Investasi sejatinya berarti menempatkan modal atau dana pada suatu aset yang diharapkan akan memberikan hasil atau akan meningkat nilainya di masa yang akan datang. Dari sini, investasi berarti diawali dengan mengorbankan potensi konsumsi saat ini untuk mendapatkan peluang yang lebih baik atau besar di masa yang akan datang.
Investasi juga merupakan ikhtiar dari umat manusia dalam rangka mewujudkan kesejahteraan hidup di muka bumi. Investasi memiliki tujuan untuk pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang dan dalam rangka memaksimalkan tingkat kesejahteraan.
Di era modern seperti saat ini istilah investasi kian familier di telinga, bahkan pada ekonomi kontemporer, opsi-opsi investasi memiliki beragam alternatif dan pilihan. Dahulu, konsep investasi mungkin terbatas pada instrumen tanah, emas, hingga properti. Beda zaman tentu beda pula pola investasi yang dilakukan. Dewasa ini, terkenal di kalangan milenial mulai dari investasi obligasi, reksadana, hingga instrumen saham. Dilansir dari laman idxchannel.com bahwa generasi milenial mendominasi investor baru di pasar modal.
Apapun bentuk instrumennya, sejatinya praktik di atas adalah bentuk dari investasi, yaitu harapan adanya imbal hasil, baik jangka pendek ataupun jangka panjang, dan juga merupakan ikhtiar mengelola harta dengan tujuan menjadikan kehidupan yang lebih baik. Praktik investasi dalam sejarah peradaban Islam sendiri sebenarnya telah ada. Islam memang tidak menjelaskan secara gamblang mengenai investasi, namun Al-Qur’an menceritakan salah satu konsepnya dalam surah Yusuf.
قَالَ تَزْرَعُوْنَ سَبْعَ سِنِيْنَ دَاَبًا فَمَا حَصَدْتُّمْ فَذَرُوْهُ فِيْ سُنْۢبُلِه اِلَّا قَلِيْلًا مِّمَّا تَأْكُلُوْنَ ثُمَّ يَأْتِيْ مِنْۢ بَعْدِ ذٰلِكَ سَبْعٌ شِدَادٌ يَّأْكُلْنَ مَا قَدَّمْتُمْ لَهُنَّ اِلَّا قَلِيْلًا مِّمَّا تُحْصِنُوْنَ ثُمَّ يَأْتِيْ مِنْۢ بَعْدِ ذٰلِكَ عَامٌ فِيْهِ يُغَاثُ النَّاسُ وَفِيْهِ يَعْصِرُوْنَ ࣖ
Dia (Yusuf) berkata, “Agar kamu bercocok tanam tujuh tahun (berturut-turut) sebagaimana biasa; kemudian apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan di tangkainya kecuali sedikit untuk kamu makan. 48. Kemudian setelah itu akan datang tujuh (tahun) yang sangat sulit, yang menghabiskan apa yang kamu simpan untuk menghadapinya (tahun sulit), kecuali sedikit dari apa (bibit gandum) yang kamu simpan. 49. Setelah itu akan datang tahun, di mana manusia diberi hujan (dengan cukup) dan pada masa itu mereka memeras (anggur).” (QS. Yusuf ayat 47-49).
Investasi ala Nabi Yusuf dan Ibrahnya dalam Kehidupan Sehari-hari
Surah Yusuf ayat 47-49 di atas menceritakan Nabi Yusuf menasihati raja untuk menyimpan hasil panen gandum selama tujuh tahun itu pada bulir-bulirnya supaya awet dan tidak cepat rusak, kecuali sebagian kecil saja untuk dimakan. Beliau juga menganjurkan untuk berhemat dan tidak berlebihan dalam konsumsi agar dapat digunakan pada masa paceklik tujuh tahun berikutnya. Tahun paceklik ini digambarkan melalui sapi kurus yang memakan sapi gemuk. karena persediaan pada tahun subur akan dihabiskan pada masa paceklik sebagai tujuh bulir yang kering. Sebagaimana yang dinyatakan Sayyid Qutb dalam tafsirnya. Seakan-akan tahun-tahun ini sendirilah, kata Qutb, yang menghabiskan segala simpanan yang dipersiapkan untuk menghadapi tahun-tahun sulit dan kelaparan ini.
Quraish Shihab menafsirkan surah Yusuf ayat 47-49 di atas yaitu ketika sang raja bermimpi pada ayat sebelumnya dan bertanya kepada Nabi Yusuf as ta’bir mimpinya (QS. Yūsuf [12]: 46). Kemudian dijawab oleh Nabi Yusuf as. agar mereka menanam gandum selama tujuh tahun seperti biasanya dengan baik dan sungguh-sungguh, karena tujuh tahun yang akan datang akan terjadi kekurangan bahan makanan dan kekeringan yang panjang, dan setelah itu keadaan kembali normal. Maka cara untuk menanggulangi masalah ketika terjadi kekeringan dan masa yang sangat sulit tersebut dengan menyimpan hasil dari menanam dengan sungguh-sungguh tersebut selama tujuh tahun.
Baca juga: Tafsir Surat Yusuf Ayat 3: Mengapa Kisah Nabi Yusuf adalah Kisah Terbaik?
Cerita Nabi Yusuf menginspirasi banyak orang tentang pentingnya mengatur keuangan untuk masa depan. Ibrah yang dapat diambil dari ayat di atas adalah kita sebagai manusia tidak akan mengetahui apa yang akan terjadi di masa yang akan datang. Oleh karena itu, perlu penjagaan, perlu kesiapan, perlu bekal untuk masa depan agar lebih baik. Investasi adalah salah satu alternatif terbaik untuk menangani hal itu.
Dalam surah Yusuf ayat 47-49 tersebut diterangkan bahwa Nabi Yusuf as. telah melakukan investasi dalam jangka waktu tujuh tahun untuk menghadapi paceklik tujuh tahun yang akan datang. Kita sebagai manusia biasa yang tidak tahu hal apa yang akan terjadi kedepannya, juga perlu melakukan investasi agar kehidupan di masa akan datang lebih terjamin. Mempersiapkan sesuatu yang akan datang dengan bekal sebaik mungkin seperti yang dicontohkan Nabi Yusuf as. agar terhindar dari sesuatu yang tidak diinginkan.
Nasihat lain dari kandungan surah Yusuf di atas bahwa dalam kehidupan ini ada masa produktif dan masa tidak produktif. Ketika sedang berada di masa produktif, kita mempunyai pendapatan, juga pengeluaran. Belajar dari cerita Nabi Yusuf, saat memperoleh pendapatan, hendaknya kita mulai menyisihkan sebagiannya untuk ditabung dan diinvestasikan. Oleh karenanya kita perlu merencanakan dengan cermat terkait ‘masa tabur’ dan ‘masa tuai’ agar masa depan lebih baik dan mensejahterakan. Wallahua’lam.