Gus Iqdam dan Pesan Perdamaian Menjelang Pemilu

Gus Iqdam dan pesan perdamaian menjelang pemilu
Gus Iqdam dan pesan perdamaian menjelang pemilu

Indonesia akan menghadapi hajat besar, yakni Pemilihan Umum di tahun 2024 nanti. Di tahun politik seperti ini, perpecahan bangsa adalah hal yang menjadi perhatian penting bagi siapapun. Para ulama dan pendakwah juga turut menyoroti pesta rakyat lima tahunan ini. Salah satu pendakwah yang menyoroti hal ini adalah Gus Iqdam, pimpinan Majelis Sabilu Taubah. Beliau berpesan agar pemilu dijadikan ajang untuk membuktikan bahwa bangsa Indonesia cinta perdamaian, bukan sebaliknya.

“Ini sudah mendekati pilpres (pemilihan Presiden), nanti kalian tidak usah bingung, tidak usah gaduh kok tiba-tiba Gus Iqdam ini kedatangan calon-calon Presiden atau calon Wakil Presiden. Tenang,” ujar Gus Iqdam di hadapan jamaah Majelis Sabilu Taubah, Blitar pada Pengajian Rutinan Malam Selasa (9/10) lalu.

Beliau menyatakan bahwa siapapun berhak datang di suatu majelis keagamaan. Bagi Gus Iqdam, apapun latar belakang tamunya harus diterima. Meskipun begitu, beliau mendorong agar kelak berjalannya proses demokrasi bisa lancar dengan damai dan siapapun berhak memilih calonnya masing-masing secara personal. Hal ini sesuai dengan asas Pemilu yaitu langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil.

“Jadi, kalau ada calon presiden sambut dengan baik. Ahlan wa sahlan bi hidurikum. Masalah mencoblos atau tidak itu nafsi-nafsi, urusan masing-masing. Buktikan kalau pilpres benar-benar damai. Pilpres hanya pesta rakyat lima tahunan, tenang saja,” imbuhnya.

Ungkapan Gus yang memiliki nama lengkap Muhammad Iqdam Khalid ini menegaskan bahwa Pilpres dan Pemilu adalah sarana untuk menjalankan roda kehidupan berbangsa dan bernegara. Artinya, tidak perlu sampai membawa perpecahan selama proses demokrasi nanti.

Baca Juga: Hukum Mempublikasikan Sisi Negatif Calon Pemimpin

Sesama Muslim adalah Saudara

Perdamaian merupakan kunci dari kehidupan berbangsa. Bagi sesama pengikut Islam, persaudaraan ini tidak hanya terbatas pada aspek keimanan, tapi juga atas dasar kemanusiaan. Dalam Alquran, hal ini bisa diketahui melalui surah al-Hujurat [49]: 10.

اِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ اِخْوَةٌ فَاَصْلِحُوْا بَيْنَ اَخَوَيْكُمْ  وَاتَّقُوا اللّٰهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ

“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah kedua saudaramu (yang bertikai) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu dirahmati”.

Syekh Muhammad As-Shawi Al-Makki dalam Hasyiyah As-Shawi ala Tafsîr Jalâlain menyebutkan, ayat ini menunjukkan sesungguhnya umat mukmin semuanya bersaudara. Persaudaraan ini dinilai layaknya persaudaraan satu nasab, karena sama-sama menganut unsur keimanan yang kekal hingga hari akhir.

Selain itu, ayat ini juga berisi seruan untuk perdamaian.  Meskipun perintah ini secara khusus untuk orang atau pihak-pihak yang tengah bertikai, tetapi anjuran untuk berdamai juga bisa disampaikan sebelum ada konflik terjadi. Seperti dalam kasus sebelum terjadinya perpecahan karena Pemilu atau Pilpres kelak.

Dalam konteks ini Nabi Muhammad saw. menyampaikan suatu riwayat yang didokumentasikan oleh Imam al-Bukhari dalam Shahihnya, sebagai berikut,

عن ابن عمر رضي الله عنهما أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «المُسْلِمُ أَخُو المُسْلِمِ لاَ يَظْلِمُهُ وَلاَ يُسْلِمُهُ، وَمَنْ كَانَ فِي حَاجَةِ أَخِيهِ كَانَ اللَّهُ فِي حَاجَتِهِ، وَمَنْ فَرَّجَ عَنْ مُسْلِمٍ كُرْبَةً، فَرَّجَ اللَّهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرُبَاتِ يَوْمِ القِيَامَةِ، وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللَّهُ يَوْمَ القِيَامَةِ».

“Muslim itu adalah saudara muslim yang lain, jangan berbuat aniaya dan jangan membiarkannya melakukan aniaya. Orang yang membantu kebutuhan saudaranya, maka Allah membantu kebutuhannya. Orang yang melonggarkan satu kesulitan dari seorang muslim, maka Allah melonggarkan satu kesulitan di antara kesulitan-kesuliannya pada hari Kiamat. Orang yang menutupi aib saudaranya, maka Allah akan menutupi kekurangannya pada hari Kiamat.” (Riwayat al-Bukhārī dari ‘Abdullāh bin ‘Umar).

Dalam kesempatan ini, Gus Iqdam juga menyampaikan salah satu hadis yang berbunyi sebagai berikut,

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو – رضى الله عنهما – عَنِ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – قَالَ الْمُسْلِمُ مَنْ سَلَمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ

“Dari Abdullah bin ‘Amr. Nabi Muhammad SAW bersabda, “Seorang muslim adalah orang yang kaum Muslimin selamat dari lisan dan tangannya…” (Shahih Bukhari).

Baca Juga: Tafsir Surah Al-Hujurat Ayat 9-10

Selain berbicara mengenai perdamaian dalam konteks Pemilu, beliau juga menyinggung peran ulama dan mubaligh dalam menjaga perdamaian masyarakat. Beliau secara khusus menyoroti soal polemik sound horeg di daerah Jawa Timur. Laporan dari masyarakat soal sound horeg yang digunakan untuk joget DJ (Disk Jockey). Melalui penjelasan hadis ini, Gus Iqdam justru merangkul para pemilik sound. Beliau melarang para jamaahnya menghujat pemilik sound, dan justru karena rangkulan itu akhirnya pemilik sound berkhidmat agar digunakan untuk majelis ilmu.

Sebagai tambahan informasi, jamaah Gus Iqdam yang memiliki sebutan ‘ST Nyell’ ini memiliki latar belakang yang variatif. Bahkan, beberapa kali jamaah dari non-muslim turut hadir mengikuti majelis tersebut. Bagi Gus Iqdam, beginilah cara untuk menunjukkan bahwa Islam adalah agama rahmatan lil ‘alamin. Wallahu a’lam