Salah satu sosok Nabi yang sangat mulia bahkan disitir di dalam Al-Quran sebagai al-khalilullah (kekasih Allah), yaitu Nabi Ibrahim. Pembahasan Nabi Ibrahim a.s. menjadi menarik untuk dielaborasi lebih dalam karena ia mempunyai gelar atau julukan (laqab), salah satunya ialah Ulul Azmi. Berikut beberapa julukan atau gelar yang dinisbahkan kepada Nabi Ibrahim a.s,
Ulul Azmi
Ulul Azmi – sebagaimana penjelasan Al-Qurthuby dalam al-Jami’ li Ahkam Al-Quran – dimaknai sebagai orang-orang yang mempunya ghirah yang kuat dan tangguh. Gelar ini teramat istimewa sebab disematkan kepada para rasul yang memiliki keistimewaan, seperti kesabaran yang luar biasa dalam menerima cobaan dan ujian Allah, kepelikan dalam menjalankan dakwah, ujian hidup dan lain sebagainya.
Nabi Ibrahim a.s. merupakan salah satu Nabi yang mendapat gelar ini karena ketaatannya yang luar biasa dan pengorbanan yang tiada tara dalam menjalankan dakwah Islam. Gelar Ulul Azmi dapat dilihat pada Q.S. Al-Ahqaf [46]: 35, dan Q.S. Al-Ahzab [33]: 7,
فَاصْبِرْ كَمَا صَبَرَ اُولُوا الْعَزْمِ مِنَ الرُّسُلِ وَلَا تَسْتَعْجِلْ لَّهُمْ
Maka bersabarlah engkau (Muhammad) sebagaimana kesabaran rasul-rasul yang memiliki keteguhan hati dan janganlah engkau meminta agar azab disegerakan untuk mereka. (Q.S. Al-Ahaqaf [46]: 35)
Dalam ayat yang lain,
وَاِذْ اَخَذْنَا مِنَ النَّبِيّٖنَ مِيْثَاقَهُمْ وَمِنْكَ وَمِنْ نُّوْحٍ وَّاِبْرٰهِيْمَ وَمُوْسٰى وَعِيْسَى ابْنِ مَرْيَمَ ۖوَاَخَذْنَا مِنْهُمْ مِّيْثَاقًا غَلِيْظًاۙ
Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil perjanjian dari para nabi dan dari engkau (sendiri), dari Nuh, Ibrahim, Musa dan Isa putra Maryam, dan Kami telah mengambil dari mereka perjanjian yang teguh, (Q.S. Al-Ahzab [33]: 7)
Baca juga: Kisah Al-Quran: Biografi Nabi Ibrahim dan Perjalanan Dakwahnya
Abu Al-Anbiya’
Nabi Ibrahim mendapat gelar sebagai Abu al-Anbiya (bapaknya para Nabi) sebab dari garis keturunannya, ia dianugerahi 2 orang anak laki-laki yaitu Ismail dan Ishaq. Dan dari keturunan Nabi Ismail inilah lahir Rasulullah Muhammad saw, sosok Nabi khatamul anbiya wa mursalin (penutup para Nabi) (Syauqi Khalil dalam Atlas Al-Quran).
