Covid-19 yang mulai melanda dunia akhir tahun 2019 membuat panik seluruh isi bumi. Manusia belum sepenuhnya mengenal makhluk Allah yang baru ini. Karena keterbatasan informasi tentang virus tersebut, berkembanglah informasi yang simpang siur tentangnya, para agamawan pun tidak ketinggalan turut berkomentar.
Sayangnya sebagian komentar agamawan tidak dalam proporsinya, dan telah melampaui bidang yang bukan keahliannya, termasuk pada isu medis. Dalam isu yang terkait agama pun beberapa perlu diluruskan semisal bahwa Covid-19 ini tentara tuhan, konspirasi komunis untuk menutup masjid, pemaksaan pemberlakuan syariat, dan lain-lain.
Dalam tulisan pendek ini, isu yang ingin diluruskan berkaitan dengan Covid-19 dan agama adalah upaya mempertentangkan ketakutan kepada Allah SWT dengan ketakutan terhadap selain-Nya. Hal ini guna menjawab pernyataan sebagian penceramah yang menolak mengikuti anjuran medis dengan dalih ketakutannya hanya kepada Allah, bukan pada virus atau penyakit.
Mengkontradiksikan ketakutan kepada Allah dan kepada virus tentu bukan dalam proporsi yang tepat, dan bisa menjatuhkan seseorang dalam fatalisme (jabariyah). Karena masing-masing seharusnya didudukkan dalam posisinya, sehingga seseorang tetap berdoa dan bertawakal namun setelah didahului ikhtiar. Renungkanlah beberapa peristiwa dalam Alquran berikut:
- Nabi SAW bersama para sahabat merasa ketakutan diserang musuh ketika melaksanakan salat dalam situasi perang, lalu diturunkanlah oleh Allah pelajaran mengenai tata cara salat jamaah untuk kondisi perang yang dinamakan dengan salat al-khawf (salat dalam keadaan takut). Dalam hal ini Alquran mengakomodir ketakutan terhadap musuh. Sebagaimana termaktub dalam Q.S An-Nisa ayat 102:
وَإِذَا كُنْتَ فِيهِمْ فَأَقَمْتَ لَهُمُ الصَّلَاةَ فَلْتَقُمْ طَائِفَةٌ مِنْهُمْ مَعَكَ وَلْيَأْخُذُوا أَسْلِحَتَهُمْ فَإِذَا سَجَدُوا فَلْيَكُونُوا مِنْ وَرَائِكُمْ وَلْتَأْتِ طَائِفَةٌ أُخْرَىٰ لَمْ يُصَلُّوا فَلْيُصَلُّوا مَعَكَ وَلْيَأْخُذُوا حِذْرَهُمْ وَأَسْلِحَتَهُم
“Dan apabila kamu berada di tengah-tengah mereka (sahabatmu) lalu kamu hendak mendirikan shalat bersama-sama mereka, maka hendaklah segolongan dari mereka berdiri (shalat) besertamu dan menyandang senjata, kemudian apabila mereka (yang shalat besertamu) sujud (telah menyempurnakan serakaat), maka hendaklah mereka pindah dari belakangmu (untuk menghadapi musuh) dan hendaklah datang golongan yang kedua yang belum bersembahyang, lalu bersembahyanglah mereka denganmu, dan hendaklah mereka bersiap siaga dan menyandang senjata…” (QS al-Nisa [4]: 102)
- Rasulullah pernah bersembunyi beberapa kali dari kejaran musuh, termasuk pada saat hijrah ke Madinah, bersembunyi di Gua Tsur, sehingga Abu Bakar ketakutan sebelum akhirnya turun Q.S At-Taubah ayat 40:
إِلَّا تَنصُرُوهُ فَقَدْ نَصَرَهُ الله إِذْ أَخْرَجَهُ الَّذِينَ كَفَرُوا ثَانِيَ اثْنَيْنِ إِذْ هُمَا فِي الْغَارِ إِذْ يَقُولُ لِصَاحِبِهِ لَا تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنَا فَأَنزَلَ الله سَكِينَتَهُ عَلَيْهِ وَأَيَّدَهُ بِجُنُودٍ لَّمْ تَرَوْهَا وَجَعَلَ كَلِمَةَ الَّذِينَ كَفَرُوا السُّفْلَىٰ وَكَلِمَةُ اللَّهِ هِيَ الْعُلْيَا وَاللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
“Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekkah) mengeluarkannya (dari Mekkah) sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya: “Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita”. Maka Allah menurunkan ketenangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan menjadikan kalimat orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. al-Taubah [9]: 40).
- Nabi Ibrahim AS adalah manusia yang paling dicintai oleh Allah sehingga bergelar khalilullah. Meski begitu ia pernah bersiasat dan menghindari ancaman Namrud yang akan membunuhnya. Kisahnya tercatat dalam QS al-Anbiya [21] ayat 57-66.
- Nabi Musa AS termasuk nabi yang mendapat kategori ulul azmi (punya ketabahan luar biasa) dan mempunyai fisik yang sangat kuat. Meski begitu ia pernah lari hingga membelah lautan menghindari kejaran Firaun. Kisahnya ini tercatat dalam QS Thaha [20] ayat 77 dan QS al-Syu’ara [26] ayat 60-66.
Demikian beberapa kisah dari Alquran yang menunjukkan adanya ketakutan kepada Allah tidak dipertentangkan dengan ketakutan kepada makhluk. Karena keduanya harus ditempatkan dalam posisi dan kadarnya masing-masing yang tentu saja berbeda.
Alquran juga memerintahkan manusia untuk senantiasa berikhtiar dan menghindari sesuatu yang membahayakannya, “Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan” (QS al-Baqarah [2]: 195). Menghindari sesuatu yang membahayakan ini wajib hukumnya dalam agama, bahkan terdapat diskresi dalam persoalan ini (QS Ali Imron [3]: 28).
Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa di tengah pandemi Covid-19 ini kita harus senantiasa optimis berikhtiar dengan mengikuti anjuran medis. Kewaspadaan terhadap penyakit tidak bisa dihalangi dengan propaganda mempertentangkan ketakutan kepada Allah dan kepada penyakit, karena ketakutan terhadap selain Allah juga dialami dan diperagakan oleh para nabi sebagaimana tercatat dalam Alquran di atas. Ikhtiar dulu, tawakal kemudian, sebagaimana pesan Nabi, “I’qilha tsumma tawakkal ”.