Sebagian oknum teroris yang mempraktikkan bom bunuh diri menjadikan Surat Al-Baqarah Ayat 207 untuk melegitimasi kelompoknya dalam hal tindakan teror. Hal ini tentu saja salah sepenuhnya. Dalam tulisan ini, penulis akan menguraikan bagaimana penafsiran yang tepat menurut para ulama terkait Surat Al-Baqarah ayat 207. Ayat ini berbunyi:
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَشْرِي نَفْسَهُ ابْتِغَاءَ مَرْضَاتِ اللَّهِ ۗ وَاللَّهُ رَءُوفٌ بِالْعِبَادِ
“Dan di antara manusia ada orang yang merelakan kepentingan dirinya untuk mencari keridhaan Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya.” (Surat al-Baqarah ayat 207).
Surat al-Baqarah Ayat 207 di atas cukup populer, khususnya di kalangan Sufi, sebagai dasar pengahambaan diri kepada Allah dalam rangka mencari dan mengharap ridha-Nya.
Namun siapa sangka ayat mulia nan suci tersebut ternyata telah dinodai oleh kalangan radikalis dan teroris. Mereka menjadikan ayat itu sebagai dasar untuk membenci dan menyerang sesama makhluk Allah. Parahnya, sampai dijadikan dasar legitimasi bom bunuh diri! Kita bisa melihat hal tersebut dalam materi doktrin kelompok radikalis dan teroris.
Dalam beberapa peristiwa pengeboman bunuh diri, pelakunya juga meyakini ayat tersebut sebagai dalil bom bunuh diri. Bahkan dipropagandakan ke masyarakat luas melalui media sosial setiap kali terjadi peristiwa, dengan tujuan membenarkan bom bunuh diri.
Bagaimana sebenarnya penafsiran ayat tersebut? Untuk melihat lebih obyektif tafsir ayat tersebut, mari kita baca terlebih dahulu asbab nuzulnya. Ibnu Abbas, Anas bin Malik, Said bin Musayyab dan beberapa sahabat memberikan keterangan bahwa, ayat tersebut diturunkan berkaitan dengan peristiwa Suhaib bin Sinan Ar-Rumi, yang akan mengikuti Nabi SAW berhijrah ke Madinah.
Oleh orang-orang Quraisy ia dilarang berhijrah dengan membawa kekayaannya. Suhaib tidak mengindahkan larangan orang-orang Quraisy itu bahkan dengan segala senang hati dan penuh keikhlasan ia menyerahkan semua kekayaannya asal ia dibolehkan berhijrah ke Madinah, maka turunlah ayat tersebut. Setelah itu Sayyidina Umar bin Khattab beserta beberapa orang sahabat pergi menemui Suhaib dan berkata, “Daganganmu benar-benar beruntung.”
Baca Juga: Belajar Sabab Nuzul dalam Menafsirkan Al Quran Sangat Penting!
Demikian lah hendaknya setiap orang yang berjuang di jalan Allah. Ia harus berani mengorbankan apa yang ada padanya, baik tenaga maupun harta, demi tercapainya perjuangan, sebagai cerminan iman dan takwa yang ada di dalam hati masing-masing.
Dari kisah asbab nuzul atau konteks turunnya ayat tersebut, diketahui tidak ada kaitan sama sekali antara QS al-Baqarah 207 ini, dengan kekonyolan mengorbankan nyawa diri sendiri maupun orang lain. Begitu juga dari segi Munasabah (keterkaitan runtutan ayat).
Dilihat dari segi Munasabah-nya, ayat tersebut hendak menerangkan perbedaan antara orang munafik dan orang beriman. Sebagaimana ditulis dalam Tafsir al-Misbah, alangkah jauh perbedaan antara orang-orang munafik itu dengan orang-orang Mukmin, yaitu mereka yang tulus berupaya untuk mendapatkan ridla Allah serta memperjuangkan kebenaran. Sikap ini sangat berbeda dengan orang munafik yang hanya berpura-pura.