Kemudian, dari jalur Nabi Ishaq lahir Nabi Ya’qub, Yusuf dan Nabi Isa a.s. Gelar Abu Al-Anbiya ini tersirat dalam Q.S. Al-Baqarah [2]: 133 dan 136,
اَمْ كُنْتُمْ شُهَدَاۤءَ اِذْ حَضَرَ يَعْقُوْبَ الْمَوْتُۙ اِذْ قَالَ لِبَنِيْهِ مَا تَعْبُدُوْنَ مِنْۢ بَعْدِيْۗ قَالُوْا نَعْبُدُ اِلٰهَكَ وَاِلٰهَ اٰبَاۤىِٕكَ اِبْرٰهٖمَ وَاِسْمٰعِيْلَ وَاِسْحٰقَ اِلٰهًا وَّاحِدًاۚ وَنَحْنُ لَهٗ مُسْلِمُوْنَ
Apakah kamu menjadi saksi saat maut akan menjemput Yakub, ketika dia berkata kepada anak-anaknya, “Apa yang kamu sembah sepeninggalku?” Mereka menjawab, “Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu yaitu Ibrahim, Ismail dan Ishak, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami (hanya) berserah diri kepada-Nya.” (Q.S. Al-Baqarah [2]: 133)
Dalam ayat lain,
قُوْلُوْٓا اٰمَنَّا بِاللّٰهِ وَمَآ اُنْزِلَ اِلَيْنَا وَمَآ اُنْزِلَ اِلٰٓى اِبْرٰهٖمَ وَاِسْمٰعِيْلَ وَاِسْحٰقَ وَيَعْقُوْبَ وَالْاَسْبَاطِ وَمَآ اُوْتِيَ مُوْسٰى وَعِيْسٰى وَمَآ اُوْتِيَ النَّبِيُّوْنَ مِنْ رَّبِّهِمْۚ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ اَحَدٍ مِّنْهُمْۖ وَنَحْنُ لَهٗ مُسْلِمُوْنَ
Katakanlah, “Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kami, dan kepada apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Yakub dan anak cucunya, dan kepada apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta kepada apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorang pun di antara mereka, dan kami berserah diri kepada-Nya.” (Q.S. Al-Baqarah [2]: 136)
Abu at-Tauhid
Gelar Nabi Ibrahim ketiga ialah Abu at-Tauhid (bapak agama Tauhid). Gelar ini diberikan sebab perjalanan dakwahnya yang sangat panjang dalam menauhidkan umatnya sekaligus pencarian jati dirinya sebagaimana dilukiskan dalam firman Allah swt Q.S. Al-An’am [6]: 76-79,
فَلَمَّا جَنَّ عَلَيْهِ الَّيْلُ رَاٰ كَوْكَبًا ۗقَالَ هٰذَا رَبِّيْۚ فَلَمَّآ اَفَلَ قَالَ لَآ اُحِبُّ الْاٰفِلِيْنَ فَلَمَّا رَاَ الْقَمَرَ بَازِغًا قَالَ هٰذَا رَبِّيْ ۚفَلَمَّآ اَفَلَ قَالَ لَىِٕنْ لَّمْ يَهْدِنِيْ رَبِّيْ لَاَكُوْنَنَّ مِنَ الْقَوْمِ الضَّاۤلِّيْنَ فَلَمَّا رَاَ الشَّمْسَ بَازِغَةً قَالَ هٰذَا رَبِّيْ هٰذَآ اَكْبَرُۚ فَلَمَّآ اَفَلَتْ قَالَ يٰقَوْمِ اِنِّيْ بَرِيْۤءٌ مِّمَّا تُشْرِكُوْنَ اِنِّيْ وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِيْ فَطَرَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ حَنِيْفًا وَّمَآ اَنَا۠ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَۚ
Ketika malam telah menjadi gelap, dia (Ibrahim) melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata, “Inilah Tuhanku.” Maka ketika bintang itu terbenam dia berkata, “Aku tidak suka kepada yang terbenam.” Lalu ketika dia melihat bulan terbit dia berkata, “Inilah Tuhanku.” Tetapi ketika bulan itu terbenam dia berkata, “Sungguh, jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat.”Kemudian ketika dia melihat matahari terbit, dia berkata, “Inilah Tuhanku, ini lebih besar.” Tetapi ketika matahari terbenam, dia berkata, “Wahai kaumku! Sungguh, aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan.” Aku hadapkan wajahku kepada (Allah) yang menciptakan langit dan bumi dengan penuh kepasrahan (mengikuti) agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang musyrik. (Q.S. Al-An’am [6]: 76)
Selain itu, dalam dakwahnya yang lain, Nabi Ibrahim juga menghancurkan berhala serta simbol-simbol patung atau mitos-mitos yang ada pada zaman itu.
Baca juga: Tafsir Surat Al-An’am Ayat 76-79 : Mengulik Nalar Tauhid Nabi Ibrahim
Khalilullah
Khalilullah bermakna kekasih Allah. Gelar ini diberikan setidaknya ada dua sebab yaitu kecintaan terhadap Allah swt lebih besar daripada kecintaan terhadap keluarganya, yaitu ayahnya sendiri, Uzair dan istri serta anaknya sendiri, Ismail. Sebagaimana dilukiskan dalam Q.S. Al-Nisa [4]: 125,
وَمَنْ اَحْسَنُ دِيْنًا مِّمَّنْ اَسْلَمَ وَجْهَهٗ لِلّٰهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ وَّاتَّبَعَ مِلَّةَ اِبْرٰهِيْمَ حَنِيْفًا ۗوَاتَّخَذَ اللّٰهُ اِبْرٰهِيْمَ خَلِيْلًا
Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang dengan ikhlas berserah diri kepada Allah, sedang dia mengerjakan kebaikan, dan mengikuti agama Ibrahim yang lurus? Dan Allah telah memilih Ibrahim menjadi kesayangan(-Nya). (Q.S. An-Nisa [4]: 125)
Khalil sendiri bermakna teman yang meresap ke dalam kalbu, persahabatan dan kecintaan. Kata khalil ini juga dimaknai celah, celah untuk mengetahui dan mengenal tidak hanya secara umum, melainkan rahasia jiwa temannya. Nabi Ibrahim dianugerahi gelar khalilullah (kekasih Allah) karena relung jiwanya dipenuhi rasa cinta kepada Allah sehingga Allah swt pun menjadikannnya sebagai khalil-Nya. (Quraish Shihab dalam Tafsir al-Misbah).
