BerandaTafsir TematikMenguak Sisi Sains Skenario Perjalanan Isra Mikraj dalam Al-Quran

Menguak Sisi Sains Skenario Perjalanan Isra Mikraj dalam Al-Quran

Setiap tanggal 27 Rajab, agama Islam memperingati perjalanan Isra Mikraj. Hari tersebut dikenang sebagai peristiwa bersejarah sekitar 1400 tahun yang lalu mengenai perjalanan Rasulullah Saw dan malaikat Jibril dari Masjidil Haram, Makkah menuju Masjid al-Aqsa di Baitul Maqdis, Palestina. Kemudian Rasullah melanjutkan perjalannanya menuju langit Sidratul Muntaha dengan menunggangi Buraq hanya dalam kurun waktu satu malam.

Banyak pendangan yang melatarbelakangi peristiwa ini, dikatakan dalam kitab Durratun Nasihin karya Syekh Ustman al Khuwairy bahwa di antara sebab terjadinya peristiwa ini ialah karena doa langit kepada Allah atas kecemburuannya terhadap bumi, lantaran pemimpin para Rasul dan penutup para Nabi berada di atasnya. Namun, jika dikaitkan dengan persoalan ilmu sains, mustahilkah peristiwa ini terjadi ? Benarkah klaim yang menganggap Al-Quran dan sains selalu berujung kontroversial ? Berikut penjelasannya.

Hakikatnya, setiap peristiwa yang diabadikan dalam firman-Nya merupakan suatu mukjizat, tidak terkecuali peristiwa maha hebat perjalanan Rasulullah Saw. mengililingi seantero jagat raya ini, yang di abadikan dalam QS. Al Isra’ ayat 1 dan diperjelas dalam QS. An-Najm ayat 13-18 yang kemudian melahirkan pandangan bahwa Rasulullah Saw. melaksanakan perjalanan bersama dengan jasadnya.

سُبْحٰنَ الَّذِيْٓ اَسْرٰى بِعَبْدِهٖ لَيْلًا مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ اِلَى الْمَسْجِدِ الْاَقْصَا الَّذِيْ بٰرَكْنَا حَوْلَهٗ لِنُرِيَهٗ مِنْ اٰيٰتِنَاۗ اِنَّهٗ هُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ

“Mahasuci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidilharam ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat.”

Sedang QS. An-Najm ayat 13-18 seperti berikut,

وَلَقَدْ رَاٰهُ نَزْلَةً اُخْرٰىۙ (13 عِنْدَ سِدْرَةِ الْمُنْتَهٰى (14 عِنْدَهَا جَنَّةُ الْمَأْوٰىۗ  (15 اِذْ يَغْشَى السِّدْرَةَ مَا يَغْشٰىۙ  ( 16مَا زَاغَ الْبَصَرُ وَمَا طَغٰى (17  لَقَدْ رَاٰى مِنْ اٰيٰتِ رَبِّهِ الْكُبْرٰى (18

Dan sungguh, dia (Muhammad) telah melihatnya (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, (13) (yaitu) di Sidratul Muntaha, (14) di dekatnya ada surga tempat tinggal, (15) (Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratil muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya, (16) penglihatannya (Muhammad) tidak menyimpang dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya. (17) Sungguh, dia telah melihat sebagian tanda-tanda (kebesaran) Tuhannya yang paling besar. (18)

Baca Juga: Peristiwa Isra Mikraj Nabi Muhammad Saw Menurut Ulama Tafsir

Perjalanan isra mikraj dalam tinjauan ilmu fisika

Di tengah derasnya perkembangan keilmuan yang semakin pesat ini, perjalanan Isra Mikraj yang ditempuh dalam satu malam dapat dibenarkan dalam ilmu sains fisika. Hal ini merujuk pada temuan pemikiran Albert Einstein mengenai persamaan masa dan energi. Pada abad 19, Albert mengungkapkan bahwa kecepatan tertinggi di alam semesta ialah kecepatan cahaya.

