Arkeologi Alquran: Hikmah dari Peradaban Kaum ‘Ad

Arkeologi Alquran: Hikmah dari Peradaban Kaum 'Ad

Salah satu kekuatan Alquran sekaligus menjadi mukjizatnya adalah pemaparan kisah-kisah terdahulu yang bukan hanya dongeng fiktif atau khalayan semata yang jauh dari realitas. Rangkaian kisah tersebut diungkapkan untuk menguraikan ajaran keagamaan dan juga menjadi pelajaran bagi umat dalam banyak hal. Penelitian Arkeologi misalnya sangat terbantu oleh narasi kisah Nabi Hud dan kaum ‘Ad yang cukup banyak dibicarakan dalam Alquran.

Penggalian Arkeologis Kaum ‘Ad dan Kota Iram

Pembicaraan Alquran tentang kaum ini adalah berkisar pada segi kemampuan dan kekuatan mereka, maupun kedurhakaan dan pembangkangan mereka kepada Allah dan Nabi Hud. Di dalamnya juga diceritakan, sebagaimana termaktub dalam QS. Fushsilat [41]: 16 yang pada akhirnya kaum ‘Ad dihancurkan oleh Allah dengan gempa bumi dan angin ribut yang sangat dingin.

Adapun peradaban kota Iram yang diungkap Alquran surah al-Fajr ayat 6-8, awalnya banyak ahli sejarawan yang meragukan informasi tersebut. Salah satunya Ibnu Khaldun dalam kitabnya Mukadimah, dia sempat bertanya-tanya bagaimana ceritanya ada kota Iram, sementara orang Arab lama tidak pernah mengetahui dimana letak kota itu. Sebab dalam penggalian keilmuannya, referensi utama Khaldun adalah qaul dan tradisi dari orang-orang secara turun-menurun untuk memecahkan suatu misteri dan sejarah.

Baca Juga: Belajar dari Kehancuran Kaum ‘Ad dan Kota Iram

Tetapi kemudian pada tahun 1834 ada penemuan di Hisn al-Ghurab yang berada dekat kota ‘Adn di Yaman sebuah naskah yang bertuliskan aksara Arab lama (Hymarite) yang menunjukkan nama Nabi Hud yaitu dengan naskah tertulis, “Mereka mengatur urusan kami dengan menggunakan hukum-hukum (agama) Hud yang lurus.” Hal tesebut ada kaitannya dengan peradaban kaum ‘Ad dan kota Iram yang digambarkan di dalam Alquran. (Al-Jawahir fi Tafsir al-Quran, Juz 23, 182)

Selanjutnya pada 1964-1979 dilakukan penggalian intensif  yang dipimpin oleh dipimpin oleh Profesor Giovani Pettinato dibantu Dr Father Dahood dari Pontifical Biblical Institute Vatikan di wilayah barat laut Suriah, tepatnya di Tell Mardikh. Dalam penelitian tersebut ditemukan ribuan lempeng yang bertuliskan huruf Semitik Purba, Eblaite. Dari hasil analisis pada tahun 1986, prasasti Ebla berumur 2.500 tahun (SM) atau sekitar 4.500 tahun lalu. Dengan demikian prasasti ini mempunyai umur tarikh yang sama dengan tarikh bangsa Aad dan Samud menurut tradisi Arab Purba. (Kisah Para Nabi Pra Ibrahim Dalam Perspektif Alquran dan Sains, h. 92-93)

Salah satu lempeng tersebut menyatakan, “Kerajaan Ebla telah mengadakan hubungan dagang dengan bangsa Samutu dan Aad di Kota Iram.” Hal ini jelas menunjukkan bahwa bangsa Samutu, Aad, dan kota Iram tidak lain adalah bangsa yang disebut dalam Alquran. Dalam The Archive of Ebla, 1981 disebutkan bahwa selain prasasti Ebla dan Alquran, tidak ada rujukan lain yang menunjukkan eksistensi tiga peradaban ini, yakni Samud, Aad, dan Iram.

Baca Juga: Kisah Nabi Hud As dan Kaum ‘Ad Dalam Al-Quran

Bukti arkeologis lain tentang kota Iram, adalah hasil ekspedisi Nicholas Clapp di Gurun Arabia Selatan pada tahun 1992 pada kedalaman 183 meter di bawah permukaan pasir. Kota tersebut menurut Umar Anggara ditemukan Tim Peneliti yang dipimpin Clapp dari California Institute of Technology Jet Propulsion.

