Hubungan suami istri yang harmonis adalah impian setiap pasangan, baik yang baru menikah ataupun yang sudah lama menikah. Sebab, dengan keharmonisan suami istri berbagai masalah rumah tangga akan mudah dihadapi secara bersama-sama. Namun pada faktanya, keharmonisan suami istri ini seringkali tidak bisa tercapai karena alasan-alasan tertentu seperti kesibukan, kurangnya komunikasi dan sebagainya.
Ada banyak hal yang mencegah atau merusak keharmonisan suami istri, misalnya – sebagaimana disebutkan dokter Ryan Thamrin (alm) – pertama, rasa jenuh dengan pasangan. Kedua, suasana monoton yang muncul akibat kebersamaan yang cukup lama. Sedangkan faktor ketiga adalah fisik, yakni hilangnya daya tarik terhadap pasangan. Faktor keempat lebih bersifat psikologis yakni komunikasi dengan pasangan.
Dari keempat faktor tersebut, yang paling mendasar dan berbahaya adalah faktor komunikasi. Ada banyak permasalahan rumah tangga yang berawal dari kurangnya komunikasi antara suami istri dan itu seringkali tidak didasari oleh keduanya jika tidak ada tindakan introspeksi. Karena itu, faktor ini kerap dianggap sebagai silent killer (pembunuh diam-diam) terhadap keharmonisan suami istri.
Keharmonisan suami istri sebenarnya merupakan salah satu tujuan berumah tangga dalam Islam. Oleh karenanya, baik suami maupun istri harus berusaha sebaik mungkin untuk mencapai tujuan tersebut. Keduanya tidak boleh melakukan hal-hal yang dapat mendistorsi atau mereduksi keharmonisan rumah tangga apalagi melakukan sesuatu yang dilarang oleh Agama.
Upaya menjaga kemesraan dan ikatan emosional dengan pasangan, dapat dilakukan dengan berbagai cara. Mulai dari hal sederhana, seperti mengucap kata sayang, mendengar keluh kesah pasangan, memberi sentuhan mesra satu sama lain, hingga memuji kelebihan pasangan. Selain itu, suami istri harus terbuka dan menjalin komunikasi yang baik. Karena inilah kunci utama membangun keharmonisan rumah tangga.
Baca Ayat ini Agar Hubungan Suami Istri Harmonis
Selain usaha membangun keharmonisan rumah tangga melalui komunikasi yang baik, interaksi yang berkesan, dan saling mengasihi, kita (umat Islam) juga dapat menambah usaha tersebut dengan berdoa kepada Allah swt agar Dia memberikan kedamaian, ketenangan dan berbagai kebaikan yang semestinya ada dalam rangka menjaga keharmonisan rumah tangga.
Imam al-Ghazali menyebutkan dalam kitab adz-Dzahabul Ibris bahwa ayat Al-Qur’an dapat digunakan sebagai sarana atau washilah doa guna menjaga keharmonisan rumah tangga. Ayat yang dapat dibaca adalah surat adz-Dzariyat [51] ayat 47 untuk suami dan surat adz-Dzariyat [51] ayat 48 untuk istri. Melalui bacaan tersebut diharapkan Allah swt mewujudkan keharmonisan suami istri.
Amalan ini al-Ghazali dapatkan dari kisah Hasan al-Bahsri. Diriwayatkan bahwa ia pernah diadukan mengenai seorang laki-laki yang menikahi perempuan lalu ia berpaling dan tidak mau menggaulinya. Melalui seorang perantara, sang suami serta istri mengadu dan meminta saran kepada beliau agar masalah tersebut dapat diselesaikan dengan baik, tanpa merusak hubungan keduanya.
Mendengar cerita ini, Hasan al-Bashri lantas berkata, “Bawakan kepada saya dua buah telur yang dipanggang.” Dua buah telur lalu diberikan kepada Hasan al-Bashri dan beliau membelah keduanya tepat di tengah-tengah. Beliau kemudian menuliskan pada salah satu telur tersebut surat adz-Dzariyat [51] ayat 47 yang berbunyi:
وَالسَّمَاۤءَ بَنَيْنٰهَا بِاَيْىدٍ وَّاِنَّا لَمُوْسِعُوْنَ ٤٧
“Dan langit Kami bangun dengan kekuasaan (Kami), dan Kami benar-benar meluaskannya.” (QS. adz-Dzariyat [51] ayat 47).
Kemudian Hasan al-Bashri memberikan telur itu kepada lelaki (sang suami). Lalu beliau menuliskan pada telur yang lain urat adz-Dzariyat [51] ayat 48 yang berbunyi:
وَالْاَرْضَ فَرَشْنٰهَا فَنِعْمَ الْمٰهِدُوْنَ ٤٨
“Dan bumi Kami hamparkan; maka (Kami) sebaik-baik yang telah menghamparkan.” (QS. adz-Dzariyat [51] ayat 48).
Kemudian Hasan al-Bashri memberikan telur terakhir kepada perempuan (sang istri). Beliau meminta kepada keduanya agar memakan kedua telur tersebut. Ketika keduanya memakan terlur itu, Hasan al-Bashri berkata, “Pergilah kalian berdua dan carilah apa yang dicari manusia.” Lantas keduanya pergi dan seolah-olah lepas dari ikatan belenggu. Sehingga keduanya mencapai apa yang mereka inginkan selama ini.
Dari riwayat kisah tersebut, imam al-Ghazali berkesimpulan bahwa bacaan surat adz-Dzariyat [51] ayat 47 untuk suami dan bacaan surat adz-Dzariyat [51] ayat 48 untuk istri dapat membantu keharmonisan rumah tangga. Melalui dua ayat tersebut (sebagai doa), diharapkan Allah swt memberikan ketenangan, kedamaian, dan berbagai kebaikan guna mewujudkan keharmonisan suami istri.
Berdasarkan pemaparan-pemaparan di atas, dapat kita simpulkan bahwa keharmonisan rumah tangga dapat dicapai melalui berbagai cara. Mulai dari hal sederhana, seperti mengucap kata sayang, mendengar keluh kesah pasangan, memberi sentuhan mesra satu sama lain, hingga memuji kelebihan pasangan. Selain itu, suami istri harus terbuka dan menjalin komunikasi yang baik.
Disamping itu semua, pasangan suami istri harus mengatasi berbagai faktor yang dapat merusak keharmonisan rumah tangga, seperti rasa bosan, komunikasi yang buruk, egosentris, tindakan kasar, tidak perhatian dan sebagainya. Keduanya juga dapat berdoa kepada Allah swt agar Dia memberikan ketenangan, dan ketentraman dalam segala kondisi serta berbagai kebaikan supaya keduanya bisa harmonis dan langgeng dunia akhirat. Aamiin, wallahu a’lam.