Cocokologi Surat al-Baqarah Ayat 207 dengan bom bunuh diri juga tertolak ketika meninjau ayat-ayat yang lain yang lebih sarih (tegas dan jelas). Misalnya:
- al-Nisa [4] ayat 29:
“Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.”
- al-Baqarah [2] ayat 195:
“Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.”
- al-Isra [17] ayat 33:
“Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya), melainkan dengan suatu (alasan) yang benar.”
- al-Maidah [5] ayat 32:
“Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya.”
Dalam memahami ayat-ayat tersebut, para ulama menjelaskan bahwa, pertama, Allah melarang membunuh diri sendiri dan orang lain, karena asas yang dibangun Islam adalah persatuan umat, saling membantu dan menolong satu sama lain. Sebagaimana dinyatakan dalam hadis bahwa, tidak sempurna iman seseorang sampai ia mencintai saudaranya, sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri. Kedua, jika membunuh orang lain dilarang, maka membunuh diri sendiri (intihar), termasuk bom diri, juga dilarang.
Selain dilarang oleh Alquran, bunuh diri juga dilarang oleh hadis Nabi. Sebagaimana dalam riwayat Bukhari dan Muslim: “Siapa yang membunuh dirinya dengan sesuatu, ia akan disiksa dengannya pada hari kiamat.” Juga dalam sabdanya yang lain:
قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَنْ قَتَلَ نَفْسَهُ بِحَدِيدَةٍ فَحَدِيدَتُهُ فِي يَدِهِ يَتَوَجَّأُ بِهَا فِي بَطْنِهِ فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدًا مُخَلَّدًا فِيهَا أَبَدًا. وَمَنْ شَرِبَ سُمًّا فَقَتَلَ نَفْسَهُ فَهُوَ يَتَحَسَّاهُ فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدًا مُخَلَّدًا فِيهَا أَبَدًا. وَمَنْ تَرَدَّى مِنْ جَبَلٍ فَقَتَلَ نَفْسَهُ فَهُوَ يَتَرَدَّى فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدًا مُخَلَّدًا فِيهَا أَبَدًا. (رواه مسلم)
“Siapa yang membunuh dirinya sendiri dengan besi, maka besinya akan berada di tangannya menikam perutnya di neraka Jahanam, selama-lamanya. Siapa yang minum racun, sehingga ia membunuh dirinya, maka ia akan meminumnya di dalam neraka Jahanam, selama-lamanya. Dan siapa yang menjatuhkan dirinya dari sebuah gunung sehingga membunuh dirinya, maka ia akan menjatuhkan dirinya di dalam neraka Jahanam, selama-lamanya.” (HR. Muslim).
Pada intinya, Islam amat melindungi dan menjamin keamanan dan keselamatan manusia secara keseluruhan, baik muslim maupun non-muslim, baik diri sendiri maupun orang lain (la darara wa la dirara). Mencederai fisik, apalagi menghilangkan nyawa, merupakan bentuk kekufuran kepada Allah Sang Pencipta dan Pemberi Kehidupan.
Baca Juga: Tafsir Surat Al-Fath Ayat 1-3: Kunci Kemenangan Ada pada Perdamaian
Karena itu menjadikan Surat al-Baqarah ayat 207 sebagai dasar bom bunuh diri merupakan sebuah penodaan terhadap Alquran dan kekeliruan yang fatal. Perjuangan meraih ridla Allah bukan dengan kebencian apalagi penyerangan, tetapi harus dilakukan dengan totalitas pelayanan kepada semua makhluk (rahmatan lil ‘alamin), kita harus menyayangi dan menghormati semua makhluk karena menghormati pencipta-Nya. Perjuangan mencari ridla Allah juga harus dilakukan dengan cara-cara yang diridlai-Nya, bukan dengan bunuh diri, yang malah akan mengundang murka-Nya.