Perjuangan Rasulullah saw. dalam menyampaikan Alquran tidak begitu saja disambut dengan baik. Terlebih saat periode Makkah beliau justru mendapatkan berbagai tantangan sosial dari elit Quraisy. Ajaran tauhid dan keadilan yang disampaikan Rasulullah saw. mereka anggap sebagai ancaman yang memecah belah bangsa, menghina agama, serta sejarah moyang mereka.
Berbagai cara mereka lakukan seiring berkembangnya Muslim yang mengimani kenabian Rasulullah saw. Jika kebanyakan pengikut ajaran Nabi saw. adalah rakyat biasa, mereka yang mengingkari beliau justru dari kalangan terpandang. Narasi yang mereka gunakan untuk menghambat dakwah Rasulullah saw tercantum dalam surah al-Isra’ ayat 90-93.
Baca Juga: Tafsir Surah Al Isra’ Ayat 90-93
Tawaran Para Elit yang Ditolak Nabi saw.
Al-Baghawi dalam tafsir beliau, Ma’alim al-Tanzil fi Tafsir al-Qur’an mengutip riwayat Ikrimah dari Ibn Abbas terkait empat ayat tersebut. Bahwasanya beberapa kalangan elit Quraisy, termasuk Utbah bin Rabi’ah; Abu Sufyan; al-Walid bin Mughirah; Abu Jahl; dan lainnya, berkumpul setelah matahari terbenam di luaran Ka’bah. Mereka berdiskusi hingga memunculkan wacana agar memanggil Nabi Muhammad saw. untuk berdebat hingga mereka menerima alasan darinya.
Diutuslah seseorang kepada Nabi Muhammad saw. dan beliau pun datang dengan segera melihat kesempatan beliau untuk berdialog mengajak mereka beriman. Ketika beliau telah duduk, mereka pun berkata, “wahai Muhammad, kami memanggilmu untuk menerima alasan darimu, karena sungguh, demi Allah kami tidak pernah mendapati seorang yang menghina kaumnya seperti kamu menghina kaummu. Sungguh kamu telah menghinakan kakek moyang, agama, ramalan, dan para tuhan. Kamu juga memecah belah persatuan, tiada satu hal laten yang jelek kecuali kamu membawanya. “
“Jika kamu datang dengan perkataan (wahyu) itu untuk mencari uang makan, kami akan sediakan untukmu sehingga kau jadi yang paling kaya. Jika kamu menghendaki kemuliaan, maka kami akan pertuankan kamu. Jika kamu ingin jadi raja, maka kami angkat kamu sebagai raja kami. Namun jika ini adalah perkara jin yang ada di dalam dirimu, kamu lihat dirimu tak sanggup melenyapkannya, kami akan mengganti biaya pengobatanmu hingga kau terbebas darinya, atau kami mendengar argumentasimu.”
Rasulullah saw. menjawab, “tiadalah aku datang kepada kalian dengan apa yang kalian katakan, bukan untuk mencari uang, kemuliaan, dan kekuasaan. Allah menjadikanku utusan-Nya kepada kalian dan menurunkan kitab kepadaku. Dia memerintahkan kepadaku menjadi pemberi kabar gembira dan peringatan bagi kalian. Oleh karenanya aku menyampaikan risalah Tuhanku dan menasihati kalian. Jika kalian menerima pesan dariku maka itu adalah keberuntungan kalian di dunia dan akhirat. Jika pun kalian menolaknya maka aku akan bersabar terhadap keputusan Allah hingga Dia menentukan atara aku dan kalian.”
Baca Juga: Tantangan Alquran kepada Penentang Risalah Nabi Muhammad
Permintaan Di Luar Nalar Manusia untuk Menghambat Dakwah Rasulullah saw.
“Wahai Muhammad, jika kamu tidak sepakat dengan kami maka kami tidak akan berpanjang mendengarmu berargumentasi. Kamu mengerti bahwa kita adalah negeri yang sempit dan sulit air. Jadi mintakan kepada Tuhan yang mengutusmu agar memindahkan gunung-gunung dan mengalirkan sungai-sungai seperti halnya di Syam dan Irak. Selain itu bangkitkan pula kakek moyang kita yang salah satu di antara mereka adalah Qushay bin Kilab, karena dia adalah tetua yang dapat dipercaya, lalu kita tanya kepada mereka terkait wacana yang kamu bawa, apakah hal tersebut benar atau tidak. Jika mereka membenarkan maka kami pun akan membenarkannya.
Jika kamu tidak dapat melakukannya, maka mintalah kepada Tuhanmu untuk mengirim malaikat kepada kita yang membenarkanmu. Mintalah juga kepadanya untuk memberimu istana dan harta dari emas dan perak yang membuatmu kaya dalam pandangan kami. Menurut kami, kamu pun berdagang di pasar-pasar dan menyentuh penghidupan seperti kami menyentuhnya. Maka runtuhkanlah langit seperti yang kamu kira bahwa jika Tuhanmu berkehendak maka akan terjadi.”
“Hal itu terserah Allah jika Dia menghendakinya maka Dia akan melakukannya,” jawab Nabi saw.
“Kami tidak akan beriman kepadamu hingga kamu mendatangkan Allah dan malaikat di hadapan kami.”
Ketika mereka mengatakan hal itu, Rasulullah saw pun berdiri, diikuti pula oleh Abdullah bin Abi Umayyah, anak dari bibi beliau, Atikah binti Abdul Muthalib, dia berkata: “wahai Muhammad kaummu telah menunjukkan kepadamu dan kamu tidak menerimanya kemudian mereka meminta beberapa hal saja agar dapat mengetahui posisimu di sisi Allah, dan kamu pun tidak melakukannya. Kemudian mereka meminta agar disegerakan azab seperti yang kamu ancamkan kepada mereka, namun kamu juga tidak mekakukannya. Maka demi Allah, aku tidak beriman kepadamu selamanya hingga kamu dapat mengambil tangga menuju langit, kamu menaikinya dan aku melihatmu sampai kamu membawa naskah yang terbuka bersamamu dan beberapa malaikat menyaksikan apa yang kamu katakan.”
Kembalilah Rasulullah saw. kepada keluarganya dengan bersedih hati melihat dan mendengar respon para elit Quraisy tersebut. Demikian Allah menurunkan ayat 90-93 surat al-Isra’. Mereka meminta hal yang ada di luar nalar dengan narasi pembuktian kedekatan Rasulullah saw. di sisi Allah yang tidak lain tujuannya untuk menghambat dakwah Rasulullah saw.
Jika dikaitkan dengan peristiwa isra mi’raj Nabi saw., maka apa yang mereka minta secara langsung bertemu Allah adalah bentuk dari pandangan mereka yang merendahkan Kesucian dan Ketinggian Allah yang juga dimuat dalam surah ini pada ayat 43.
سُبْحانَهُ وَتَعالى عَمَّا يَقُولُونَ عُلُوًّا كَبِيرا
“Maha Suci dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka katakan dengan ketinggian yang agung”