BerandaTafsir TematikApa Saja Jaminan Allah dalam Al-Quran untuk Mereka yang Istikamah?

Apa Saja Jaminan Allah dalam Al-Quran untuk Mereka yang Istikamah?

Kata “istikamah” adalah kata yang sudah sangat populer di kalangan kita, baik di media elektronik, media cetak, maupun media-media lainnya, karena sudah menjadi bahasa baku bahasa Indonesia. Kata “istikamah” ini pada mulanya bukanlah milik atau lahir dari bahasa Indonesia sendiri, tetapi berasal dari kata bahasa Arab.

Tidak ada yang tahu sejak kapan kata ini digunakan di dalam bahasa Indonesia. Tetapi yang jelas, kata ini digunakan setelah terjadi asimilasi budaya antara budaya Islam dan budaya Nusantara pada masa dahulu ketika Islam tersebar di Nusantara. Sudah tentu, bahwa yang menggunakannya pada masa-masa awal itu adalah penganjur dan mubalig Islam yang menyebarkan agama Islam ketika itu.

Kata “istikamah” ini pada dasarnya berasal dari kata istiqāmah (استقامة) yang ada di dalam bahasa Arab. Kemudian digunakan di dalam bahasa Indonesia sebagai bahasa baku. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, halaman 878, kata ini diartikan dengan “Sikap teguh pendirian dan selalu konsekuen.”

Secara bahasa (etimologi) kata istiqāmah (استقامة) di dalam bahasa Arab adalah bentuk kata dasar (mashdar) dari kata kerja istiqāma (استقام)– yastaqīmu)   (يستقيم – istiqāmah. Kata ini berasal dari kata kerja dasar, yaitu qāma (قَامَ) – yaqūmu (يَقُوْمُ) – qiyām (قِيَامًا). Kata qāma (قَامَ) mempunyai banyak arti sesuai dengan konteksnya. Salah satu maknanya ialah ‘berdiri, bangkit, berdiri tegak, dan lurus.

Jadi istikamah itu dapat diartikan dengan konsistensi seseorang yang melaksanakan sesuatu dengan pandangan dan prinsip yang benar. Bisa juga diartikan dengan keberadaan seseorang di jalan yang benar, jalan yang diridai dan dirahmati Allah, atau keteguhan hati seseorang untuk melaksanakan sesuatu di atas jalan yang benar.

Dengan begitu, mereka yang istikamah adalah mereka yang tidak mau berubah sikap atau pandangan tentang sebuah kebenaran, meskipun hal-hal yang mengitarinya sangat memungkinkan untuk berubah karena keuntungan tertentu. Hal ini menunjukkan bahwa beristikamah itu juga butuh usaha, ada keinginan dan tindakan nyata yang dilakukan, tidak langsung datang dan bisa melaksanakannya secara gratis.

Baca Juga: Tafsir Surah Hud Ayat 112: Perintah Istiqomah Dalam Kebaikan

Jaminan Allah untuk mereka yang istikamah

Sikap istikamah adalah salah sifat yang terpuji. Orang-orang yang memiliki sikap istikamah itu adalah orang yang senantiasa bersama Allah swt. Ada 10 ayat di dalam Al-Quran yang menggambarkan keutamaan sikap istikamah itu. Misalnya di dalam QS. Fushshilat [41]: 30 Allah menyatakan:

إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ

Sesungguhnya orang- orang yang mengatakan: “Tuhan Kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka Malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: “Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu”.

Di dalam ayat ini Allah menegaskan bahwa orang-orang yang berkeyakinan kuat bahwa Allah adalah Tuhan mereka, lalu mereka beristikamah dengan cara berketetapan hati untuk melaksanakan apa yang telah diperintahkan dan meninggalkan semua larangan-larangan Allah, maka memperoleh berbagai kemuliaan dari Allah Swt., yaitu:

  1. Allah akan menurunkan kepada mereka para malaikat setiap saat serta secara bertahap hingga menjelang ajal mereka datang untuk meneguhkan hati mereka.
  2. Allah menjadikan mereka orang-orang tidak memiliki rasa takut, mereka adalah orang-orang kuat keyakinannya terhadap agama mereka dan memberikan keteguhan kepada mereka untuk beramal sesuai dengan tuntunan-Nya.
  3. Allah menjadikan mereka orang-orang yang tidak akan pernah merasa sedih terhadap apa yang menjadi keyakinan mereka. Mereka tidak pernah merasa kecewa dan sedih terhadap apa yang telah menimpa mereka, mereka tidak akan pernah merasa sedih terhadap apa yang sedang mereka alami, dan mereka tidak pernah merasa sedih terhadap apa yang akan mereka alami nanti. Mereka berkeyakinan dengan keteguhan mereka kepada Allah, qada‘ dan takdirnya, akan menerima apa yang telah menjadi ketentuan Allah kepada mereka.
  4. Mereka adalah orang-orang yang dianugerahi Allah kegembiraan karena mereka akan memperoleh ganjaran yang mulia di sisi-Nya yaitu akan dimasukkan Allah ke dalam surga-Nya. Kegembiraan mereka karena Allah menepati janjinya memasukkan mereka ke dalam rida-Nya.

Baca Juga: Inilah 2 Cara Menjaga Ketenteraman Hati Menurut Al-Quran

Terbebasnya mereka yang istikamah  dari rasa sedih dan kawatir juga disampaikan secara jelas dalam Surah Al-Ahqaf  [46]: 13

إِنَّ ٱلَّذِينَ قَالُواْ رَبُّنَا ٱللَّهُ ثُمَّ ٱسۡتَقَٰامُواْ فَلَا خَوۡفٌ عَلَيۡهِمۡ وَلَا هُمۡ يَحۡزَنُونَ

Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan Kami ialah Allah”, kemudian mereka tetap istikamah [teguh pendirian dalam tauhid dan tetap beramal saleh] Maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita.

Ayat di atas menjelaskan bahwa orang-orang yang beriman kepada Allah dan tetap beristikamah untuk melaksanakan segala tuntunan agama, tidak akan pernah merasa takut terhadap segala ketentuan dan keputusan Allah dan meraka tidak akan pernah bersedih hati menerima apapun yang menjadi keputusan Allah.

Hal seperti ini juga dinyatakan oleh Rasulullah di dalam sebuah hadis riwaya al-Tirmidzi dari Sufyan ibn Abdillah al-Tsaqafy:

عَنْ سُفْيَانَ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ الثَّقَفِيِّ قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ حَدِّثْنِي بِأَمْرٍ أَعْتَصِمُ بِهِ قَالَ قُلْ رَبِّيَ اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقِمْ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا أَخْوَفُ مَا تَخَافُ عَلَيَّ فَأَخَذَ بِلِسَانِ نَفْسِهِ ثُمَّ قَالَ هَذَا. رواه الترمذي

Dari Sufyan ibn Abdillah al-Tsaqafy, ia berkata. Aku meminta kepadanya untuk menceritakan kepadaku sesuatu hal yang harus aku selalu jadikan pegangan di dalam hidup ini. Rasulullah lalu menjawab: Katakanlah bahwa Tuhanku adalah Allah, lalu tetaplah berada di jalan yang lurus dengan bersikap istikamah. Lalu aku bertanya lagi tentang hal apa yang paling menakutkan yang engkau khawatirkan akan terjadi padaku. Lalu beliau menunjuk lidahnya. Lalu berkata: “Inilah yang paling berbahaya”. HR. al-Tirmidzi.

Garansi kebahagiaan dan kemuliaan langsung dari Allah untuk mereka yang istikamah dalam ketauhidan khususnya, dan kebaikan lain umumnya, menandakan bahwa istikamah bukanlah hal yang mudah, hanya orang-orang tertentu dan terpilih yang bisa melaksanakannya. Allahumma ij’alna minhum. Amin

Wallahu a’lam

Ahmad Thib Raya
Ahmad Thib Raya
Guru Besar Pendidikan Bahasa Arab UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Dewan Pakar Pusat Studi Al-Quran (PSQ)
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Belajar parenting dari dialog Nabi Yakub dan Nabi Yusuf

Belajar ‘Parenting’ dari Dialog Nabi Yakub dan Nabi Yusuf

0
Dalam hal parenting, Islam mengajarkan bahwa perhatian orang tua kepada anak bukan hanya tentang memberi materi, akan tetapi, juga pendidikan mental dan spiritual yang...