Dia mengawali penelitiannya dengan menyimak legenda-legenda Arab tentang kota tua Ubhar. Dengan bantuan satelit NASA dan satelit Prancis dengan sistem penginderaan optik, Clapp mampu mendeteksi permukaan bawah gurun di Arabia Selatan dan menemukan sebuah bangunan segi delapan, dengan dinding-dinding dan menara yang mencapai ketinggian 9 meter. Diperkirakan, gedung tersebut mampu menampung sebanyak 150 orang. (Sejarah dan ‘Ulum al-Quran, h. 216)

Di samping itu, menurut Magdy Shehab dalam I’jaz al-Ilmi fi al-Quran wa al-Sunnah (h. 41-42), Clapp juga menemukan manuskrip peta yang dibuat oleh Ptolemy seorang ahli geografi Yunani yang pernah tinggal di Mesir pada tahun 200 M. Peta tersebut menjelaskan lokasi kota kuno yang berhasil ditemukan dan jalan-jalan yang mengarah ke kota tersebut. Dengan demikian, dia menyimpulkan bahwa penemuannya merupakan bagian dari kota Iram, pusat kegiatan dakwah Nabi Hud dan merupakan peninggalan historis dari kaum ‘Ad.

Bukti keberadaan kota kaum ‘Ad dalam penemuan sisa-sisa penggalian kota tersebut sesuai dengan penyebutannya di dalam Alquran. Dikatakan bahwa tidak ada bangunan yang menyamainya, hal ini pun terbukti dengan keadaan kota tersebut yang memiliki serambi tiang yang berbentuk bulat padahal tempat-tempat lain di Yaman hingga sekarang memiliki tiang-tiang yang berbentuk segi empat.

Ciri lain kota Iram yang disebutkan di dalam Alquran adalah kota yang dipenuhi dengan tanaman seperti yang disebutkan di dalam QS. al-Syu’ara ayat 128-135. Data sejarah mengungkapkan bahwa daerah itu mengalami perubahan iklim sehingga menjadi padang pasir, padahal sebelumnya kawasan tersebut merupakan kawasan yang subur dan produktif dengan didominasi oleh tetumbuhan. Salah satu citra satelit NASA mengungkapkan adanya bendungan kuno yang digunakan untuk irigasi kaum ‘Ad yang diperkirakan dapat memenuhi kebutuhan air sekitar 200.000 orang. (I’jaz al-Ilmi fi al-Quran wa al-Sunnah, h. 44)

Baca Juga: Kaum Madyan dalam Al-Qur’an: dari Asal Usul Penamaan Hingga Silsilah Keturunan

Terkait runtuhnya peradaban kaum ‘Ad disebutkan dalam majalah Prancis A M’interesse bahwa kota Iram atau Ubar tersebut runtuh karena dilanda angin yang disertai dengan pasir yang kemudian menimbun kota tersebut dengan pasir dengan ketebalan 12 m dan itu sesuai dengan yang disebutkan dalam QS. Fushsilat ayat 16.

Dengan demikian, disimpulkan bahwa informasi Alquran tentang kejadian masa lampau seperti keberadaan bangsa ‘Ad dan kota Iram sebagaimana telah disebutkan dalam beberapa ayat— menunjukkan betapa mustahilnya ilmu tersebut berasal dari diri Nabi Muhammad sendiri, di sisi lain temuan penelitian arkeologis memberikan bukti dan pelajaran bahwa Alquran yang sangat ilmiah berbicara tentang kebenaran dan fakta.

Hikmah dari Peradaban Kaum ‘Ad

Kota Iram menurut riwayat adalah kota yang dibangun oleh Shaddad bin ‘Ad, sebuah kota yang indah dan penduduknya diberikan kelebihan dari kaum yang lain, baik itu berupa sumber daya manusia maupun sumber daya alam yang memadai.

Di antaranya mereka telah mampu mendirikan bangunan tinggi, istana megah, dan benteng-benteng yang tidak ada tandingannya di negeri lain pada masa itu. Selain itu mereka dianugerahi kesuburan, karena memiliki mata air, kebun-kebun, dan banyak ternak menjadikan negerinya makmur dan bergelimangan dengan kemewahan. Namun demikian, peradaban mereka punah karena pembangkangan terhadap Allah dan rasul-Nya.

Hikmah yang dapat dipetik dari pengabadian kisah kaum ‘Ad sebagai peringatan kepada generasi berikutnya, bahwa meskipun mereka kuat dalam kekuasaan dan keperkasaan, tetapi mereka semua hanya meninggalkan artefak-artefaknya saja. Maka membangun peradaban itu tidak hanya cukup dengan pondasi fisik, sebab tanpa adab dan akhlak akan membawa mafsadat dan ujungnya akan menghancurkan diri sendiri.[]