Penulisan Tafsir Nidzam Al-Quran oleh Hamiduddin Farahi bukanlah tanpa alasan. Tentu ada sebuah alasan yang melatari al-Farahi sehingga merasa perlu menyusun tafsir ini. Al-Farahi menyadari bahwa pengetahuan yang telah ia peroleh ini adalah berkat rahmat dan taufik dari Allah SWT. Ia juga mengakui bahwa pengetahuannya ini merupakan anugrah yang sangat besar. Ia tidak memplagiat dan juga tidak membuat sesuatu yang baru.
Ia hanya mengembangkan yang sudah ada. Ia mengemukakan beberapa pendapat ulama yang mengispirasi dirinya dalam mempelajari nizam Al-Quran ini. Seperti nukilan dari al-Itqan karya al-Suyuti dan dari kitab al-Razi yang terkenal dengan julukan Tafsir al-Kabir.
Setidaknya ada lima alasan yang mendorong al-Farahi untuk menuliskan tafsirnya ini ini. Meski pada awal-awal ia sedikit ragu. Tapi karena situasi dan kondisi yang menuntut, akhirnya ia memberanikan diri dengan keyakinan dan perlindungan kepada Allah SWT.
Baca juga: Mengenal Tafsir Nidzam Al-Quran karya Hamiduddin Farahi
Adapun lima alasan yang melatarbelakangi penulisan tafsir ini yaitu:
Pertama, banyaknya perselisihan para ulama dalam meta’wilkan Al-Quran dan mereka cenderung mengesampingkan aspek rabt al-ayat atau nidzam (keterikatan antar ayat). Padahal menurut al-Farahi, andaikan para ulama menyadari nizam dalam Al-Quran, bisa dipastikan tidak ada perselisihan yang sampai memecah belah. Karena, nizam ini yang akan menjelaskan sesuatu yang belum jelas terkait sebuah kalimat dan diharapkan menjadi benteng dari pemahaman-pemahaman yang batil dan menyesatkan.
Kedua, adanya tuduhan tentang ketidakserasian dan ketidakteraturan ayat-ayat dalam Al-Quran dan al-Farahi melihat tidak adanya pembelaan dari ulama terhadap tuduhan ini. Maka dari itu, ia membela dan menyatakan dengan lantang bahwa apa yang telah dituduhkan kepada Al-Quran itu batil dan tidak mempunyai dasar argumen yang kuat.
Ketiga, Farahi sangat yakin bahwa nidzam al-kalam (keserasian dan keteraturan ayat-ayat Al-Quran) merupakan bagian dari cara mengungkap pesan-pesan Al-Quran yang tidak boleh disepelekan. Maka jika hal itu tidak ditanggapi, bisa jadi akan hilang sebagian dari pesan-pesan yang terkandung di dalamnya.
Baca juga: Inilah Ragam Pendapat Ulama tentang Nidzam Al-Quran
Keempat, Farahi mengungkapkan makna dari proses turunnya Al-Quran secara bertahap. Hal itu tidak lain untuk menstabilkan keimanan umat muslim pada waktu itu. Sebagaimana firman Allah pada surat al-Furqan ayat 32.
Dan, letak ayat yang terpisah-pisah itu dalam satu surat berdasarkan perintah Rasulullah SAW dan didiktekan lagi oleh Jibril ketika suatu surat telah sempurna. Hal ini pun menjadi dasar agumennya bahwa keteraturan susunan ayat-ayat Al-Quran merupakan hal yang unik dan patut untuk diungkap.
Kelima, apabila aspek keteraturan dan keserasian dalam ayat-ayat Al-Quran ini telah diketahui oleh seseorang, sehingga ia mengetahui rahasia keindahan susunan kalimat dan hikmah-hikmah yang tersembunyi, maka ia akan menyadari bahwa nizam ini merupakan bagian yang cukup penting perannya dalam mengungkap pesan-pesan Al-Quran (Farahi dalam Tafsir Nidzam Al-Quran).
Itulah beberapa alasan mengapa al-Farahi mengungkapkan temuannya ini, lalu ia tulis dalam beberapa kitab, seperti Tafsir Nidzam al-Quran wa Ta’wil al-Furqan bi al-Furqan, Dala’il al-Nizam, Aqsam al-Quran dan lain-lain. Wallahu A’lam.