Pada konteks ini, malaikat Jibril merupakan makhluk cahaya (energi cahaya) yang menampilkan dirinya dengan bertransformasi menjadi makhluk (yang memiliki massa). Demikian dalam perjalanan Isra Mikraj ini, Rasulullah Saw. bertransormasi dari wujud yang memiliki massa menjadi makluk berenergi cahaya. Sehingga, hal ini memenuhi teori modern yang bernama  Relativitas, di mana sesuatu yang bergerak menggunakan kecepatan cahaya dapat bertambah masanya.

Menurut teori ini, makhluk atau benda (massa) akan berubah jika kecepatannya berubah. Namun, jika kecepatannya sudah setara dengan kecepatan cahaya, massanya tidak akan berubah meski wujudnya bertranformasi dari cahaya menjadi massa. Begitupun ketika suatu makhluk yang bergerak dengan kecepatan cahaya jika bertransformasi menjadi makhluk (massa) maka kecepatannya akan tetap setara dengan kecepatan cahaya.

Artinya, Rasulullah melaksanakan perjalanan Isra Mikraj bersama Malaikat Jibril menunggani buraq dengan kecepatan melebihi kecepatan cahaya yakni sekitar 300.000 km per detik. Pertanyaan lainnya, bagaimana bisa Nabi mengalami kecepatan cahaya sedangkan Nabi bukanlah makhluk cahaya ?

Nabi merupakan makluk yang berbobot, terdiri dari banyak sel-sel, jaringan, sistem organ yang tersusun dengan energi ikat, dengan percepatan beberapa kali gravitasi saja dapat menyebabkan manusia meninggal dunia. Berbeda dengan buraq dan malaikat Jibril yang tubuhnya tersusun dari unsur cahaya sehingga mudah melakukannya.

Baca Juga: Sisi lain dari Isra Mikraj Nabi Muhammad Saw, Tafsir Alternatif Surah Al-Isra ayat 1

Kendati demikian, menurut Ridwan Abdullah Sani dalam Sains Berbasis Al-Quran, hal ini dapat terjawab oleh penjelasan reaksi annihilasi, yang merupakan suatu proses rekontruksi sebuah materi menjadi sebuah gelombang.  Berdasarkan pembuktian labrotarium nuklir, ini menjadi mungkin terjadi, karena dalam setiap zat (materi) terdapat anti materi yang jika direaksikan keduanya akan berubah menjadi seberkas sinar gama atau cahaya.

Dapat dipastikan hal ini terjadi sesaat setelah Jibril membersihkan hati Nabi Muhammad Saw. dengan air zam-zam. Dikatakan demikian karena dalam sains biologi, hati merupakan pusat sistem energi pada manusia. Dengan kehendak Allah, Jibril diperintahkan untuk memanipulasi sistem enegri yang ada dalam tubuh Rasulullah Saw., sehingga tubuh material dapat diubah menjadi cahaya dengan reaksi annihilasi.

Bersadarkan  temuan-temuan di atas, dapat diketahui bahwa fenomena perpindahan lokasi, dengan perjalanan deminsional telah ditemukan secara ilmiah pada masa ini. Meski perjalanan Isra Mikraj tidak bisa dijelaskan secara detail dan tuntas, namun penjelasan ilmiah ini cukup memadai untuk memberikan pemaknaan bahwa Al-Quran memuat pesan-pesan ilmiah yang tersirat didalamnya. selebihnya, temuan-temuan dan penjelasan ilmiah yang dipelajari merupakan media yang akan menambah keyakinan kita terhadap kekuasaan dan mukjizat Allah. wallahu a’lam bisshowab

Mufidatul Bariyah
Mufidatul Bariyah
Mahasiswa Ilmu Alquran dan Tafsir Institut Kiai Haji Abdul Chalim (IKHAC) Mojokerto, aktif di CRIS (Center for Research and Islamic Studies) Foundation
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Belajar parenting dari dialog Nabi Yakub dan Nabi Yusuf

Belajar ‘Parenting’ dari Dialog Nabi Yakub dan Nabi Yusuf

0
Dalam hal parenting, Islam mengajarkan bahwa perhatian orang tua kepada anak bukan hanya tentang memberi materi, akan tetapi, juga pendidikan mental dan spiritual yang...