Dalam setiap perseteruan pihak, musuh selalu saja ada yang ingin menyerang dari belakang atau ada yang mengompori untuk merusak komitmen perdamaian. Karena itulah sikap waspada perlu ditingkatkan dengan menyerahkan urusan kepada Allah Swt. Pada QS. Al-Anfal ayat 62, Allah Swt. berfirman:
وَاِنْ يُّرِيْدُوْٓا اَنْ يَّخْدَعُوْكَ فَاِنَّ حَسْبَكَ اللّٰهُ ۗهُوَ الَّذِيْٓ اَيَّدَكَ بِنَصْرِهٖ وَبِالْمُؤْمِنِيْنَۙ
وَاَلَّفَ بَيْنَ قُلُوْبِهِمْۗ لَوْاَنْفَقْتَ مَا فِى الْاَرْضِ جَمِيْعًا مَّآ اَلَّفْتَ بَيْنَ قُلُوْبِهِمْ وَلٰكِنَّ اللّٰهَ اَلَّفَ بَيْنَهُمْۗ اِنَّهٗ عَزِيْزٌ حَكِيْمٌ
“Dan jika mereka hendak menipumu, maka sesungguhnya cukuplah Allah (menjadi pelindung) bagimu. Dialah yang memberikan kekuatan kepadamu dengan pertolongan-Nya dan dengan (dukungan) orang-orang mukmin,dan Dia (Allah) yang mempersatukan hati mereka (orang yang beriman). Walaupun kamu menginfakkan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sungguh, Dia Maha perkasa, Maha bijaksana” (Qs. al-Anfal (8) : 62-63)
Tafsir Ayat
Wa In Yuridu An Yakhda’uka (Dan jika mereka hendak menipumu) maksudnya adalah apabila pihak musuh hendak mengadakan perdamaian, lalu memiliki maksud tersembunyi berupa mengelabui dan mengkhianati perjanjian damai, hendaklah orang-orang beriman mewaspadai hal tersebut. Selain dapat membahayakan kehidupan sosial hal ini dapat pula memantik permusuhan yang berkepanjangan. Karena itu diperlukan sikap waspada terhadap segala indikasi yang mengarah kepada pengkhianatan.
Akan tetapi, seorang beriman harus tetap menyerahkan segala urusan kepada Allah Swt. yang dijelaskan dalam redaksi Fa Inna Hasbaka Allah yang berarti maka sesungguhnya cukuplah Allah (menjadi pelindung) bagimu. Dengan ini Allah akan menguatkan hati orang beriman serta akan dilindungi dari segala macam serangan musuh baik yang Nampak maupun tersembunyi. Menurut Imam al-Tabari redaksi Wa Bi al-Mu`minin dalam ayat di atas adalah kaum Ansar. (Muhammad ibn Jarir al-Tabari, Jami’ul Bayan ‘An Ta`wil Ayil Qur`an, Juz 4, hal. 61)
Ayat selanjutnya pada redaksi pembuka yakni Wa Allafa Bayna Qulubihim yang berarti dan Dia (Allah) yang mempersatukan hati mereka (orang yang beriman) menurut Muhammad Tahir bin ‘Asyur adalah Allah mempersatukan hati orang-orang ‘Aus dan Khazraj setelah kedua kabilah tersebut menerima dakwah Nabi Muhammad Saw.
Sebelum Rasulullah Saw. berhijrah ke Madinah, kedua kelompok tersebut kerap kali berseteru dan puncaknya terlibat dalam perang Bu’ath. Karena rahmat Allah Ta’ala mereka bersatu. Ibnu ‘asyur pun mengaitkan ayat di atas dengan firman Allah berikut :
وَاعْتَصِمُوْا بِحَبْلِ اللّٰهِ جَمِيْعًا وَّلَا تَفَرَّقُوْا ۖوَاذْكُرُوْا نِعْمَتَ اللّٰهِ عَلَيْكُمْ اِذْ كُنْتُمْ اَعْدَاۤءً فَاَلَّفَ بَيْنَ قُلُوْبِكُمْ فَاَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهٖٓ اِخْوَانًاۚ وَكُنْتُمْ عَلٰى شَفَا حُفْرَةٍ مِّنَ النَّارِ فَاَنْقَذَكُمْ مِّنْهَا ۗ كَذٰلِكَ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اٰيٰتِهٖ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُوْنَ
“Dan berpegangteguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliah) bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu, sehingga dengan karunia-Nya kamu menjadi bersaudara, sedangkan (ketika itu) kamu berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari sana. Demikianlah, Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu mendapat petunjuk” (Qs Ali ‘Imran (3) : 103)
Berdarsarkan ayat di atas dapat dipahami bahwa atas rahmat Allah lah manusia dapat bersatu padu. Terlebih ketika sebelum adanya Dakwah Nabi Muhammad Saw. kepada penduduk Madinah yakni kaum Aus dan Khazraj, keduanya selalu terlibat dalam konflik antar kabilah yang tentunya merugikan kedua kabilah tersebut. Tak hanya hubungan sosial memburuk, nyawa pun tentunya menjadi taruhan.
Lalu Allah Swt. mempersatukan hati mereka melalui dakwah Nabi Saw. sehingga kedua kabilah tersebut menjadi kalangan yang loyal terhadap Dakwah Islam. Kemudian kabilah tersebut terkenal dengan sebutan kaum Anshar. (Muhammad Tahir ibn ‘Asyur, Tafsir al-Tahrir Wa al-Tanwir, Juz 10, hal. 62-64)
Menurut Imam At-Tabari meskipun seorang manusia menyumbangkan seluruh hartanya untuk mempersatukan umat manusia dalam suatu cita-cita, tanpa adanya Rahmat Allah Swt., maka hal tersebut tidak dapat terjadi. Hal ini seperti yang ditegaskan oleh Allah dalam redaksi Walakin Allah Allafa Baynahum yang berarti tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Maksud dari redaksi tersebut adalah Allah Swt. yang mempersatukan hati manusia dengan memberi petunjuk kepada manusia melalui perantara utusan-Nya. (Muhammad ibn Jarir al-Tabari, Jami` al-Bayan ‘An Ta`wil Ay al-Qur`an, Juz 4, hal. 62)
Penutup ayat yakni Innahu ‘Azizun Hakim yang berarti Sungguh, Dia Maha perkasa, Maha bijaksana. Muhammad Husayn Tabataba’i menjelaskan bahwa Allah Swt. mempersatukan kaum Aus dan Khazraj merupakan rahmat dari-Nya serta merupakan hak prerogatif-Nya selaku dzat yang Maha Perkasa juga Maha Bijaksana.
Dengan demikian, dapat dipahami Allah lah yang Maha berkehendak terhadap segala sesuatu, maka manusia hendaknya tidak boleh menyombongkan diri di hadapan manusia lainnya. (Muhammad Husayn Tabata’i, al-Mizan Fi Tafsir al-Qur`an, Juz 9, hal. 122-13). Wallahu A’lam.