Kisah burung Ababil merupakan salah satu dari sekian banyak kisah yang tercatat dalam Alquran. Burung-burung ini digambarkan datang dari langit membawa batu-batu kecil untuk menghancurkan pasukan bergajah yang dipimpin oleh Abraha yang hendak menyerang Ka’bah. Namun, dibalik kisah itu para peneliti mulai mempertanyakan tentang kebenaran burung Ababil yang menyerang pasukan Abraha. Karena tidak ada bukti kuat yang menyatakan bahwa Abraha dan pasukannya mati karena serangan batu yang dibawa oleh burung Ababil.
Sebuah penelitian medis dan sejarah dalam jurnal The Year of the Elephant mengungkap bahwa mungkin saja yang memukul mundur pasukan Abraha itu bukan burung Ababil, melainkan wabah penyakit mematikan, Dalam artikel ini, penulis akan mengulas beberapa pandangan mufassir mengenai kisah burung Ababil dalam surah Al-Fil ayat tiga, dan pandangan peneliti barat yang ditulis oleh John S Marr, Elias Hubbard, dan John T Cathey dalam jurnal yang berjudul The Year of the Elephant.
Baca Juga: Kisah Nabi Yusuf: Kisah yang Tidak Diulang
QS Al-Fil (105): 3
وَاَرْسَلَ عَلَيْهِمْ طَيْرًا اَبَابِيْلَ.
“dan Dia mengirimkan kepada mereka burung yang berbondong-bondong.”
Ibnu Katsir menggambarkan burung ababil seperti burung alap-alap, yang masing-masing dari burung itu membawa tiga batu. Satu batu di paruhnya dan dua batu lainnya dikedua kakinya. (Tafsir Ibnu Katsir, Juz 30, hal. 545) Sedangkan dalam tafsir At Tahrir Wat Tanwir, Ibnu Asyur mengambil dari beberapa riwayat, salah satunya yakni riwayat dari Aisyah ra. yang menyebutkan bahwa burung ababil itu paling mirip dengan burung wallet, dan ada pendapat lain yang menyebutkan bahwa burung ababil mirip dengan kelelawar. Selain itu Ibnu Asyur juga menukil pendapat para ulama seperti Ibnu Abbas dan Ikrimah, yang menyatakan bahwa luka akibat batu yang dibawa oleh burung ababil mirip dengan penyakit cacar. Bahkan disebutkan bahwa sebelum peristiwa itu, masyarakat Mekkah belum mengenal penyakit cacar. (At Tahrir Wat Tanwir, Juz 30, hal. 549-551)
Sementara itu, dalam Jurnal yang berjudul The Year of the Elephant, Jhon S Marr dkk menggambarkan burung ababil sebagai burung layang-layang lumbung (Hirundo rustica). Burung ini memiliki ciri-ciri paruh kecil, berbulu gelap dengan tenggorokan berwarna jingga gelap, serta memiliki sayap panjang dan runcing. Burung layang-layang lumbung biasa bermigrasi dengan kelompok yang besar, bahkan bisa mencapai lebih dari 100.000 ekor, dan sering terlihat di sekitar grombolan hewan ternak (kambing, domba, sapi, unta) karena tertarik pada lalat yang berkerumun di sekitar kotoran ternak. Burung-burung ini juga memiliki kebiasaan mengumpulkan tanah liat dengan paruh mereka untuk membuat sarang, dan kebiasaan itulah yang dianggap selaras dengan kisah burung ababil dalam surah Al-Fil tentang burung-burung yang “menjatuhkan batu dari tanah liat keras” ke arah pasukan Abraha. Secara geografis, burung ini juga biasa bermigrasi melewati Jazirah Arab, sehingga kehadirannya di sekitar Mekkah pada saat itu dianggap masuk akal.
Baca Juga: Hawariyun: Para Pengikut Setia Nabi Isa
Meskipun Jhon S Marr dkk menyebutkan ciri-ciri burung ababil dengan cukup jelas, mereka berpendapat bahwa kekalahan pasukan Abraha bukan disebabkan oleh serangan burung Ababil melainkan karena penyakit cacar atau campak. Ia menganalisis deskripsi historis mengenai pasukan yang tiba-tiba jatuh sakit dan mengalami luka-luka yang mirip dengan gejala cacar atau campak, seperti munculnya bintil-bintil di kulit, tubuh yang membusuk, kulit bernanah dan kematian masal secara mendadak dikarenakan cepatnya penyebaran wabah cacar atau campak pada saat itu. Ia juga beranggapan bahwa arti dari “batu-batu kecil” dalam surah Al-Fil merupakan kiasan untuk lesi (benjolan) campak atau cacar. Pendapat ini juga selaras dengan pendapat Ibnu Abbas dan Ikrimah dalam tafsir Ibnu Asyur yang mengatakan bahwa pasukan Abraha meninggal disebabkan oleh penyakit cacar.
Namun, perbedaan dalam penafsiran dan penelitian tersebut ialah cacar yang dimaksud oleh Ibnu Abbas dan Ikrimah disebabkan oleh batu yang dibawa oleh burung ababil, sedangkan cacar yang dimaksud oleh Jhon S Marr dkk disebabkan oleh penyebaran virus cacar unta (camel pox). Terlepas dari perbedaan penafsiran para Ulama dan Ilmuan diatas, kisah ini tetap menjadi pengigat bahwa kekuasaan Allah bisa datang dengan cara yang tak terduga. Wallahu a’lam