Dalam sejarah peradaban Islam, pendidikan bukanlah sekadar proses transfer ilmu, tetapi juga merupakan ibadah, pembebasan, dan pembangunan karakter. Menariknya, revolusi besar dalam Islam dimulai bukan dengan perang atau kekuasaan, melainkan dengan satu kata, yaitu iqra’ ; bacalah.
Perintah untuk membaca menjadi perintah pertama dalam Alquran kepada Rasulullah Saw. dalam Surat al-‘Alaq ayat 1-5 yang menjadi ayat pertama yang diturunkan, Alah Swt. berfirman:
{قْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ (1) خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ (2) اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ (3) الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ (4) عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ} [العلق: 1 – 5]
Artinya: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Mulia. Yang mengajar (manusia) dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS. Al-‘Alaq: 1–5)
Baca Juga: Perintah Iqra’: Dari Gua Hira hingga Layar Gawai
Ayat ini bukan sekadar perintah untuk membaca secara literal, tetapi merupakan panggilan intelektual dan spiritual untuk menggali ilmu dalam bingkai tauhid. Menurut Syaikh Izzat Darwazah, ayat-ayat ini menekankan akan pentingnya kegiatan-kegiatan intelektual sepetti membaca menulis dan menuntut ilmu. Sebab ilmu pengetahuan, berikut perantara untuk memperolehnya, merupakan nikmat terbesar yang diterima oleh umat manusia. [Al-Tafsir al-Hadis, Juz 1, 317]
Dalam hal ini, Alquran sebagai sumber utama syariat Islam memberikan landasan teologis yang paling otoritatif terkait pentingnya kedudukan ilmu pengertahuan. Ia menjadi penggerak geliat keilmuan umat manusia, khususnya umat Islam yang pada akhirnya melahirkan peradaban yang maju. Karena tidak ada peradaban maju di dunia ini kecuali dilandasi dasar intelektual yang kuat.
Dalam Tafsir al-Munir, Syaikh Wabah al-Zuhaili bahwa membaca dan menulis merupakan dua instrumen keilmuan yang memicu perkembangan ilmu pengetahuan itu sendiri. Proses transmisi ilmu termasuk wahyu Alquran juga tidak akan lepas dari kegiatan membaca dan menulis. Dengan ilmu pengetahuan, kemajuan dalam bidang ilmu, sains, karakter dan tata negara akan diraih sehingga muncul peradaban baru yang maju. [Tafsir al-Munir, Juz 30, 319]
Jika dilihat pada konteks sejarah, masyarakat Arab sebelum Islam berada dalam kondisi jahiliyah minim literasi, tidak memiliki tradisi keilmuan yang kuat, serta dipenuhi dengan takhayul dan ketidakadilan. Namun hanya dalam waktu beberapa dekade setelah turunnya wahyu, umat Islam berubah menjadi peradaban ilmu yang gemilang. Kota-kota seperti Baghdad, Kairo, dan Andalusia menjadi pusat ilmu pengetahuan dunia. Semua itu berawal dari perintah iqra’ yang menggugah kesadaran umat
Baca Juga: Tafsir QS. al-‘Alaq: Membangun Peradaban dengan Iqra dan Qalam
Sayangnya, semangat iqra’ yang revolusioner ini mulai meredup dalam sistem pendidikan modern yang seringkali terlepas dari nilai spiritual. Ilmu dipandang sebagai alat semata untuk mendapatkan pekerjaan, bukan sebagai sarana mendekatkan diri kepada Allah. Banyak lembaga pendidikan yang lebih menekankan capaian akademik dibanding pembentukan karakter dan akhlak.
Padahal dalam Islam, ilmu yang hakiki adalah ilmu yang bermanfaat (ilmu nafi’), yaitu ilmu yang mampu menumbuhkan keimanan, memperbaiki diri, dan memberi manfaat bagi masyarakat. Rasulullah ﷺ bersabda:
من ازداد علماً ولم يزدد هدى لم يزدد من الله إلا بعداً
Barang siapa yang bertambah ilmunya tetapi tidak bertambah hidayahnya maka ia hanya akan bertambah jauh dari Allah Swt. (HR. Al-Dailamiy)
Semangat iqra’ harus dihidupkan kembali, terutama dalam dunia pendidikan hari ini. Membaca bukan hanya tugas siswa di ruang kelas, tetapi menjadi panggilan seumur hidup bagi siapa pun yang ingin hidup dengan penuh makna. Belajar bukan semata untuk mengejar gelar, tetapi untuk menunaikan amanah sebagai khalifah di bumi.
Sebagai penutup, wahyu pertama ini bukan hanya awal dari turunnya Alquran, tetapi juga pondasi utama sistem pendidikan Islam. Pendidikan yang islami adalah pendidikan yang menumbuhkan ilmu, iman, dan akhlak secara seimbang. Maka dari itu, mari kita kembalikan ruh iqra’ ke dalam setiap ruang belajar, agar generasi saat ini tumbuh sebagai insan berilmu yang beriman dan bertanggung jawab.