BerandaTafsir TematikTafsir Surat al-A’raf Ayat 12: Congkak Bentuk Pembangkangan Iblis terhadap Allah

Tafsir Surat al-A’raf Ayat 12: Congkak Bentuk Pembangkangan Iblis terhadap Allah

Sebelum manusia diciptakan, Allah terlebih dulu menciptakan makhluk lain seperti Malaikat, jin, dan Iblis. Ketika Allah menciptakan mahkluk berupa manusia, para malaikat pun khawatir akan eksistensi manusia yang akan berbuat kerusakan di muka bumi, namun Allah pun tetap akan mencitpakan makhluk tersebut sebagai Khalifah di muka bumi.

Tatkala Allah menciptakan Nabi Adam As. Sebagai manusia pertama, Allah Memerintahkan para malaikat untuk sujud sebagai tanda penghormatan kepada makhluk ciptaan-Nya. Akan tetapi terdapat salah satu makhluk Allah yang menolak dan membangkang terhadap hal tersebut. Mereka adalah iblis. Dengan congkaknya, iblis menyatakan bahwa dirinya terbuat dari api sedangkan Nabi Adam As. terbuat dari tanah. Dari sinilah dialog antara Allah Swt. dengan iblis dimulai dan diabadaikan dalam beberapa ayat Al Quran, salah satunya firman Allah pada QS. Al-A’raf [7] ayat 12:

قَالَ مَا مَنَعَكَ أَلَّا تَسۡجُدَ إِذۡ أَمَرۡتُكَۖ قَالَ أَنَا۠ خَيۡرٞ مِّنۡهُ خَلَقۡتَنِي مِن نَّارٖ وَخَلَقۡتَهُۥ مِن طِينٖ

Allah berfirman: “Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu?” Iblis menjawab: “Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah”

Menurut Imam Ismail ibn Kathir, ayat di atas menerangkan mengenai dialog antara Allah dengan iblis. Allah memerintahkan makhluk-Nya untuk bersujud kepada nabi Adam As. sebagai tanda penghormatan. Namun ada satu makhluk yang menolak melakukan hal tersebut, sehingga Allah pun berdialog dengan makhluk tersebut.

Ketika Allah bertanya Ma Mana’aka Alla Tasjuda (Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam As.)), makhluk tersebut menjawab Ana Khayrun Minhu (Saya lebih baik daripadanya). Bahkan makhluk tersebut menegaskan dengan redaksi Khalaqtani Min Nar Wa Khalaqtahu Min Tin (Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah). Karena itulah makhluk tersebut disebut dengan iblis yang berarti pembangkang. Dari ayat inilah dapat diketahui mengapa makhluk yang satu ini membangkang perintah Allah.

 Jika melihat pada redaksi Ma Mana’aka Alla Tasjuda Imam ibn Kathir mengutip pendapat ahli ilmu Nahwu bahwa redaksi Ma merupakan tambahan atau Ziyadah yang berfungsi untuk menguatkan penegasian atau Li Ta`kid al-Jahd (Ismail ibn ‘Umar ibn Kathir, Tafsir al-Qur`an al-‘Azim, Juz 3, Cet 2, hal. 392)

Imam ibn Kathir pun mengutip pula hadis Rasulullah berkenaan dengan ayat di atas sebagai berikut:

حدثنا محمد بن رافع وعبد بن حميد. قال عبد أخبرنا. قال ابن رافع, حدثنا عبد الرزاق, أخبرنا معمر, عن الزهري, عن عروة, عن عائشة. قالت : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : خلق الملائكة من نور, وخلق الجان من مارج من نار, وخلق ادم مما وصف لكم

Dari ‘Aisyah ia berkata: “Rasulullah Saw. bersabda: “Malaikat diciptakan dari cahaya (Nur), Jin diciptakan dari kobaran api, dan Adam diciptakan dari apa yang kalian sifati (tanah)”” (Muslim ibn al-Hajjaj al-Qushayri, Sahih Muslim, hal. 1464)

Menurut Imam al-Tabari ayat di atas menjelaskan tentang bentuk pembangkangan Iblis terhadap perintah Allah untuk bersujud kepada Nabi Adam As. Pada dialog tersebut Allah mempertanyakan mengenai hal apa yang memberatkan makhluk Allah ini untuk melaksanakan perintah-Nya. Makhluk tersebut menjawab dengan menyatakan bahwa dirinya tercipta dari api sedangkan Nabi Adam As. Tercipta dari tanah. Sehingga karena jawaban ini, Allah mengusir dan melaknat makhluk ini hingga hari kiamat. Karena komentar Iblis tersebut, ia dianggap sebagai pembangkang (Muhammad ibn Jarir al-Tabari, Jami’ al-Bayan ‘An Ta`wil Ay al-Qur`an, Juz 3, hal. 409)

Berdasarkan ayat di atas dapat disimpulkan bahwa Iblis memberontak kepada Allah karena sifat congkak dan sombong. Apalagi dengan bangga menyatakan dirinya lebih baik daripada makhluk Allah lain.

Dari ayat ini dapat diambil hikmah bahwasanya kesombongan akan membawa seseorang pada kehancuran sebagaimana yang telah terjadi pada Iblis. Dengan demikian, marilah kita menjaga diri dari hal-hal yang dapat merusak diri serta membawa pada kehancuran. Wallahu A’lam

Jaka Ghianovan
Jaka Ghianovan
Dosen di Institut Daarul Qur'an (IDAQU) Tangerang. Aktif di Center for Research and Islamic Studies (CRIS) Foundation.
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Catatan interpolasi tafsir Jami‘ al-Bayan karya Al-Ijiy pada naskah Jalalain Museum MAJT

Jami’ al-Bayan: Jejak Tafsir Periferal di Indonesia

0
Setelah menelaah hampir seluruh catatan yang diberikan oleh penyurat (istilah yang digunakan Bu Annabel untuk menyebut penyalin dan penulis naskah kuno) dalam naskah Jalalain...