BerandaKisah Al QuranKetika Ahnaf bin Qays Melihat Dirinya Melalui Alquran

Ketika Ahnaf bin Qays Melihat Dirinya Melalui Alquran

Ahnaf bin Qays adalah seorang salafusshalihin yang terkenal dengan kemurahan hatinya. Dia juga seorang pemimpin kabilah Tamim yang lahir di Bashrah. Salah satu sahabat mukhadram tersebut memeluk Islam di masa Nabi, akan tetapi seperti Uwais al-Qarni, dia belum sempat menjumpai Nabi Saw. Demikian Imam al-Dzahabi mengisahkannya dalam Siar A’lam al-Nubala, juz 4 hal. 87-88.

Sementara itu, Imam Ahmad bin Hanbal dalam kitabnya, al-Zuhd, hal. 288 juga bercerita tentang Ahnaf bin Qays, khususnya ketika Ahnaf melihat dirinya melalui Alquran. Diceritakan ketika Ahnaf bin Qays berkata: “Aku periksa diriku berdasarkan Alquran, kemudian tidak kudapati sesuatu dalam diriku yang lebih serupa denganku melainkan ayat Alquran, surah At-Taubah: 102.

Baca Juga: Kisah Thalhah Bin Ubaidillah di Perang Uhud

Introspeksi melalui ayat-ayat Alquran

Moh. Ali Aziz dalam bukunya, Bersiul di Tengah Badai hal. 62 menceritakan secara gamblang kisah Ahnaf di atas. Suatu ketika Ahnaf duduk termenung agak lama, tiba-tiba ia teringat firman Allah swt. Q.S. Al-Anbiya’ ayat 10.

Setelah merenungi ayat tersebut Ahnaf bin Qays kemudian mengambil kitab suci Al-Quran seraya berkata dalam hati “Kitab suci ini telah menjelaskan segala sifat manusia dan tingkatannya. Saya ingin tahu siapakah aku ini? termasuk kelompok manakah diriku ini?”

Ayat pertama yang dijumpainya adalah Q.S. Adz-Dzariat ayat 17-18. Menurut ayat ini, tanda orang bertakwa adalah sedikit tidur untuk memperbanyak salat malam dan memohon ampun kepada Allah Swt. Ahnaf bin Qays meneteskan air mata dan berkata “Wahai Allah, sungguh aku tidak termasuk dari mereka yang engkau sebut dalam firmanMu ini”

Dia kemudian membuka Alquran untuk kedua kalinya, dan tiba-tiba matanya tertuju pada Q.S. Ali Imran ayat 134. Ayat tersebut menjelaskan bahwa orang-orang yang bertakwa selalu menafkahkan hartanya setiap saat, tidak menunggu kaya atau punya harta lebih. Mereka mudah memaafkan orang karena sadar bahwa hidup di tengah manusia yang beraneka watak, status, kepentingan, aliran, pemahaman tentang suatu hal tidak selamanya seirama. Mereka sadar bahwa siapa pun bisa melakukan kesalahan termasuk mereka.

Setelah membaca ayat tersebut, komentar yang keluar dari seorang Ahnaf yaitu, “Wahai Allah, saya tidak termasuk kelompok ini”. lalu ia membuka lagi Alquran untuk ketiga kalinya dan menemukan Q.S. Al-Hasyr ayat 9.

Mereka yang dipuji Allah dalam ayat tersebut adalah para sahabat anshar yang memberi semua kebutuhan saudara-saudara mereka yang baru datang dari Makkah (muhajirin), sekali pun mereka bukan orang yang berpunya. Mereka lebih mementingkan orang lain daripada mereka.

Setelah membaca ayat ini Ahnaf sekali lagi berkata “wahai Allah, sungguh saya tidak termasuk kelompok ini.”‌ Ahnaf lantas diam beberapa saat lalu bergumam lagi “Wahai Allah aku belum menemukan potret diriku”.

Baca Juga: Pentingnya Menjaga Silaturahmi, Belajar dari Kisah Misthah bin Atsatsah

Ahnaf bin Qays kembali membuka Alquran untuk keempat kalinya dan menemukan firman Allah Q.S. As-Shaffat ayat 35-36. Ayat ini menjelaskan adanaya kelompok orang yang acuh bahkan sinis terhadap nasihat agama. Mereka menganggap para penganjur kebaikan di tengah kemaksiatan sebagai orang-orang yang tidak waras. Dia lalu berkata “Wahai Allah, jauhkan aku dari sifat-sifat yang tercela ini.”

Pemimpin Bani Tamim itu tak henti-hentinya membolak-balik Alquran dan sampai pada Q.S. At-Taubah ayat 102:

وَاٰخَرُوۡنَ اعۡتَرَفُوۡا بِذُنُوۡبِهِمۡ خَلَطُوۡا عَمَلًا صَالِحًـا وَّاٰخَرَ سَيِّئًا ؕ عَسَى اللّٰهُ اَنۡ يَّتُوۡبَ عَلَيۡهِمۡ‌ ؕ اِنَّ اللّٰهَ غَفُوۡرٌ رَّحِيۡمٌ

Artinya: Dan (ada pula) orang-orang lain yang mengakui dosa-dosa mereka. Mereka mencampuradukkan perbuatan baik dengan perbuatan buruk. Mudah-mudahan Allah menerima taubat mereka. Sungguh, Allah maha pengampun lagi maha penyayang.

Melalui ayat inilah Ahnaf bin Qays menemukan potret dirinya. Ia berkata “Wahai Allah, saya termasuk kelompok ini.” Ahnaf bin Qays menyadari bahwa sepanjang hidupnya dia mengerjakan dua hal yang berlawanan, yaitu pahala dan dosa. Dia mengakui potret dirinya yang abu-abu, lalu memperbanyak istighfar untuk memohon ampun kepada Allah Swt.

Kesalehan Ahnaf bin Qays terdengar oleh Rasulullah Saw. dan dia pernah didoakan langsung oleh Nabi Saw. Ini sebagaimana disampaikan oleh Adz-Dzahabi dalam Syiar A’lam al-Nubala, JUz 4 hal. 88. Dikisahkan bahwa ketika Ahnaf bin Qays bertemu dengan seorang dari bani Laits yang pernah didelegasikan oleh Rasulullah saw. untuk menyebarkan Islam pada kaumnya, orang tersebut menyampaikan bahwa Rasulullah pernah berdoa khusus untuk Ahnaf, “allahummaghfir lilahnaf” (Ya Allah, ampuni Ahnaf).

Itulah kisah dari Ahnaf bin Qays dalam menganalisis dirinya lewat Al-Quran. Masing-masing kita bisa melakukan seperti apa yang dilakukan oleh sahabat Nabi tersebut. Sudah sangat jelas diterangkan dalam Aquran tentang sifat-sifat orang mukmin, munafik dan kafir. Dari ayat-ayat itu kita bisa berintrospeksi, bermuhasabah diri. Semoga Allah Swt. memberi petunjuk kepada kita, dan semoga semua dosa kita diampuni oleh Allah Swt. Amin ya rabb al-alamin.

Abdullah Rafi
Abdullah Rafi
Mahasiswa Manajemen Dakwah UIN Sunan Kalijaga
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Catatan interpolasi tafsir Jami‘ al-Bayan karya Al-Ijiy pada naskah Jalalain Museum MAJT

Jami’ al-Bayan: Jejak Tafsir Periferal di Indonesia

0
Setelah menelaah hampir seluruh catatan yang diberikan oleh penyurat (istilah yang digunakan Bu Annabel untuk menyebut penyalin dan penulis naskah kuno) dalam naskah Jalalain...