-minta dan yang tidak mendapat bagian. Maka haq disini bermakna kebaikan (nasib baik) bagi kaum muharif. Ummul Mu’minin Aisyah radiyallahu’anhu mengartikan muharif sebagai orang yang tidak mendapat bagian atau tidak beruntung, orang yang sulit dalam mencari mata pencaharian.

Seperti yang telah penulis terangkan di awal bahwa kata Haqq di dalam al-Qur’an tidak miliki makna yang sama. Kata Haqq terkadang bisa bermakna sebagai Dzat Allah, Al-Qur’an, Islam, Adil, dan juga bermakna sebagai kebaikan (nasib baik). Penempatan kata-kata tersebut ialah bagian dari I’jaz Al-Qur’an. Pembubuhan kata yang mempunyai kedalaman makna sehingga membuat kita dapat terus melakukan pengkajian (riset) dan penggalian makna yang lebih mendalam lagi. Wallahu A’lam.

Dinda Duha Chairunnisa
Dinda Duha Chairunnisa
Mahasiswi S1 Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Literasi sebagai Fondasi Kemajuan Bangsa Perspektif Alquran

Literasi sebagai Fondasi Kemajuan Bangsa Perspektif Alquran

0
Dapat kita saksikan di berbagai negara, khususnya Indonesia, pembangunan infrastruktur seringkali diposisikan sebagai prioritas utama. Sementara pembangunan kualitas Sumber Daya Manusia seringkali acuh tak...