BerandaTafsir TematikKeistimewaan Puasa Ramadan dan Manifestasi Kasih Sayang Tuhan

Keistimewaan Puasa Ramadan dan Manifestasi Kasih Sayang Tuhan

Salah satu perbedaan dari bulan lain yang membuat Ramadan menjadi istimewa adalah adanya kewajiban untuk melaksanakan ibadah puasa. Di saat yang sama, puasa merupakan salah satu ibadah yang istimewa. Oleh karenanya, bulan Ramadan yang di dalamnya terdapat kewajiban puasa ikut ketularan istimewa juga.

Keistimewaan puasa yang pertama mungkin adalah ibadah ‘penyambung’ dari umat-umat terdahulu, meski demikian model pelaksanannya berbeda. Hal ini sebagaimana tersurat dalam surah al-Baqarah ayat 183,

 يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (Q.S. al-Baqarah [02]: 183).

Baca Juga: Empat Aspek Penting dalam Tadabur Ayat tentang Puasa Ramadan

Quraish Shihab menjelaskan bahwa ayat di atas dimulai dengan panggilan mesra, wahai orang-orang yang beriman. Seruan ini eksklusif dari Allah terhadap mereka yang merasa memiliki iman agar melaksanakan ibadah puasa. Hal tersebut menjadi pengantar atau epilog yang mengundang segenap umat beriman untuk sadar akan pentingnya ibadah puasa. (Tafsir Misbah, juz 1 hal. 484)

Terkait dengan redaksi panggilan dalam permulaan ayat, Syaikh Mutawalli asy-Sya’rawi juga mempunyai pandangan sendiri. Menurutnya, umat Islam harus peka dalam membaca ayat-ayat perintah yang dimulai dengan ajakan secara khusus kepada orang-orang yang beriman. Dalam konteks model ayat semacam ini, beliau menyarankan untuk membacanya dengan pendekatan cinta.

Artinya, setiap perintah atau larangan yang datang dari Allah swt. Tidak lain merupakan bentuk kasih sayang Allah kepada hambaNya. Perasaan seperti inilah –yakni ikatan cinta dan keimanan- yang akan dapat menimbulkan rasa intim dan ketundukan sejati ketika melakukan sebuah tuntunan agama meski terasa berat. Demikian kurang lebih penjelasan mufasir asal Mesir tersebut. (Tafsir al-Sya’rawi, juz 2, hal. 764)

Terkait kasih sayang Allah ini, dalam Kitab Syajarah al-Ma’arif, Syaikh Izzudin bin Abd as-Salam menandaskan bahwa setiap aturan dalam syariat pastilah mengandung maslahat atau spirit untuk menghilangkan mafsadat. Beliau mengatakan,

ومن لطف الرحمن أنه لم يأمرنا إلا بما فيه مصلحة في الدارين أو في إحداهما، ولم ينه إلا عما فيه مفسدة فيهما أو في إحداهما

“Salah satu bentuk kasih sayang Allah Swt. adalah, Dia tidak pernah memerintahkan kita melainkan di dalamnya pasti terdapat maslahat di dunia dan atau di akhirat, dan tidak pernah memberikan larangan kecuali terhadap hal-hal yang mengandung mafsadat bagi kehidupan di dunia dan atau di akhirat. (Syajarah al-Ma’arif, hal. 13)

Sebagaimana aturan-aturan hukum dalam Islam lainnya, puasa juga mengandung manfaat yang luar biasa baik secara duniawi, lebih-lebih ukhrawi. Dalam hal kesehatan misalnya, banyak penelitian dan ungkapan kedokteran yang menyatakan bahwa berpuasa dapat meningkatkan kesehatan tubuh serta menjadi alternatif untuk menyembuhkan penyakit.

Dalam hal ini, Rasulullah saw. juga pernah bersabda,

صوموا تصحوا

Berpuasalah kaliah, maka kalian akan memperoleh kesehatan.

Baca Juga: Inilah Lima Hakikat Puasa Ramadan menurut Al-Ghazali

Beberapa Hikmah dan Keistimewaan Puasa

Ibnu Katsir memaparkan beberapa hikmah dan keutamaan puasa. Menurutnya, kita harus memahami bahwa puasa memang merupakan tindakan pasif berupa menahan diri dari segala yang membatalkan puasa. Namun dibalik itu semua, ia memiliki dampak membersihkan jiwa dari karakter-karakter tercela. Hal ini karena spirit dari ibadah puasa itu sendiri adalah mengekang dan mengendalikan hawa nafsu yang menjadi kendaraan setan dan kerap kali menjadi sumber keburukan dalam diri manusia, sehingga dengan berpuasa, kita telah mempersempit ruang gerak setan membisikkan keburukan dalam diri kita. (Tafsir Ibnu Katsir, juz 1, hal. 497)

Selain manfaat ruhaniah dan jasmaniyah yang terkandung dalam ibadah puasa, salah satu wujud kasih sayang Allah kepada hambaNya dalam ibadah puasa ini adalah ganjaran yang istimewa dari Allah. Dalam sebuah hadis, Rasulullah saw. menjelaskan keistimewaan ibadah puasa atas ibadah yang lain,

كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ لَهُ الْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا، إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ، قَالَ اللَّهُ سُبْحَانَهُ: «إِلَّا الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ

“Setiap amal ibadah yang dilakukan manusia akan dilipatgandakan ganjaran kebaikannya sebanyak sepuluh kali bahkan sampai tujuh puluh kal lipat. Allah swt berfirman: kecuali puasa, karena sesungguhnya puasa adalah untuk-Ku dan Aku-lah yang akan memberikan ganjaran terhadapnya.”

Ungkapan di atas menunjukkan betapa mulianya ibadah puasa. Tatkala amal-amal yang lain telah ditentukkan kadar pahala yang akan diterima, ganjaran ibadah pusa justru dirahasiakan oleh Allah, dan Dia-lah yang akan memberikan ganjarannya secara langsung. Hal ini merupakan bentuk penghargaan kepada orang-orang yang berpuasa karena telah sabar menahan hawa nafsu selama berpuasa.

Dengan demikian, seyogyanya ibadah puasa ini kita laksanakan dengan penuh keimanan dan semangat. Sebab ada banyak keistimewaan dan previlege yang disedikan bagi orang-orang yang berpuasa dengan tulus karena Allah Swt. Wallah a’lam

Muhammad Zainul Mujahid
Muhammad Zainul Mujahid
Mahasantri Mahad Aly Situbondo
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Catatan interpolasi tafsir Jami‘ al-Bayan karya Al-Ijiy pada naskah Jalalain Museum MAJT

Jami’ al-Bayan: Jejak Tafsir Periferal di Indonesia

0
Setelah menelaah hampir seluruh catatan yang diberikan oleh penyurat (istilah yang digunakan Bu Annabel untuk menyebut penyalin dan penulis naskah kuno) dalam naskah Jalalain...