BerandaTafsir TematikTafsir Surat Al-A’raf Ayat 80-81: Benarkah Kaum Nabi Luth Homoseksual?

Tafsir Surat Al-A’raf Ayat 80-81: Benarkah Kaum Nabi Luth Homoseksual?

Perilaku yang dilakukan oleh kaum Nabi Luth dalam kajian Islam diistilahkan dengan Liwath atau dalam bahasa Indonesia lebih dikenal dengan sodomi. Namun ada juga yang beranggapan bahwa perilaku sodomi ini sama dengan homoseksual. Inilah yang diyakini mayoritas masyarakat. Tetapi, sebenarnya, dua hal ini berbeda.

Perbedaan Liwath dan homoseksual

Liwath atau sodomi sering dikaitkan dengan homoseksual. namun Husain Muhammad dalam Fiqh Seksualitas menerangkan bila dua hal tersebut ialah berbeda. Ia menjelaskan bahwa dalam bahasan seksualitas ada yang dinamakan orientasi seksual dan perilaku seksual.

Orientasi seksual (sexual orientation) ialah kemampuan manusia yang berkaitan dengan emosi, rasa sayang, dan hubungan seksual. Orientasi ini bersifat kodrati dan tak dapat dirubah. Husain Muhammad menambahkan bahwa tiap orang tidak bisa memilih untuk dilahirkan dengan orientasi seksual tertentu. Adapun jenis orientasi terbagi menjadi 4 yakni heteroseksual (berbeda lawan jenis), homoseksual (sesama jenis), biseksual (kedua jenis), dan aseksual (tidak keduanya).

Sedangkan perilaku seksual (sexual behavior) ialah cara/perbuatan seseorang untuk melampiaskan hasrat seksualnya. Perilaku ini sangat erat dipengaruhi oleh nilai-nilai budaya dan kebiasaan masyrakat. Oleh karenanya perilku ini bukanlah kodrati dan bisa dipelajari. Berbagai cara yang dilakukan semisal bersetubuh (jimak), masturbasi, anal/oral seks hingga sodomi.

Baca juga: Kisah perilaku Homoseksual Kaum Nabi Luth

Dari sinilah Husain Muhammad menemukan perbedaan mendasar antara orientasi seksual dan perilaku seksual. Sehingga bisa ditarik kesimpulan bahwa homoseksual dan sodomi(liwath) merupakan dua hal yang berbada. Homoseksual lebih condong pada hasrat sedang sodomi masuk dalam ranah tindakan.

Musdah Mulia dalam bukunya Mengupas seksualitas menjelaskan bahwa dua hal tersebut tidak bisa serta merta dikaitkan. Boleh jadi seseorang memiliki orientasi homoseksual namun tidak melampiaskannya dengan sodomi, begitu pula pada pelaku sodomi yang bisa jadi tidak berlandaskan pada orientasi homoseksual. Ini juga bisa terjadi pada mereka yang heteroseksual dan orientasi yang lain

Baca juga: Ikrar Setia Kaum Hawariyyun: Refleksi Peringatan Hari Sumpah Pemuda

Tafsir Al-A’raf ayat 80-81: sodomi sebagai perbuatan keji

وَلُوطًا إِذْ قَالَ لِقَوْمِهِ أَتَأْتُونَ الْفَاحِشَةَ مَا سَبَقَكُمْ بِهَا مِنْ أَحَدٍ مِنَ الْعَالَمِينَ

“Dan (Kami juga telah mengutus) Luth, ketika dia berkata kepada kaumnya, “Mengapa kamu melakukan perbuatan keji, yang belum pernah dilakukan oleh seorang pun sebelum kamu (di dunia ini)

Quraish Shihab dalam Tafsir al-Misbah memberikan perhatian khusus terhadapa lafad لِقَوْمِهِ (kepada kaumnya). Pada ayat itu tidak disebutkan nama kaumnya karena membahas keburukan kaum tersebut. Hal ini yang menurut Quraish Shihab menjadi dasar bahwa tiap membicarakan keburukan tidak perlu menyebutkan nama pelaku, cukup membicarakan perbuatannya.

Pada ayat berikutnya mulai diperjelas perilaku kaum Luth yang dikatakan sebagai (perbuatan keji), ayat tersebut berbunyi:

 إِنَّكُمْ لَتَأْتُونَ الرِّجَالَ شَهْوَةً مِنْ دُونِ النِّسَاءِ بَلْ أَنْتُمْ قَوْمٌ مُسْرِفُونَ

“Sungguh, kamu telah melampiaskan syahwatmu kepada sesama lelaki bukan kepada perempuan. Kamu benar-benar kaum yang melampaui batas

Lafad لَتَأْتُونَ menjadi penegas bahwa mereka banar-banar melampiaskan hasratnya kepada laki-laki (sesama jenis). Imam al-Thabari mengutip riwayat Abu Ja’far yakni

أَيُّهَا الْقَوْمَ، لَتَأْتُوْنَ الرِّجَالَ فِي أَدْبَارِهِمُ، شَهْوَةَ مِنْكُمْ لِذَلِكَ، مِنْ دُوْنَ الَّذِي أَبَاحَهُ اللهُ لَكُمْ وأَحَلَّهُ مِنَ النِّسَاءِ

“Wahai kaum Luth, kalian telah melakukan hubungan seks secara keci dengan laki-laki melalui anus mereka dan bukannya dengan perempuan sebagaimana yang dihalalkan Allah” (Imam al-Thabari, Jami’ul Bayan fi Ta’wilil Quran, 12:548)

Berdasar riwayat tersebut, tampak bahwa mereka (kaum Luth) melakukan Liwath/sodomi yang merupakan salahsatu perilaku seksual. Hal ini sangat berbeda dengan homoseksual yang berkaitan dengan orientasi seksual.

