Tata Krama Berdoa

tata krama berdoa
tata krama berdoa

“Yesterday is history, tomorrow is mistery”. Dalam hidup setiap manusia tidak bisa terlepas dari satu ketidakpastian yakni masa depan. Hari ini bersama, besok boleh jadi berpisah.  Sekarang senang, besok belum tentu. Sekarang susah, jangan hawatir, itu tidak akan berlaku selamanya karena kita tahu hidup manusia selalu mengalami naik dan turun. Maka sikap yang baik dalam menyikapi hidup yang seperti itu adalah dengan “tidak meninggi ketika senang, tidak mengeluh ketika susah”.

Akan tetapi, dari berbagai ujian yang selalu menimpa setiap manusia tetap akan ada orang yang lebih baik dari segi kebermanfaatan bagi banyak orang, karir, posisinya di lingkungan sosial dan yang paling utama adalah kemapanan iman dan takwanya. Hal itu bukan serta merta diperoleh tanpa upaya. Sebab akibat tetaplah berlaku. Misalnya kalau saat ini ada orang pandai, ternyata di masa lalunya memanglah dia tekun dalam belajar.

Hidup yang baik tidak melulu ditentukan usaha. Ada yang sudah berusaha keras namun tetap gagal. Faktor lain penentu keberhasilan adalah doa. Kekuatan doa sangatlah besar. Jalaluddin Rumi bahkan mengatakan “Allah tidak menciptakan sesuatu yang lebih kuat melebihi doa, dia telah menjadikan doa lebih kuat daripada takdirnya.”

Ini bukanlah pendapat yang tanpa dasar karena Alquran pun banyak menyebutkan hal senada sebagaimana disebutkan dalam surat ghafir ayat 60:

وَقَالَ رَبُّكُمُ ٱدۡعُونِيٓ أَسۡتَجِبۡ لَكُمۡۚ إِنَّ ٱلَّذِينَ يَسۡتَكۡبِرُونَ عَنۡ عِبَادَتِي سَيَدۡخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ  ٦٠ [ غافر:60]

Dan Tuhanmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina”. (Q.S. Ghafir [40]: 60)

Berdasar ayat tersebut Allah menyatakan janjinya kepada manusia bahwa apabila manusia berdoa, Allah akan mengabulkannya dengan cara terbaik menurut Allah. Dalam berdoa, manusia harus tetap memperhatikan tata krama atau yang biasa disebut adab.

Baca Juga: Alasan Doa Belum Dikabulkan Menurut Fakhruddin al-Razi

Buya Hamka mengatakan “Permohonan atau doa yang paling buruk ialah jika Allah hanya dijadikan sebagai jembatan saja untuk menuju suatu keinginan. Bila keinginan telah tercapai, Allah pun dilupakan. Dan janganlah gelisah atau mengeluh jika yang diminta tidak lekas terkabul, karena yang demikian itu adalah tanda  bukti bahwa ma’rifat kepada Allah belum ada. Yang ada barulah mementingkan diri sendiri.”

Hamka menambahi penjelasannya dengan hadis Nabi bahwa Rasulullah pun menyampaikan bahwa siapa yang ingin doanya dikabulkan ketika dalam kesulitan, maka hendaklah ia juga banyak berdoa ketika ia sedang lapang (Tafsir Al-Azhar: 6394).

Mengenai adab dan sikap berdoa, dalam surah Al-A’raf ayat 55 juga disebutkan “Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.”

Ayat ini menginformasikan setidaknya tiga hal: Pertama yaitu perintah berdoa. Kedua dan Ketiga adalah tata krama berdoa, yaitu merendah dan melembutkan suara sebagaimana orang yang sedang merahasiakan sesuatu. Selain itu, doa harus dilakukan dengan khusyu, ikhlas dan suara yang tidak keras serta tidak bertele-tele sehingga menimbulkan kesan dibuat-buat. Demikian penafsiran ayat tersebut dari Quraish Shihab (Tafsir Al-Misbah: 122)

Baca Juga: Pesan di Balik Doa Nabi Ibrahim dalam Surah Asy-Syu’ara Ayat 83-89

Tata krama berdoa ini sebenarnya dapat pula diamalkan di luar doa. Sebagaimana diketahui, doa adalah permohonan dari hamba (orang yang secara derajat lebih rendah) kepada Allah (yang lebih tinggi derajatnya). Doa juga simbol dari relasi orang yang sedang butuh bantuan  dan orang yang dimintai bantuan. Tata krama berdoa, yakni dengan merendah dan melembutkan suara sejatinya dapat kita praktikkan ke siapa saja dan kapan saja, karena mengingat manusia adalah makhluk sosial, satu terhadap yang lain pasti saling membutuhkan. Wallahu a’lam bish-shawab