Kemajuan di bidang teknologi dan digital yang begitu pesat telah melahirkan era baru dalam sejarah peradaban umat manusia. Kecerdasan buatan atau yang biasa disebut artificial intelligence (AI) tumbuh begitu cepat dengan segudang potensi dan kegunaan yang ditawarkan. Ia mampu mempermudah pekerjaan manusia bahkan bisa menggantikan peran manusia dalam dunia kerja.
Hal inilah yang menyebabkan sebagian orang berspekulasi bahwa AI dapat menjadi bumerang yang mengancam eksistensi manusia di muka bumi. Pasalnya, ada banyak sekali pekerjaan manusia yang bahkan mampu dilakukan dengan lebih baik oleh mesin AI. Akibatnya, banyak sektor pekerjaan yang memilih memanfaatkan mesin AI ketimbang menggunakan jasa manusia.
Menurut laporan dari World Economic Forum, pada tahun 2025 ini, AI dan otomatisasi diprediksi akan menggantikan sekitar 85 juta pekerjaan. Namun di sisi lain, ia juga akan membuka 97 juta lebih lapangan kerja baru yang relevan dengan era digital.
Baca Juga: Work-Life Balance di Era Digital: Pelajaran dari Surah Al-‘Asr
Potensi dan Peran Manusia sebagai Kilafah
Jika dilihat dari aspek tersebut, sepintas kita akan menilai bahwa teknologi AI akan menjadi ancaman bagi umat manusia. Namun, sebagai khalifah Allah dimuka bumi, manusia diberi privilege berupa ketundukan alam semesta pada potensi yang dimiliki manusia.
Dalam Alquran, Allah swt. berfirman,
{وَسَخَّرَ لَكُمْ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا مِنْهُ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ}
Dia telah menundukkan (pula) untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi semuanya (sebagai rahmat) dari-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berfikir. Q.S. Al-Jatsiyah [45]: 13
Pada ayat di atas, Allah swt, menegaskan nikmat yang telah Dia berikan kepada manusia berupa ketundukan alam semesta pada manusia. Langit dan bumi beserta isinya berjalan secara harmoni dan teratur guna menyediakan kehidupan yang layak bagi manusia. Potensi dan daya guna yang dimiliki alam semesta ini diciptakan untuk kelangsungan hidup manusia, sebagaimana keterangan dari Imam al-Wahidy dalam Tafsir Al-Basith:
معنى تسخيره لنا: هو أنه هيأها لانتفاعنا بها، فهو مسخر لنا من حيث إننا ننتفع به على الوجه الذي نريد
Allah menundukkan alam untuk kita mengandung arti bahwa allah swt telah menyediakan alam semesta agar bisa dimanfaatkan oleh kita, manusia. allah menundukkan (alam) untuk kita agar kita bisa memanfaatkannya sesuai dengan keinginan kita. [Tafsir al-Basith, juz 20, hal. 137]
Ketundukan alam semesta untuk kebutuhan manusia merupakan bentuk timbal balik dari tanggung jawab sebagai khalifah yang dibebankan kepada manusia. Dalam Kitab Al–Bi’ah wal Hifadh Alaiha fi Mandhuril Islami, Syaikh Ali Jum’ah menyebutkan bahwa salah satu relasi manusia dengan alam adalah علاقة التسخير. Relasi ini meniscayakan peran manusia sebagai khalifah yang bertanggung jawab memakmurkan bumi. Kemudian sebagai timbal balik, alam menyediakan segalanya guna dimanfaatkan oleh manusia.
Dalam kaidah kebahasaan, kata ما dalam ayat di atas bermakna umum. Artinya apapun yang ada di langit dan bumi semuanya ditundukkan oleh Allah sebagai fasilitas kehidupan bagi manusia. Termasuk diantaranya adalah mesin-mesin yang diprogram dengan AI. Ia memiliki potensi untuk memudahkan berbagai aspek kehidupan manusia untuk dimanfaatkan dengan baik.
Baca Juga: Membumikan Alquran di Tengah Gelombang Digitalisasi
Perhatikan firman Allah swt. dalam surah al-Hadid ayat 25
{وَأَنْزَلْنَا الْحَدِيدَ فِيهِ بَأْسٌ شَدِيدٌ وَمَنَافِعُ لِلنَّاسِ وَلِيَعْلَمَ اللَّهُ مَنْ يَنْصُرُهُ وَرُسُلَهُ بِالْغَيْبِ إِنَّ اللَّهَ قَوِيٌّ عَزِي }
Kami menurunkan besi yang mempunyai kekuatan hebat dan bermanfaat bagi manusiaagar allah mengetahui siapa yang menolong agama dabn rasul-rasulnya walaupun allah tidak dilihatny. Sesungguhnya allah maha kuat lagi maha perkasa. Q.S. Al-Hadid [57]: 25
Besi merupakan salah satu unsur yang bermanfaat bagi umat manusia. Ia merupakan bahan baku dari berbagai jenis perabotan rumah tangga, misalnya yang dimanfaatkan manusia dalam kehidupan sehari-hari. Namun, besi juga berpotensi menimbulkan ketakutan, misalnya ketika digunakan sebagai senjata perang atau disalah gunakan oleh orang yang tidak bertanggung jawab.
Ibnu Asyur dalam Tafsir Al-Tahrir wa al-Tanwir memaknai بأس sebagai ketakutan atau bahaya, yakni bahaya yang ditimbulkan oleh peperangan notabene menggunakan persenjataan yang terbuat dari besi. Dari aspek ini, besi dapat menimbulkan bahaya karena berpotensi disalahgunakan untuk menyakiti manusia.
Sama halnya dengan besi, kecerdasan buatan yang saat ini sedang berkembang pesat dapat menimbulkan kerugian. Namun di waktu yang sama, ia bisa mendatangkan manfaat apabila kita bisa mengoperasikannya sesuai persinya.
Maka dari itu, ini merupakan tantangan baru bagi manusia sebagai aktor utama yang menghuni bumi untuk meng-upgrade diri agar bisa beradaptasi dengan perkembangan zaman, sehingga secanggih apapun AI dan otomatisasi mesin ini, ia akan tetap survive dan menjadi pionir utama dalam menjalankan tugasnya sebagai khalifah Allah di bumi. Wallah a’lam.