Syekh Tantawi Jauhari: Sang Pelopor Tafsir Ilmi Modern

Tantawi Jauhari
Tantawi Jauhari credit: elsada.net

Tantawi Jauhari adalah seorang cendekiawan muslim asal Mesir yang terkenal dengan kegigihannya dalam gerakan pembaharuan untuk menumbuhkan motivasi umat Islam terhadap penguasaan ilmu pengetahuan. Bahkan ia mendapatkan julukan ‘mufasir ilmu’ lantaran keluasan ilmu yang dimilikinya. Menurut Tantawi, umat Islam perlu membaca ayat-ayat qauliyah dan kauniyah dengan ilmu-ilmu modern agar kekuasaan Allah semakin jelas terlihat.

Syekh Tantawi Jauhari memiliki nama lengkap Tantawi bin Tantawi al-Misri al-Syafi’i. Beliau dilahirkan pada tahun 1287 H/1862 M di desa ’Iwadhillah Hijazi bagian timur Mesir. Keluarga Tantawi merupakan keluarga sederhana, sebab ayahnya adalah seorang petani. Meskipun demikian, keluarganya tersebut memiliki latar belakang agama yang kuat. Alhasil Tantawi kecil tumbuh menjadi anak yang sangat mencintai agama (Evolusi Tafsir: 176).

Jejak Intelektual

Tantawi Jauhari memulai pendidikan melalui asuhan ayah dan pamannya Syekh Muhammad Syalabi. Pada saat bersamaan, beliau juga belajar di Madrasah Hukumiyah yang terletak tidak jauh dari tempat tinggalnya. Meskipun ayah Tantawi tidak memiliki latar pendidikan tinggi, beliau selalu mendorong anak-anaknya menjadi orang terpelajar. Berkat dukungan tersebut, Tantawi dapat menyelesaikan pendidikan menengah dengan gemilang.

Selanjutnya, Tantawi Jauhari meneruskan pendidikan ke Universitas Al-Azhar. Di sana ia menekuni ilmu-ilmu agama dan sangat memperhatikan pendidikan bahasa Inggris yang kemudian menjadi faktor utama pada keluasan wawasan dan pengetahuan ilmiahnya. Setelah lulus dari Al-Azhar, ia menjadi tenaga pengajar di Universitas Darul ’Ulum dan menyampaikan seminar di Jami’ah Al-Misriyyah.

Di samping kesibukan mengajar, Tantawi Jauhari sangat aktif menulis. Nama dan artikel-artikelnya selalu muncul di harian Al-Liwa’. Sepanjang hidupnya, ia telah menulis tidak kurang dari 30 judul buku, sehingga dirinya dikenal sebagai tokoh yang menggabungkan dua peradaban, yaitu agama dan perkembangan modern. Tantawi Jauhari juga dianggap sebagai orang pertama yang menafsirkan al-Quran secara keseluruhan dengan corak ‘ilmi (Al- Mufassirun: Hayatuhum wa Manhajuhum: 429)

Dalam banyak kesempatan, Tantawi Jauhari selalu menyampaikan pentingnya penguasaan bahasa asing bagi umat Islam di timur tengah, terutama bahasa Inggris. Karena menurutnya, secara garis besar ilmu pengetahuan terbagi dua yakni ilmu bahasa dan selain bahasa. Tantawi Jauhari menyatakan bahwa ilmu bahasa memegang peranan signifikan dalam sebuah studi (termasuk Al-Qur’an), sebab bahasa merupakan alat untuk menguasai berbagai macam bidang ilmu.

Diantara karya-karya Tantawi Jauhari adalah Jawahir al-’Ulum, Al-Quran wa al-’Ulum al-’Asriyah, al-Nizam wa al-Islam, al-Taj wa al-Murassa, Nizam al-‘Alam wa al-Umam, Aina al-Insan, Ashlu al-‘Alam, al-Hikmah wa al-Hukama’, Bahjah al-‘Ulum fi al-Falsafah al-‘Arabiyah wa Muwazanatuha bi al-‘Ulum al-‘Asriyah, al-Qawa‘id al-Jauhariyah fi al-Turuq al-Nahwiyah, Jamal al-‘Alam, al-Arwah dan al-Jawahir fi Tafsir al-Qur’an al-Karim.

Salah satu buku yang paling terkenal dari beberapa karya di atas adalah al-Jawahir fi Tafsir al-Qur’an al-Karim. Kitab tafsir ini dinamai al-Jawahir karena di dalamnya Tantawi Jauhari berusaha melihat Al-Qur’an sebagai himpunan ayat-ayat tentang segala keajaiban dan keindahan penampakan alam semesta yang digambarkan olehnya seperti mutiara-mutiara gemerlap (al-Jawahir) dan berkilauan.

Nama al-Jawahir di atas secara filosofis bermakna bahwa Al-Qur’an berisi himpunan ayat-ayat kauniyah laksana mutiara yang di dalamnya terkandung isyarat-isyarat ilmiah untuk menggali segala macam ilmu pengetahuan yang berkilau (berharga). Makna ini penulis interpretasi dari judul kecil kitab tafsir tersebut, yakni al-Musytamil ‘Ala ‘Ajaib Badai‘ al-Mukawwanat wa Ghara’ib al-Ayat al-Bahirat.

Tafsir al-Jawahir terdiri dari 13 jilid dan dicetak pertama kali oleh Muassasah Mustafa al-Bab al- Halabi pada tahun 1350 H/ 1929 M. Pada mulanya sebagian tafsir ini ditulis oleh Tantawi Jauhari ketika ia mengajar di Darul ’Ulum sebagai buku pegangan untuk mahasiswa. Kemudian bagian lain ia tulis dan publikasikan pada majalah al-Abbasiyah, sedangkan sisanya diselesaikan oleh Tantawi Jauhari pada subuh selasa 21 Muharram/11 Agustus 1925 M.

Melalui tafsir al-Jawahir, Tantawi Jauhari berharap agar dapat mendorong kaum muslimin melakukan kajian terhadap sains-sains kealaman, sehingga Islam dapat bangkit dan mengungguli Eropa dalam berbagai bidang, baik di bidang agraris, medis, pertambangan, matematika, arsitektur, astronomi serta sains-sains dan industri-industri lainnya (Ulumul Quran: Profil para Mufassir al-Quran dan para Pengkajinya: 171).

Menurut Tantawi juga, tidak mengherankan jika Islam mengalami kemunduran di tengah hiruk-pikuk kemajuan yang didapatkan oleh negara-negara Barat karena selama ini pengkajian Al-Qur’an yang dilakukan umat Islam hanya menekankan pada aspek fikih (legal formal) bukan pada pembacaan al-Quran melalui pendekatan modern dan ilmiah. Padahal mukjizat ilmiah Al-Quran akan terus terungkap hari demi hari sebagaimana perkembangan ilmu pengetahuan dan kemunculan penemuan-penemuan baru.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat diketahui bahwa Tantawi Jauhari punya keinginan luhur dalam penulisan kitab tafsir al-Jawahir. Beliau meninggal pada tahun 1358 H/ 1940 M di Kairo, Mesir. Terlepas dari perdebatan penggunaan corak tafsir ilmi’ di kemudian hari, karya Tantawi sudah memberi kontribusi tinggi kepada dunia tafsir modern dan memiliki pengaruh kuat hingga saat ini sebagaimana tertuang dalam Tafsir Ilmi Kemenag RI. Wallahu a’lam.