BerandaKhazanah Al-QuranTradisi dan Metode Mengkhatamkan Al-Quran Menurut Para Ulama

Tradisi dan Metode Mengkhatamkan Al-Quran Menurut Para Ulama

Tadarus Al-Qur’an atau mengkhatamkan Al-Quran istilah yang cukup populer di kalangan umat Islam. Tadarus Al-Qur’an dapat dimaknai sebagai kegiatan membaca, merenungi, dan, menelaah, dan memahami  ayat-ayat Al-Qur’an. Di Indonesia, ini biasanya dilakukan dengan cara membaca Al-Qur’an dari awal hingga akhir, yakni dari surah al-Fatihah hingga al-Nas.

Kegiatan ini merupakan tradisi turun temurun sejak masa nabi Muhammad saw. Disebutkan bahwa para sahabat memiliki kebiasaan mengkhatamkan Al-Qur’an dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan kemampuan mereka. Ada yang mengkhatamkan Al-Qur’an dalam sehari, ada yang mengkhatamkannya dalam seminggu dan ada pula dalam jangka waktu sebulan.

Imam an-Nawawi dalam kitabnya al-Adzkar menyebutkan bahwa tradisi tadarus Al-Qur’an kemudian berkembang pesat pada masa ulama salaf. Mereka memiliki target tertentu dalam mengkhatamkan Al-Qur’an dan berlomba-lomba untuk menyelesaikannya sebagaimana yang dilakukan oleh para sahabat nabi Muhammad saw. Kita dapat melacak banyak kisah bagaimana para ulama begitu intens berinteraksi dengan Al-Qur’an.

Baca Juga: Menilik Akar Tradisi Tadarus Al-Quran dalam Al-Quran dan Hadis

Dahulu, sebagian ulama salaf biasanya mengkhatamkan Al-Qur’an setiap dua bulan sekali. Ada pula yang mengkhatamkan satu bulan sekali, setiap sepuluh hari sekali, setiap delapan hari sekali dan mayoritas ulama salaf mengkhatamkan Al-Qur’an satu minggu sekali. Selain itu, ada pula yang mengkhatamkan Al-Qur’an setiap enam hari sekali, ada yang lima hari sekali, empat hari sekali, dan tiga hari sekali.

Banyak diantara ulama salaf yang mengkhatamkan selama sehari semalam, ada pula yang dua kali khataman dalam sehari, tiga kali khataman dalam sehari semalam dan bahkan ada pula dari sebagian mereka yang mampu mengkhatamkan delapan kali dalam kurun waktu sehari semalam seperti as-Sayyid al-Jalil Ibnu al-Katib as-Sufi. Hal ini menunjukkan betapa tingginya antusias mereka dalam tadarus Al-Qur’an (Siyar A’lam Al-Nubala).

Opsi Metode Mengkhatamkan Al-Qur’an

Dalam kitab al-Tibyan fi Adab Hamalah al-Quran karya Imam an-Nawawi telah disebutkan bahwa tradisi mengkhatamkan Al-Qur’an memiliki keragaman praktik di kalangan umat Islam, mulai dari masa nabi Muhammad saw hingga saat ini. Mungkin akan timbul pertanyaan, “sebaiknya berapa kali atau seberapa lama kita  mengkhatamkan Al-Qur’an?”

Berkenaan dengan pertanyaan tersebut, Imam Abu al-Laits dan Imam Abu Hanifah pernah memberikan patokan, yakni bahwa umat Islam setidaknya dapat mengkhatamkan Al-Qur’an sebanyak dua kali dalam satu tahun. Sedangkan Imam Ahmad berkata, “Makruh mengakhirkan mengkhatamkan Al-Qur’an lebih dari 40 Hari tanpa adanya uzur, berdasarkan hadits Ibnu Amr” (Fath al-Mu’in).

Dalam upaya tadarus Al-Qur’an ini, seseorang dapat menggunakan berbagai metode yang sesuai. Beberapa ulama seperti Hajjaj bin Yusuf ats-Tsaqafi, Abu Bakar bin ‘Ayyasy, dan beberapa ulama yang lain telah membuat rumusan jitu untuk segenap umat Islam agar bisa mengkhatamkan Al-Quran sesuai dengan kemampuan dan alokasi waktu yang ia miliki, sebagai berikut:

Pertama, mengkhatamkan Al-Qur’an dalam waktu 7 hari menggunakan metode Famy Bi Syawqin. Melalui metode ini seseorang dapat selesai membaca Al-Qur’an dalam waktu seminggu dengan membagi beberapa surah untuk dibaca, yaitu: fa, hari pertama membaca surah al-fatihah hingga akhir surah an-Nisa. Mim, hari kedua membaca surah al-Maidah hingga surah at-Taubah.

