BerandaTafsir TematikBenarkah Kata Hisab dalam Al-Quran Hanya Bermakna Perhitungan Amal?

Benarkah Kata Hisab dalam Al-Quran Hanya Bermakna Perhitungan Amal?

‘Satu kata banyak makna’, fakta ini banyak terjadi dalam kosakata Al-Quran. ‘keunikan’ Al-Quran tersebut lantas menginspirasi beberapa kajian ulumul quran, seperti al-wujuh wa an-nadhair dan semantik. Seperti halnya yang telah penulis bahas pada artikel sebelumnya mengenai makna kata Rahmah dan Hubb, begitu pula kata hisab dalam Al-Quran. Kesemuanya memiliki ragam makna sesuai konteks yang sedang dibahas dalam suatu ayat.

Bila disebutkan kata hisab, maka seringkali pengertian yang muncul di kepala pembaca ialah yaumul hisab, hari perhitungan amal manusia di hari akhir. Bahkan Ada yang mengatakan bahwa hisab adalah hakikat dari hari kiamat itu sendiri. Anggapan ini tidak salah karena Al-Quran sendiri menyampaikannya dalam QS. Shaad [23]: 53. Namun, apakah kata hisab dalam Al-Quran hanya berkaitan tentang perhitungan amal perbuatan manusia?

Baca Juga: Multi Meaning dalam Kosakata al-Qur’an

Akar kata hisab dan maknanya dalam Al-Quran  

Kata hisab bila dirunut berasal dari akar kata  (hasiba-yahsabu-hisaban-husbanan)  ( حسبانا – حسابا – يحسب – حسب ) yang berarti hitungan, sangkaan, dan cukup. Dalam perkembangannya, Kata hisab mengalami perubahan kata menjadi berbagai bentuk.

Dalam al-Munjid al-Wasith fi al-‘Arabiyyah al-Mu’ashirah lafal  حسب (hasbu) dan turunan masdar lainnya juga bermakna perhitungan. Demikian pula di dalam Lisanul ‘Arab, Ibnu Manzur menyebutkan lafal الحساب (al-hisab) memiliki arti menghitung dan mencari batas.

Berdasarkan kepada kitab al-Mu’jam al-Mufaharas Li al-Faz Al-Qur’an al-Karim karangan Muhammad Fu’ad ‘Abdul Baqi, penyebutan kata hisab dalam Al-Quran ditemui sebanyak 47 kali yang tersebar dalam 23 surat dengan berbagai derivasinya.

Ada beberapa makna yang muncul ketika Al-Quran menyebutkan kata Hisab, yang mana disini penulis mengutip pendapat Al-Raghib al-Ashfahani dalam kitabnya Al-Mufradat fi Gharib Al-Quran, yakni sebagai berikut:

  1. Hisab bermakna Hitungan, Perhitungan.

Sebagaimana dalam firman Allah QS. Al-Haqqah [69]: 25-26, Kata Hisab pada ayat ini bermakna perhitungan, yaitu sebagai kalkulasi atas amal perbuatan manusia semasa hidup, yang baik atau yang buruk. Amal akan akan dihitung, dikalkulasi dan hal ini yang akan berimplikasi terhadap nasib yang akan ia terima di hari akhir kelak. Di ayat ini hitungan balasan kebaikan dilukiskan dengan tangan kanan dan raut wajah yang berseri-seri, sedang hitungan balasan amal kejelekan digambarkan dengan tangan kiri dan wajah yang sangat masam.

  1. Hisab bermakna banyak, tidak terhitung.

Bermakna banyak karena tidak bisa dihitung, bahkan diperkirakan saja tidak bisa, dikarenakan saking banyaknya (QS. An-Naba’ [78]: 36). Dalam ayat lain kata Hisab diartikan tanpa batas, terdapat dalam QS. Al-Baqarah [2]: 212.

Mengutip dari kitab al-Mufradat fi Gharib Al-Quran makna kata Hisab dari ayat tersebut ketika berada dalam susunan kalimat ‘pemberian rizki ialah pemberian melebihi hak yang seharusnya’, ‘pemberian yang tidak akan diambil lagi’, ‘pemberian yang manusia tidak akan mampu menghitungnya’, dan ‘pemberian tanpa perlu bersusah-payah’. Adapun mereka yang berhak mendapat pemberian ini ialah orang-orang mukmin dan ber-amr ma’ruf nahi munkar.

  1. Hisab bermakna cukup, mencukupkan.

Makna ini tercantum dalam QS.Al-Mujadalah [58]: 8. Pada ayat ini, kata hasbu menggunakan makna kifayah (cukup), ialah suatu hal yang memenuhi kebutuhan seseorang. Pada ayat ini dijelaskan bahwa Neraka Jahannam sebagai kecukupan dalam rangka pemenuhan “kebutuhan” yang diberikan Allah bagi mereka yang ingkar. Dalam konteks ayat ini, istilah ‘cukup memenuhi kebutuhan’ dianggap cocok bagi mereka orang-orang yang ingkar terhadap Allah.