Abu ad-Dhaifan
Gelar kelima yang dinisbahkan kepada Nabi Ibrahim ialah Abu ad-Dhaifan yaitu bapak para tamu. Gelar ini diberikan karena kepribadiannya yang sangat mulia, menjamu para tamu dengan jamuan sebaik-baiknya, menyambutnya dan menyuguhkan daging anak sapi gemuk yang sudah dipanggang.
Ketika Nabi Ibrahim mempersilahkan kepada tamunya untuk menyantap makanan yang telah dihidangkan, mereka merasa ketakutan dan akhirnya tamu itu mengakui bahwa mereka adalah malaikat yang diutus oleh Allah swt untuk membawa kabar gembira tentang kelahiran seorang anak yang ‘alim yaitu Nabi Ishaq) (Abbas Mahmud al-‘Aqad dalam Ibrahim al-Anbiya).
Kisah ini diabadikan oleh Al-Quran dalam Q.S. Al-Zariyat [51]: 24-29,
هَلْ اَتٰىكَ حَدِيْثُ ضَيْفِ اِبْرٰهِيْمَ الْمُكْرَمِيْنَۘ اِذْ دَخَلُوْا عَلَيْهِ فَقَالُوْا سَلٰمًا ۗقَالَ سَلٰمٌۚ قَوْمٌ مُّنْكَرُوْنَ فَرَاغَ اِلٰٓى اَهْلِهٖ فَجَاۤءَ بِعِجْلٍ سَمِيْنٍۙ فَقَرَّبَهٗٓ اِلَيْهِمْۚ قَالَ اَلَا تَأْكُلُوْنَ فَاَوْجَسَ مِنْهُمْ خِيْفَةً ۗقَالُوْا لَا تَخَفْۗ وَبَشَّرُوْهُ بِغُلٰمٍ عَلِيْمٍ فَاَقْبَلَتِ امْرَاَتُهٗ فِيْ صَرَّةٍ فَصَكَّتْ وَجْهَهَا وَقَالَتْ عَجُوْزٌ عَقِيْمٌ
Sudahkah sampai kepadamu (Muhammad) cerita tamu Ibrahim (malaikat-malaikat) yang dimuliakan? (Ingatlah) ketika mereka masuk ke tempatnya lalu mengucapkan, “Salaman” (salam), Ibrahim menjawab, “Salamun” (salam). (Mereka itu) orang-orang yang belum dikenalnya. Maka diam-diam dia (Ibrahim) pergi menemui keluarganya, kemudian dibawanya daging anak sapi gemuk (yang dibakar),
lalu dihidangkannya kepada mereka (tetapi mereka tidak mau makan). Ibrahim berkata, “Mengapa tidak kamu makan.”Maka dia (Ibrahim) merasa takut terhadap mereka. Mereka berkata, “Janganlah kamu takut,” dan mereka memberi kabar gembira kepadanya dengan (kelahiran) seorang anak yang alim (Ishak). Kemudian istrinya datang memekik (tercengang) lalu menepuk wajahnya sendiri seraya berkata, “(Aku ini) seorang perempuan tua yang mandul.” (Q.S. Al-Zariyat [51]: 24-29).
Demikianlah penjelasan mengenai gelar Nabi Ibrahim a.s. Tentu gelar ini tidak didapat secara instan, ada buah kesabaran dan perjuangan yang harus dilewati oleh Nabi Ibrahim hingga Allah swt memberikan gelar kepadanya sebagai bentuk apresiasi dan karunia-Nya kepada hamba-hambaNya yang beriman. Wallahu A’lam.