Baca juga: Isyarat Pelestarian Alam Dibalik Kisah Nabi Shalih, Unta dan Kaum Tsamud

Perilaku seksual Kaum Luth

Musdah Mulia juga menambahkan bahwa pelanggaran yang dilakukan oleh kaum Luth ialah mengekspresikan perilaku seksual terlarang yakni mengandung kekerasan dan penganiayaan yakni dalam bentuk sodomi dan tidak bisa dikaitkan dengan homoseksual.

النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: مَلْعُونٌ مَنْ عَمِلَ عَمَلَ قَوْمِ لُوطٍ

“Nabi Saw bersabda: “ terlaknatlah orang yang melakukan perilaku Kaum Luth””

Hadis ini menjadi penjelas bahwa yang dipraktikan oleh kaum Luth ialah perilaku seksual (sexual behavior), bukan seksual (sexual orientation).

Beberapa riwayat yang dikutib beberapa mufasir malah menunjukan bahwa perliku sodomi yang dilakukan kaum Luth sudah dilakukan terlebih dahulu dengan para istrinya. Seperti yang dipaparkan Imam al-Suyuthi dalam al-Dur al-Manthur.

إِنَّمَا بَدْء قوم لوط ذَاك صَنعته الرِّجَال بِالنسَاء ثمَّ صَنعته الرِّجَال بِالرِّجَالِ

“Sesungguhnya di awal masa, kaum Luth melakukannya (sodomi) kepada perempuan, lantas kemudian melakukanya (sodomi) kepada laki-laki”

dari riwayat tersebut mengindikasikan bahwa kaum Luth bukanlah homoseksual melainkan biseksual karena mereka juga melakukan hal tersebut pada perempuan (istrinya).

Baca juga: Kisah Nabi Nuh As dan Keingkaran Kaumnya Dalam Al-Quran

Azab merupakan kuasa Tuhan

Keberadaan kaum Homoseksual selalu dikaitkan dengan kisah perilku Nabi Luth yang menyimpang. Dijelaksan pula kemurkaan Tuhan pada ayat ke 84 pada surat al-A’raf berikut ini:

وَأَمْطَرْنَا عَلَيْهِمْ مَطَرًا فَانْظُرْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُجْرِمِينَ

“Dan Kami hujani mereka dengan hujan (batu). Maka perhatikanlah bagaimana kesudahan orang yang berbuat dosa itu”

Azab yang diturunkan Allah kepada kaum Luth ialah hujan Batu hingga membuat kaum Luth hancur tak tersisa kecuali mereka yang masih beriman. Namun Musdah Mulia mengatakan bahwa azab pedih dalam kisah kaum Luth juga ditimpakan kepada umat nabi-nabi lain. hal ini karena kemurkaan Allah kepada siapa saja yang berbuat keji dan melampaui batas, tidak pandang gender dan orientasi seksualnya.

Perilaku yang menyimpang bisa saja menjadi pemicu keburukan lain. pelampiasan hasrat yang keliru bisa menimbulkan penyakit menular dan berbahaya. dan ini selain merugikan diri juga merugikan orang lain. bahkan perilaku ini dalam kisah kaum Luth membuat mereka membangkang pada ajaran Luth. Itulah yang membuat Allah murka dan meng-azab mereka

Namun demikian, yang perlu ditekankan ialah bahwa orientasi seksual merupakan takdir yang diberikan, bukan dibentuk. Mereka yang terlahir dengan orientasi seksual berbeda dari kebanyakan orang juga masih memiliki hak untuk hidup yang layak. Oleh karenanya sebagai sesama manusia, rasanya kurang pantas untuk memandang rendah dan mengucilkan mereka yang memiliki orientasi seksual berbeda. Yang terpenting ialah selama tidak berbuat pada perilaku yang menyimpang dan melampau batas, mereka tetaplah saudara sesama manusia. Wallahu a’lam[]

Muhammad Anas Fakhruddin
Muhammad Anas Fakhruddin
Sarjana Ilmu Hadis UIN Sunan Ampel Surabaya
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Catatan interpolasi tafsir Jami‘ al-Bayan karya Al-Ijiy pada naskah Jalalain Museum MAJT

Jami’ al-Bayan: Jejak Tafsir Periferal di Indonesia

0
Setelah menelaah hampir seluruh catatan yang diberikan oleh penyurat (istilah yang digunakan Bu Annabel untuk menyebut penyalin dan penulis naskah kuno) dalam naskah Jalalain...