Berbeda dalam ayat lain, QS. Ali-Imran [3]: 173 memaknai kata hasbu (cukup) disini sebagai kebutuhan pokok orang-orang yang beriman, memiliki makna bahwa satu-satunya kecukupan mereka ialah hanya membutuhkan Allah semata.

  1. Hisab bermakna azab, neraka.

وَكَأَيِّنْ مِنْ قَرْيَةٍ عَتَتْ عَنْ أَمْرِ رَبِّهَا وَرُسُلِهِ فَحَاسَبْنَاهَا حِسَابًا شَدِيدًا وَعَذَّبْنَاهَا عَذَابًا نُكْرًا (8)

Artinya: Dan berapalah banyaknya [penduduk] negeri yang mendurhakai perintah Tuhan mereka dan rasul-rasul-Nya, maka Kami hisab penduduk negeri itu dengan hisab yang keras, dan Kami azab mereka dengan azab yang mengerikan” (QS. At-Talaq [65]: 8)

Kata hisab pada ayat ini dimaknai sebagai perhitungan bagi orang-orang yang melampaui batas (melanggar syari’at Allah), maka mereka akan mendapatkan azab. Abu Ja’far al-Thabari dalam Jami’ al-Bayan fi Ta’wil Al-Quran menyebutkan jika seseorang mendustakan tanda-tanda kebesaran Allah, sebagai pelajaran bagi mereka yang berpikir, maka Allah akan melenyapkan amal perbuatan yang dikerjakan selama hidup dan menggantinya dengan perhitungan yang cepat (azab) atas sikap dusta yang telah dilakukannya.

  1. Hisab bermakna sangkaan, dugaan.

أَحَسِبَ ٱلنَّاسُ أَن يُتۡرَكُوٓاْ أَن يَقُولُوٓاْ ءَامَنَّا وَهُمۡ لَا يُفۡتَنُونَ ٢ وَلَقَدۡ فَتَنَّا ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِهِمۡ‌ۖ فَلَيَعۡلَمَنَّ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ صَدَقُواْ وَلَيَعۡلَمَنَّ ٱلۡكَـٰذِبِينَ٣أَمۡ حَسِبَ ٱلَّذِينَ يَعۡمَلُونَ ٱلسَّيِّـَٔاتِ أَن يَسۡبِقُونَا‌ۚ سَآءَ مَا يَحۡكُمُونَ٤

Artinya: Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan [saja] mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta. Ataukah orang-orang yang mengerjakan kejahatan itu mengira bahwa mereka akan luput dari [azab] Kami? Amatlah buruk apa yang mereka tetapkan itu. (QS. Al-Ankabut [29]: 2-4)

Ayat kedua dalam surat ini bersifat pertanyaan, lebih tepatnya yaitu istifham inkari (pertanyaan berisi penyangkalan). Artinya tidaklah akan dibiarkan saja oleh Allah seorang manusia mengaku beriman, padahal dia tidak diuji. Tiap-tiap Iman pasti mendapat ujian. Imam Ahmad Musthafa al-Maraghi dalam kitab Tafsir al-Maraghi menyebutkan bahwa keimanan yang benar tidak akan tampak sebelum diuji, yang meliputi kewajiban badaniah dan maliah  seperti salat, memberi zakat kepada fakir miskin, menolong orang yang kesusahan, berjuang di jalan Allah dan seterusnya.

Jika dilihat ulang, makna hisab yang beragam di atas, pondasinya memang hitungan. Makna hitungan ini jika disandingkan dengan perputaran matahari, maka bermakna jumlah atau masa perputaranya (QS. al-An’am: 96). Jika disandarkan dengan hitungan amal maka kaitannya erat dengan balasan, baik berupa pahala (reward) atau azab (punish) (QS. Ali-Imran: 199). Balasan ini juga terkait dengan kuantitasnya, karenanya ada yang memaknai hitungan ini dengan cukup sebagaimana dalam Al-Mujadalah ayat 8 dan Ali Imran ayat 173.

Pada akhirnya, dapat penulis simpulkan jika dilihat dari konteks ayatnya maka akan terlihat bahwa hisab tidak hanya bermakna ‘benar-benar’ perhitungan. Terkadang hisab dapat bermakna sesuatu yang banyak, terkadang dapat bermakna cukup, bahkan dapat juga bermakna azab. Itulah beberapa makna kata Hisab yang bisa kita ketahui dalam Al-Quran. Semoga bermanfaat bagi kita semua. Wallahu a’lam.

Dinda Duha Chairunnisa
Dinda Duha Chairunnisa
Mahasiswi S1 Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Uraian Alquran tentang Bintang-Bintang dalam Berbagai Perspektif

Uraian Alquran tentang Bintang-Bintang dalam Berbagai Perspektif

0
Ketika malam datang, langit yang gelap dipenuhi dengan kerlip bintang, menawarkan keindahan yang tak lekang oleh waktu. Bintang-bintang itu telah menjadi inspirasi bagi pujangga,...