Meski di Bawah Pimpinan Firaun, Allah Tak Perintahkan Nabi Musa Untuk Berontak

Allah tidak menyuruh Nabi Musa Untuk Berontak pada Firaun
Allah tidak menyuruh Nabi Musa Untuk Berontak pada Firaun

Menaati pemimpin dalam kebajikan, serta taat kepada pemimpin adalah suatu kewajiban sebagai warga negara yang baik. Karena pemimpin adalah wakil suara rakyat. Namun, bagaimana jika pemimpin tidak sesuai dengan suara hati rakyat. Alih-alih sesuai suara rakyat, pemimpin malah ada yang memangkas hak rakyat. Apakah rakyat berhak untuk berontak?

Pada tulisan ini kita akan kembali meneladani sifat Nabi ketika menghadapi pemimpin yang kejam, dan bertindak semaunya. Mengingat pemimpin yang kejam pasti sudah tidak asing di telinga kita, dia adalah Raja Firaun.

Baca juga: Sedang Dirundung Musibah? Bersabarlah! Ini 4 Keutamaan Sabar Menurut Al-Quran

Firaun merupakan suatu julukan. Sosok Raja yang didakwahi Nabi Musa AS. Pada masa nabi Musa yakni Firaun Ramses II. Kemudia pada 1881, jasadnya berhasil ditemukan. Jadi tidak semua firaun jasadnya bisa ditemukan. Pada 1974 ilmuwan Prancis Dr Maurice Bucaille dan tim mengonfirmasi menemukan jasad Firauan Ramses II mati tenggelam di laut. Sampai saat ini, para pengunjung museum di Kairo, Mesir, masih dapat melihat jasadnya dan di mumikan yang tak terurai.

Alquran menceritakan Firaun sebagai penguasa yang melampaui batas. Bahkan Dia tidak pernah menyadari, bahwa setiap kekuasaan adalah titipan dari Allah SWT. Allah SWT menitipkan dan mencabut kekuasaan kepada siapapun yang dikehendaki-Nya. Jadi  Allah memberikan kekuasaan, bukan untuk dilakukan dengan semaunya dan seenaknya.

Sebagaimana firman Allah surat Yunus ayat 92:

فَٱلْيَوْمَ نُنَجِّيكَ بِبَدَنِكَ لِتَكُونَ لِمَنْ خَلْفَكَ ءَايَةً ۚ وَإِنَّ كَثِيرًا مِّنَ ٱلنَّاسِ عَنْ ءَايَٰتِنَا لَغَٰفِلُونَ

“Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami”

Baca juga: Kewajiban Taat Kepada Pemerintah dalam Tafsir Surat An-Nisa ayat 59

Tafsir surat Yunus ayat 92:

Pada Tafsir al-Misbah karangan Quraish Shihab, menjelaskan bahwa pada hari kebinasaanmu itu (wahai Fir’aun), Allah mengangkat dan mengeluarkan mayatmu dari laut, agar menjadi bahan renungan dan pelajaran bagi mereka yang telah menuhankanmu.

Karena mereka tidak akan menyangka bahwa nasibmu akan berakhir dengan kondisi yang sangat memilukan dan menyedihkan seperti ini. Akan tetapi banyak manusia yang tidak mau mengamati bukti-bukti kekuasaan Allah di alam raya yang begitu banyak.

Ayat ini, tampaknya, mengisyaratkan bahwa jasad Fir’aun akan terus terpelihara sehingga manusia dapat menjadikannya sebagai bahan pelajaran, betapa mengenaskan nasib seseorang yang pernah mengaku Tuhan dan memaksa kaumnya yang bersahaja untuk mengatakan bahwa tiada tuhan selain dia.

Baca juga: Islam Menyerukan Keadilan Sosial, Begini Penjelasan Para Mufassir

Tidak hanya itu Firaun juga merupakan Raja yang kejam, sombong dan tidak memperdulikan nasib rakyatnya. Bukti nyata bahwa bayi yang lahir tidak laki-laki, maka akan di bunuh.

Pada Tafsir Ibnu Katsir juga dijelaskan tetang tafsir surat yunus ayat 92, yakni agar Firaun dapat menjadi bukti bagi kaum Bani Israil bahwa Firaun telah mati dan binasa. Dan hanya Allah yang berhak bertindak atas apa yang dilakukan Firaun ketika masih hidup di dunia. Serta tidak ada sesuatu pun yang dapat bertahan ketika dia murka kepada Allah.

Larangan Protes dengan Cara Memberontak

Meskipun pada kepimpinan Firaun, namun Allah tetap tidak memperintahkan Nabi untuk memberontak.

Sebagaimana firman Allah pada surat at-taha ayat 43-44:

اذهبا إِلَى فِرْعَوْنَ إِنَّهُ طَغَى

فَقُولَا لَهُ قَوْلًا لَيِّنًا لَعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَا

Pergilah kamu berdua kepada Fir’aun, Sesungguhnya Dia telah melampaui batas”

“Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, Mudah-mudahan ia ingat atau takut”

Pada ayat tersebut tetap memritahkan nabi untuk berbicara denga kata-kata yang lemah lembut dalam menghadapi pemimpin yang seperti Firaun.

Pada penafsiran ayat tersebut, az-Zuhaili juga menyebutkan hikmah dan pelajaran yang dapat diambil ketika menerapkan apa yang menjadi perintah Allah, menghindari pemberontakan dan berbicara dengan lembut. Maka pasti akan membuahkan hasil. Orang seperti Fir’aun saja yang angkuh dan sombong, Allah tetap memerintahkan untuk berbiara santun dan lembut kepada Firaun. Salah satunya Nabi Musa yang menjadi pilihan Allah yang diperintahkan berkata yang lembut dan santun.

Apalagi jika menghadapi orang atau pemimpin yang tidak sampai melebihi Firaun, maka tentu Al-Quran tetap tidak menganjurkan untuk berontak, semua itu bisa dilakukan dengan cara meneladani sikap Nabi, yakni dengan cara berbicara dengan lugas serta lembut. Wallahu a’lam[]