Abdul Aziz Az-Zamzami merupakan sastrawan era abad pertengahan yang berperan penting dalam persebaran ulumul Quran. Namanya juga tercatat dalam sejarah literasi di tanah Arab yang ditulis oleh Carl Brockelmann dalam History of the Arabic Written Tradition. Perannya dalam bidang ulumul Quran adalah mengalihkan karya genre prosa As-Suyuthi dalam kitab An-Niqayah di bab Ilmu Tafsir menjadi sebuah nazam puisi.
Sebelum berbicara mengenai karyanya, wajib bagi pembaca mengenal biografinya terlebih dahulu. Abdul Aziz Az-Zamzami memiliki nama asli Izzuddin bin Ali bin Al bin Abdul Azîz bin Abdus Salam bin Musa bin Abi Bakar bin Akbar bin Ali bin Ahmad bin Ali bin Muhammad bin Dawud al-Baidhawi asy-Syirazi.
Baca juga: Mengenal Tiga Kitab Nazam Ulumul Quran dan Ushul Tafsir
Dia mendapatkan julukan Az-Zamzami karena kakek buyutnya merupakan muazin di lingkungan Masjid al-Harâm serta menjaga dan melayani sumur air zamzam (bi’ru zamzam). Keluarga ini kemudian menjadi pelayan dan penjaga sumur air zamzam. Az-Zamzami lahir di Makkah pada tahun 900 H/1494 M dan meninggal di Makkah pada tanggal 9 Dzulqa’dah tahun 976 H/1568 M.
Salah satu guru Az-Zamzami, berdasarkan catatan Muhammad bin Muhammad Al-Ghazî Najmuddîn dalam Al-Kawâkib As-Sâirah bi a’yân al-Mi’ah al-âsyirah, yaitu Syekh Al-Qadhi Zakariya. Bisa jadi yang dimaksud adalah Zakariya Al-Anshari, ulama ahlussunnah wal jamaah yang terkenal. Sementara, salah satu murid Az-Zamzami menurut catatan Mustafa Muhammad Albaik adalah Zainuddin bin Abdul Aziz bin Zainuddin bin Ali bin Al-Ma’bari Al-Malibari dari India. Murid Az-Zamzami ini kemudian dikenal sebagai penulis kitab Fathul Mu’in yang banyak diajarkan di pesantren Indonesia.
Az-Zamzami menulis banyak karya di antaranya adalah, Syarah Qashîdah Banât, Al-Qashshasu al-Haq fî Madh Khair al-Khalaqi, Manzhûmah Tafsir, Dîwân Syi’ir serta Tanbîh Dzawi al-Himam ‘ala Ma’akhidh Abi al-Tayyib min al-Syair wa al-Hikam, Sebuah karya yang membahas syair dan hikmah dari Abi Tayyib.
Peran Penting Az-Zamzami dalam Ulumul Quran
Karya Az-Zamzami di bidang ulumul Quran yaitu Manzhûmah Tafsir. Seperti yang disebutkan dalam paragraf pertama, karya ini merupakan alih media dari karya As-Suyuthi berbentuk prosa menjadi karya baru berbentuk puisi atau nazam. Dalam tradisi literatur Islam, penulisan ilmu pengetahuan dalam bentuk nazam adalah bagian dari strategi pendidikan. Karya berbentuk nazam, jika ditinjau dari segi lafaz memang ringkas namun jika dilihat dari segi makna, sesungguhnya sangatlah luas. Jika karya pengetahuan berbentuk nazam, maka seorang pelajar akan mudah menghafalkan, memahami, dan mengingatnya.
Manzhûmah Tafsir Az-Zamzami berisi 158 bait yang mencakup definisi ilmu tafsir, Muqaddimah, Ruang dan waktu penurunan Alquran, sanad Alquran, ilmu Tajwid, ragam bentuk lafaz, ilmu Ma’ânî dan kaitannya dengan hukum, ilmu Ma’ânî dan kaitannya dengan lafaz, serta penutup. Kitab ini ditulis dengan bahr rajaz, yakni pola lagu dalam keilmuan sastra Arab (‘arudh) yang begitu populer dan banyak digunakan untuk menuliskan ilmu pengetahuan.
Az-Zamzami yang hidup di masa akhir dinasti Mamluk dan awal dinasti Turki Utsmani ini sebenarnya dalam kajian ilmiah ulumul Quran selalu terhalang bayang-bayang As-Suyuthi. Nama As-Suyuthi dan perannya di bidang ini memang besar sekali, sehingga banyak penulis yang merasa cukup jika hanya mengutip As-Suyuthi tanpa perlu ke Az-Zamzami. Tetapi kondisi berbeda jika dilihat dari banyaknya jumlah syarah atas Manzhumah Tafsir ini. Saya melacak dalam berbagai katalog, buku riset, pelacakan digital, dan lain sebagainya menunjukkan jumlah yang cukup banyak, yakni 18-an karya. Ini saja pelacakan yang saya lakukan hingga tahun 2022.
Baca juga: Perbedaan Rasm Al-Daniy dan Al-Suyuthiy, Berikut Penjelasannya
Dari kedelapanbelas karya tersebut, 6 di antaranya adalah syarah yang ditulis oleh pensyarah Indonesia. Kitab-kitab tersebut ialah: Nahju al-Taisîr karya Sayyid Muhsin Al-Musawa Palembang (w.1935), Al-Iksîr karya Bisri Mustofa (1960), Madhraf al-Basyîr karya Baedlowie Sirodj (1971), Tashrîh al-Yasîr karya Muhammad Sya’roni Ahmadi (1972), Mozaik Ilmu Tafsir: kajian & Uraian Kitab Manzhûmah Tafsir Madrasah Tambak Beras Jombang (2020), dan Shofwat al-Bashîr Karya Abdul Rohîm (2022). Keenam pensyarah ini merupakan penuis yang lahir, tumbuh, dan mengabdi di kalangan pesantren. Sementara 12 lainnya tersebar di belahan dunia, ada yang dari Yaman, Arab Saudi, Mesir, dan lain sebagainya.
Dari uraian di atas, menunjukkan bahwa Az-Zamzami berperan penting dalam ulumul Quran. Ia menghadirkan karya dengan tujuan memudahkan hafalan para pelajar, kemudian karyanya itu banyak direspons oleh para pensyarah. Di Indonesia sendiri, dari catatan tadi bisa dilihat bahwa sejak tahun 1930-an sampai tahun 2022 karya Manzhumah Az-Zamzami masih digunakan di Indonesia, khususnya di lingkungan pesantren.
Wallahu a’lam.