Tawakal adalah salah satu sifat terpuji dalam ajaran Islam. Secara sederhana, tawakal dapat dimaknai sebagai menyerahkan segala perkara kepada Allah Swt dengan sepenuh hati dan berpegang teguh kepada-Nya. Pada saat yang bersamaan, seseorang juga berusaha semaksimal mungkin untuk berusaha dan memperjuangkan perkara-perkara tersebut.
Kata tawakal berasal dari bahasa Arab, yakni wakilun yang bermakna menyerahkan, membiarkan, dan merasa cukup. Menurut Quraish Shihab, tawakal bukan berarti penyerahan mutlak nasi manusia kepada Allah Swt semata. Penyerahan ini harus didahului dengan usaha manusiawi sebagai salah satu sunatullah yang harus dilakukan manusia.
Keharusan berusaha sebelum bertawakal telah dicontohkan dan ajarkan oleh nabi Muhammad Saw. Diceritakan bahwa suatu ketika salah seorang sahabat mendatangi beliau tanpa terlebih dahulu mengikat untanya. Nabi Saw kemudian bertanya dan sahabat itu menjawab, “Aku telah bertawakal kepada Allah.” Mendengar hal itu, beliau bersabda, “Tambatkanlah terlebih dahulu (untamu), barulah bertawakal” (HR. At-Tirmidzi).
Imam Ahmad bin Hambal berkata, “Tawakal adalah aktivitas hati.” Artinya, tawakal merupakan perbuatan yang dilakukan hati, bukan sesuatu yang diucapkan lisan, bukan pula sesuatu yang dilakukan oleh anggota tubuh. Tawakal adalah buah dari keimanan dan kepercayaan kepada Allah Swt, bukan buah dari ilmu dan pengetahuan (Tahdzib Madarijis Sailikin: 337).
Baca Juga: Takwa dan Tawakkallah, Tips Mencari Rezeki Menurut Al-Quran
Sedangkan imam al-Ghazali mendefinisikan tawakal sebagai sikap menyandarkan diri kepada Allah Swt tatkala menghadapi suatu kepentingan, bersandar kepada-Nya dalam dalam waktu kesukaran, teguh hati tatkala ditimpa bencana disertai jiwa yang tenang, dan hati yang tentram.
Keutamaan Tawakal Menurut Al-Qur’an
Tawakal boleh dilakukan ketika seseorang telah melalui tahap ikhtiar. Ini adalah fase di mana ada tuntutan usaha dan bekerja sungguh-sungguh. Setelah itu, barulah seseorang bisa menyerahkan hasil pekerjaannya kepada Allah Swt. Jika seseorang meyakini dan memahami arti tawakal, maka tidak ada yang sia-sia atas segala amal yang dilakukan.
Tawakal adalah ajaran Islam yang banyak disebut oleh Al-Qur’an. Tercatat, kata tawakal disebut sebanyak 30 kali dan tersebar dalam 19 surah yang berbeda. Dalam ayat-ayat tersebut dijelaskan tentang berbagai bentuk perintah tawakal, keutamaan tawakal, dan bagaimana sikap Allah terhadap orang yang bertawakal.
Dari ayat-ayat di atas, penulis menemukan setidaknya ada 4 macam keutamaan tawakal, yaitu:
- Tawakal adalah bagian dari iman
Keutamaan tawakal yang pertama adalah merupakan bagian dari keimanan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa bukti seseorang beriman kepada Allah Swt adalah – salah satunya – bertawakal kepada-Nya. Hal ini tercermin dalam QS. Al-Maidah ayat 23 yang berbunyi:
قَالَ رَجُلَانِ مِنَ الَّذِيْنَ يَخَافُوْنَ اَنْعَمَ اللّٰهُ عَلَيْهِمَا ادْخُلُوْا عَلَيْهِمُ الْبَابَۚ فَاِذَا دَخَلْتُمُوْهُ فَاِنَّكُمْ غٰلِبُوْنَ ەۙ وَعَلَى اللّٰهِ فَتَوَكَّلُوْٓا اِنْ كُنْتُمْ مُّؤْمِنِيْنَ ٢٣
Berkatalah dua orang laki-laki di antara mereka yang bertakwa, yang telah diberi nikmat oleh Allah, “Serbulah mereka melalui pintu gerbang (negeri) itu. Jika kamu memasukinya niscaya kamu akan menang. Dan bertawakallah kamu hanya kepada Allah, jika kamu orang-orang beriman.” (QS. Al-Maidah [5]: 23)
- Memperoleh kecukupan dari Allah Swt
Keutamaan tawakal yang kedua adalah memperoleh kecukupan dari Allah Swt. Ketika seseorang yang bertawakal kepada Allah Swt, berarti ia menjadikan Allah sebagai wakilnya. Allah sebagai wakil terbaik bagi manusia dengan itu akan memberi kecukupan kepadanya. Dia berfirman:
وَّيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُۗ وَمَنْ يَّتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ فَهُوَ حَسْبُهٗ ۗاِنَّ اللّٰهَ بَالِغُ اَمْرِهٖۗ قَدْ جَعَلَ اللّٰهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا ٣
“Dan Dia memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya. Dan barangsiapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan-Nya. Sungguh, Allah telah mengadakan ketentuan bagi setiap sesuatu.” (QS. At-Talaq [65]: 3)
- Mendapatkan kebaikan di dunia dan akhirat
Keutamaan tawakal yang ketiga adalah mendapatkan kebaikan di dunia dan akhirat. Hal ini ditegaskan dalam QS. An-Nahl [16] ayat 41-42 yang berbunyi:
وَالَّذِيْنَ هَاجَرُوْا فِى اللّٰهِ مِنْۢ بَعْدِ مَا ظُلِمُوْا لَنُبَوِّئَنَّهُمْ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً ۗوَلَاَجْرُ الْاٰخِرَةِ اَكْبَرُۘ لَوْ كَانُوْا يَعْلَمُوْنَۙ ٤١ الَّذِيْنَ صَبَرُوْا وَعَلٰى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُوْنَ ٤٢
“Dan orang yang berhijrah karena Allah setelah mereka dizalimi, pasti Kami akan memberikan tempat yang baik kepada mereka di dunia. Dan pahala di akhirat pasti lebih besar, sekiranya mereka mengetahui, (yaitu) orang yang sabar dan hanya kepada Tuhan mereka bertawakal.”
- Tidak dikuasi oleh setan
Keutamaan tawakal yang keempat adalah tidak dikuasai oleh setan. Saat seseorang bertawakal, setan tidak akan mampu menguasai dan mempengaruhi dirinya, karena pada saat itu ia berada sangat dekat dengan Allah Swt. Hal ini dijelaskan Allah Swt dalam QS. An-Nahl [16] ayat 99 yang berbunyi:
اِنَّهٗ لَيْسَ لَهٗ سُلْطٰنٌ عَلَى الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَلٰى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُوْنَ ٩٩
“Sungguh, setan itu tidak akan berpengaruh terhadap orang yang beriman dan bertawakal kepada Tuhan.”
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa tawakal adalah sikap berserah diri kepada Allah Swt atas segala sesuatu yang telah manusia usahakan.
Baca Juga: Jangan Pernah Berputus Asa: Tafsir Surat Az-Zumar Ayat 53
Dengan demikian, tidak benar seandainya seseorang bertawakal tanpa mengusahakan sebelumnya. Tawakal juga memiliki banyak keutamaan, diantaranya adalah bagian dari iman, mendapat kecukupan, memperoleh kebaikan dunia dan akhirat, serta tidak akan dikuasai setan. Wallahu a’lam.