Keberhasilan atau kesuksesan menjadi hal yang diinginkan bagi setiap orang. Dalam meraih kesuksesan tidaklah mudah. Banyak rintangan yang harus dihadapi sehingga butuh usaha untuk meraihnya. Tapi bagaimana dengan mereka yang sudah berusaha tapi belum juga meraih kesuksesan? Apakah hasil itu mengkhianati usahanya? Sebenarnya tidaklah hasil yang mengkhianati usahanya, melainkan hasil itu sesuai dengan apa yang diusahakannya. Hal ini sebagaimana bunyi dari surah An-Najm [53]: 39-40.
(39) وَأَن لَّيْسَ لِلْإِنسَٰنِ إِلَّا مَا سَعَىٰ
(40) وَأَنَّ سَعْيَهُۥ سَوْفَ يُرَىٰ
Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya, (39) Dan bahwasanya usaha itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya) (40)
Asbabun nuzul ayat di atas tidak terlepas dari rangkaian ayat 33-41 dari surah ini yang berkenaan dengan Walid bin Mughirah. Mujahid dan Ibnu Zaid dalam riwayat Al Wahidi dan Ibnu Jarir mengatakan bahwa waktu itu Walid telah memeluk Islam, namun dikecam oleh kaum musyrikin. Sebagian dari mereka berkata, “Mengapa kamu meninggalkan agama leluhur dan mengatakan bahwa mereka adalah sesat?”.
Walid bin Mughirah lantas menjawab, “Aku takut dengan azab Allah Swt.” Atas dasar itu, mereka berkata kepada Walid bahwa jika ia diberi harta dan kembali ke agama leluhur, mereka bersedia menanggung azab Allah untuk dirinya. Walid pun memberikan hartanya. Kemudian Allah menurunkan rangkaian ayat ini.
Baca Juga: Teguh Pangkal Keberhasilan
M. Quraish Shihab menjelaskan huruf lam pada kata li al-insān yang berarti memiliki. Kepemilikan dimaksud adalah kepemilikan hakiki, yang senantiasa selalu menyertai manusia sepanjang eksistensinya. Hal itu adalah amal-amal baik dan buruk.
Karena itu, manusia tidak akan memiliki dosa dan mudharat yang dilakukan orang lain, ia pun tidak akan meraih manfaat dari amal baiknya, sehingga manusia hanya memiliki apa yang diusahakannya. Dari usaha itu akan diperlihatkan apa yang dikerjakannya, sehingga ia akan berbangga dengan amal baiknya dan menjauhi amal buruknya (Tafsir Al-Misbah, Vol. 13, 433-434).
Buya Hamka juga menjelaskan bahwa setiap manusia memikul tanggungjawabnya sendiri-sendiri, tidak boleh orang lain memikulnya. Maka bagi yang malas dalam pekerjaannya akan mendapat hasil yang sedikit (Tafsir Al-Azhar, 7011-7012).
Tak hanya sekadar balasan duniawi, tapi juga balasan akhirat. Seperti dalam surah Alisra’ [17]: 19.
Siapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh, dan dia adalah mukmin, mereka itulah orang yang usahanya dibalas dengan baik.
Baca Juga: Surah Al-Balad Ayat 12-17: Demi Mencapai Kesuksesan Ukhrawi
Dalam Tafsir Al-Muyassar dijelaskan bahwa jika tujuannya beramal saleh untuk mendapatkan pahala akhirat dengan sungguh-sungguh dalam usaha, taat serta beriman kepada Allah, maka ialah yang diterima amal salehnya, tersimpan di sisi Tuhan mereka dan akan memperoleh balasan atas amal itu.
Kesuksesan seseorang membutuhkan berbagai upaya yang tidak mudah dan singkat. Salsabila Ayu dalam bukunya Dare to Change, Berubahlah! Karena Keberhasilan Anda Esok Hari, Ditentukan Oleh Apa Yang Anda Lakukan Hari Ini menjelaskan bahwa kesuksesan atau kegagalan adalah pilihan. Jadi, tidak ada alasan untuk menyalahkan orang lain atas segala kondisi yang ada. Sederhananya, kesuksesan adalah buah dari apa yang diupayakan sedangkan kegagalan adalah apa yang tidak diupayakan (hal. 8).
Hasil usaha berbanding lurus dengan gaya dan perpindahan untuk menempuh usaha tersebut. Indit Vaiqoh dalam artikelnya berjudul Keterkaitan Al-Qur’an dengan Usaha dan Energi dalam Ilmu Fisika menjelaskan bahwa jika seseorang menginginkan suatu hal, maka ia harus berusaha keras untuk mencapainya. Perpindahan dalam Islam itu sendiri dapat diibaratkan perubahan kedudukan sebagai hamba dihadapan Allah. Apakah seorang hamba semakin mendekat atau justru semakin menjauh. Semua itu tergantung pribadi kita sebagai hamba dengan melakukan usaha positif agar lebih dekat kepada Allah atau justru sebaliknya. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam surah Allail [92]: 4; Sesungguhnya usaha kamu memang berbeda-beda.
Tidak sedikit mereka yang jatuh bangun dalam meraih kesuksesannya. Kita bisa melihat Nabi Muhammad Saw. sebagai suri tauladan kehidupan manusia. Beliau butuh perjuangan untuk berdakwah dan menaklukkan kota Mekkah. Tidaklah sedikit waktu yang dilalui. Tidaklah sedikit tenaga yang dipakai. Tidaklah sedikit biaya yang dikeluarkan dalam misi dakwahnya. Jika dibayangkan, begitu berat perjuangan Nabi Muhammad Saw. Hal ini memberikan penilaian bahwa usaha yang Nabi Muhammad Saw lakukan tidaklah sia-sia, justru banyak yang masuk Islam karena kelembutan etika dan moral yang beliau sebarkan.
Baca Juga: Sabar dan Tekad Kuat, Kunci Sukses Menjadi Pemimpin
Sementara Peng Kheng Sun dalam bukunya 7 Hal Gratis Menentukan Kesuksesan Anda menjelaskan bahwa kesuksesan ide menjadi aspek penting dan bernilai dalam menentukan kesuksesan seseorang. Ide bisa menjadi tambang emas jika seseorang mampu mengeksplorasi dan mewujudkannya. Semakin banyak seseorang memiliki ide baru, semakin besar peluang orang tersebut meraih kesuksesannya.
Meski ide baru memang hal yang luar biasa, tapi ide merupakan sesuatu yang gratis. Artinya setiap orang sebenarnya bisa menghasilkannya. Namun ide tersebut tidak datang begitu saja seperti sinar matahari atau udara yang kita hirup. Setiap orang yang ingin mendapatkan ide-ide baru perlu berusaha. Janganlah pasif menunggu, tapi carilah ide itu dengan berbagai teknik berpikir kreatif. Dengan demikian, seseorang berpeluang melakukan perubahan-perubahan positif yang bermanfaat untuk setiap orang (hal. 2-4).
Berdasarkan uraian singkat di atas dapat diketahui bahwa usaha sebenarnya berkaitan erat dengan keberhasilan. Jika belum berhasil, artinya ada upaya yang belum atau tidak dilakukan. Setiap apa yang diusahakan seseorang akan mendapatkan balasannya. Apalagi balasan di akhirat. Untuk itu, diharapkan dalam melakukan usaha secara sungguh-sungguh, sehingga balasannya nanti akan sesuai dengan usaha atau amal yang dilakukannya.