BerandaUlumul QuranBagaimana Tafsir atas Huruf Muqattaah?

Bagaimana Tafsir atas Huruf Muqattaah?

Pada artikel sebelumnya telah dikenalkan secara mendasar mengenai apa itu huruf muqattaah, termasuk bagaimana pandangan para mufassir terhadapnya. Ada yang meyakini huruf muqattaah tidak dapat ditafsirkan, ada pula yang berpendapat sebaliknya. Artikel ini berfokus pada pandangan yang kedua. Berikut beberapa tafsir atas huruf muqattaah sebagai upaya para ulama mengungkap maknanya.

  1. Nama Allah

Tafsir pertama menyatakan bahwa huruf muqattaah merupakan representasi dari nama-nama agung Allah Swt. Kata Hamim yang disebut sebanyak tujuh kali dalam Alquran ini menurut Muhammad Izzah Darwazah merupakan inisial dari dua nama Allah Swt, yaitu ar-Rahman (Yang Maha Pengasih) dan ar-Rahim (Yang Maha Penyayang).

Demikian pula halnya dengan Kaf-Ha-Ya-’Ain-Sad yang mengawali surat Maryam. Lima huruf yang membentuk kata ini, menurut Ibn ‘Abbas menyimbolkan lima sifat Allah swt. Kaf berarti Karim yang artinya Maha Mulia, Ha’ berarti Hadin yang artinya Maha Pemberi Petunjuk, Ya’ berarti Hakim yang artinya Maha Bijaksana, ‘Ain berarti ‘Alim yang artinya Maha Mengetahui dan Sad berarti Sadiq yang artinya Maha Benar.

ar-Razi memandang kata-kata ini diposisikan oleh Allah sebagai muqsam bih (kata yang digunakan untuk bersumpah) sebagaimana kata-kata lainnya seperti al-‘asr, ad-duha, at-tin dan az-zaitun.

  1. Nama Alquran

Selanjutnya ada yang menganggapnya sebagai nama lain dari Alquran. Dalam kitab tafsirnya, Ibn Kasir mengutip pandangan Qatadah dan Zaid bin Aslam yang berpandangan bahwa huruf muqatta’ah termasuk nama-nama Alquran, meskipun ia sendiri kurang setuju dengan pendapat ini.

  1. Nama surat

Ada pula yang menyatakan huruf muqatta’ah yang terletak di awal suatu surat merupakan nama bagi surat tersebut. Az-Zamakhsyari termasuk condong pada pendapat ini. Dalam hal ini ia mencontohkan kata Yasin, Sad, Taha dan Qaf yang kemudian menjadi nama bagi surat-surat yang diawalinya.

  1. Pemisah surat

Pendapat lain menyatakan bahwa huruf-huruf ini merupakan tanda yang berguna sebagai pemisah antara satu surat dengan surat lain. Ini adalah pendapat yang dikemukakan oleh Abu Ubaidah, al-Akhfasy dan Mujahid sebagaimana yang dikutip oleh at-Tabari dalam Tafsir Jami’ al-Bayan fi Ta’wil al-Qur’an.

  1. Inisial Nama Sahabat

Ini adalah pendapat seorang orientalis asal Jerman yang bernama Theodor  Noldeke. Dalam karyanya, Geschichte des Qorans atau The History of The Qur’an, ia beranggapan bahwa huruf-huruf unik ini merupakan inisial dari nama para sahabat penulis mushaf Alquran. Pandangan ini banyak diikuti oleh orientalis lainnya, namun banyak mendapatkan kritikan dari kalangan Islam.

Noldeke meyakini, ketika Zaid bin Sabit diperintahkan mengkodifikasi Alquran, ia mendapati banyak versi manuskrip yang berbeda-beda. Lantas pada bagian-bagian yang memiliki beragam versi tersebut, Zaid terpaksa memilih salah satunya yang kemudian diberi tanda di awalnya yang mengacu pada inisial nama penulis pertama. Contoh, Alif-Lam-Ra’ berarti az-Zubair bin al-Awwam, Alif-Lam-Mim-Ra’ berarti al-Mughirah dan Taha berarti Talhah.

  1. Simbol makna-makna tertentu

Pendapat lain menyatakan bahwa huruf muqatta’ah merupakan simbol yang mengandung makna-makna tertentu yang tersembunyi di dalamnya. Sebagai contoh, disebutkan dalam Tafsir at-Tabari, Ibn Abbas telah menafsirkan Alif-Lam-Mim yang menurutnya bermakna Ana Allah A’lam (Akulah Allah Yang Maha Mengetahui).

Sementara Syekh Abdul Qadir al-Jailani dalam tafsirnya memaknai kata tersebut dengan Ayyuha al-Insan al-Kamil (Wahai Manusia Paripurna), yakni Nabi Muhammad Saw.

Beda lagi dengan Kiai Soleh Darat, salah satu mufassir Nusantara yang dikenal dengan penafsiran esoteriknya. Dalam kitab tafsirnya yang berjudul Faid al-Rahman, ia menginterpretasi tiga huruf Alif-Lam-Mim sebagai representasi dari lafaz Allah-Jibril-Muhammad. Isyarat bahwa Alquran yang ada di hadapan kita itu berasal dari sisi Allah Swt yang kemudian dibawa oleh Malaikat Jibril As. kepada Nabi Muhammad Saw.

Wallahu A’lam bi as-Shawab.

Lukman Hakim
Lukman Hakim
Pegiat literasi di CRIS Foundation; mahasiswa Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Literasi sebagai Fondasi Kemajuan Bangsa Perspektif Alquran

Literasi sebagai Fondasi Kemajuan Bangsa Perspektif Alquran

0
Dapat kita saksikan di berbagai negara, khususnya Indonesia, pembangunan infrastruktur seringkali diposisikan sebagai prioritas utama. Sementara pembangunan kualitas Sumber Daya Manusia seringkali acuh tak...