Selanjutnya, (ya) hari ketiga membaca surah Yunus hingga an-Nahl. Ba, hari keempat membaca surah al-Isra hingga surah al-Furqan.  Sya, hari kelima membaca surah asy-Syu’ara hingga surah Yasin. Wawu, hari keenam membaca surah ash-Shaffat hingga surah al-Hujarat. Terakhir, (Qaf) hari ketujuh membaca surah Qaf hingga akhir surah an-Nas.

Kedua, mengkhatamkan Al-Qur’an dengan metode 30 juz. Melalui metode ini, seseorang bisa mengkhatamkan Al-Qur’an dalam waktu satu hari saja, yakni dengan membaca 30 juz Al-Qur’an selama 24 jam. Metode ini juga bisa digunakan dalam rentan waktu sebulan, yakni dengan membaca satu juz setiap hari hingga juz yang ketiga puluh.

Ketiga, mengkhatamkan Al-Qur’an dengan metode hizb. Melalui metode ini, seseorang bisa mengkhatamkan Al-Qur’an dalam waktu dua bulan. Karena setiap juz terdapat dua hizb, jika dihitung setiap hari seseorang membaca satu hizb, maka tiga puluh juz akan selesai dalam waktu dua bulan. Hizb ini bisa kita temukan dalam mushaf Madinah atau mushaf-mushaf terkini Indonesia yang ditulis ala mushaf Bahriyah.

Keempat, mengkhatamkan Al-Qur’an dengan metode tsumun. Para ulama juga membagi setiap hizb menjadi empat bagian. Setiap juz memiliki delapan bagian (tsumun). Pembagian ini diharapkan agar seseorang bisa mengkhatamkan Al-Quran dalam kurun waktu delapan bulan. Tandanya biasanya menggunakan angka ½,  ¼, dan ¾ di atas tulisan hizb yang artinya ar-rub’ (seperempat), an-nisf (seperdua), dan ats-tsalasah (tiga perempat).

Selain itu, dengan metode tsumun ini seseorang bisa mengkhatamkan Al-Quran dalam sebulan melalui rakaat shalat. Caranya, setiap rakaat pertama dan kedua membaca Al-Quran sebanyak dua tsumun. Jika setiap hari terdapat lima kali waktu shalat, maka secara otomatis orang tersebut telah membaca 10 tsumun setiap harinya atau setara dengan 1 ¼ juz. Dengan demikian, ia dapat mengkhatamkan Al-Qur’an kurang dari sebulan.

Kelima, mengkhatamkan Al-Qur’an dengan metode ruku’. Metode ini adalah metode paling mudah dan diperuntukkan untuk orang-orang yang sangat sibuk. Mereka tidak memiliki cukup waktu untuk membaca Al-Quran. Ruku’ biasanya ditandai dengan huruf ‘ain (ع) di bagian samping mushaf. Dengan metode ini sesibuk apapun seseorang, ia akan tetap bisa tadarus Al-Quran.

Baca Juga: 3 Cara Tepat Membaca Al Quran

Jumlah ruku’ dalam Al-Quran adalah sebanyak 554 ruku’. Surah yang panjang biasanya berisi beberapa ruku’, sedang surat yang pendek hanya berisi satu ruku’. Sehingga jika dijumlahkan, maka orang tersebut bisa mengkhatamkan Al-Quran dalam kurun waktu sekitar 18 bulan setengah jika ini dilakukan secara istikamah atau konsisten.

Terlepas dari metode mana yang digunakan, satu hal yang harus didasari ketika seseorang ingin melakukan tadarus Al-Qur’an, yakni bahwa kegiatan membaca ayat-ayat Allah swt bukan sekedar menyebutkan huruf demi huruf, melainkan juga sebuah usaha untuk memahami isi kandungannya yang begitu agung dan dalam. Melalui perenungan ini, seseorang akan mampu mendapatkan nilai lebih dari sekedar melafalkan (Hasyiyah I’anah at-Thalibin). Wallahu a’lam.

Muhammad Rafi
Muhammad Rafi
Penyuluh Agama Islam Kemenag kotabaru, bisa disapa di ig @rafim_13
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Catatan interpolasi tafsir Jami‘ al-Bayan karya Al-Ijiy pada naskah Jalalain Museum MAJT

Jami’ al-Bayan: Jejak Tafsir Periferal di Indonesia

0
Setelah menelaah hampir seluruh catatan yang diberikan oleh penyurat (istilah yang digunakan Bu Annabel untuk menyebut penyalin dan penulis naskah kuno) dalam naskah Jalalain...