Kajian Alquran yang berbasis maqāṣidī semakin banyak didiskusikan. Hal ini memberikan kabar gembira bahwa kajian Alquran tidak stagnan, justru bersifat progresif. Banyak kajian yang memfokuskan pada maqāṣid Alquran (tafsīr maqāṣidī), baik sebagai metode tafsir (manhaj al-tafīr), corak tafsir (lawn al-tafsīr), atau sebagai pendekatan.
Pengungkapan maqāṣid memiliki berbagai macam metode. Ada yang berbasis teks kemudian pengambilan kesimpulan; atau bahkan diambil dari analisis ayat, surah, dan tujuan umum Alquran. Hammad bin Muḥammad Yusūf (2020) dalam kitabnya, al-Maqāṣid al-Qur’āniyyah fī Surah Qāf, mengatakan ada delapan aspek yang bisa dijadikan sebagai subjek mengungkap maqāṣidī al-qur’ān.
Baca Juga: Mengenal Tafsir Maqashidi: Penafsiran Berbasis Pendekatan Maqashid Syariah
Walaupun beliau mengaplikasikan delapan aspek analisis itu pada surah qāf, namun dapat diterapkan ke surah-surah lain. Tulisan ini secara sederhana menyebutkan delapan aspek tersebut.
Pertama, pada permulaan ayat surah qāf terlihat jelas bahwa ini menunjukkan pada ranah maqāṣidī.
قۤ ۗوَالْقُرْاٰنِ الْمَجِيْدِ ۖ ١ بَلْ عَجِبُوْٓا اَنْ جَاۤءَهُمْ مُّنْذِرٌ مِّنْهُمْ فَقَالَ الْكٰفِرُوْنَ هٰذَا شَيْءٌ عَجِيْبٌ ۚ ٢ ءَاِذَا مِتْنَا وَكُنَّا تُرَابًا ۚ ذٰلِكَ رَجْعٌۢ بَعِيْدٌ ٣
Qāf. Demi Alquranyang mulia (1) (Mereka menolaknya,) bahkan mereka heran karena telah datang kepada mereka seorang pemberi peringatan dari (kalangan) mereka sendiri. Berkatalah orang-orang kafir, “Ini adalah sesuatu yang sangat mengherankan (2) Apakah setelah kami mati dan sudah menjadi tanah (akan dikembalikan)? Itu adalah pengembalian yang sangat jauh.
Pada permulaan tiga ayat di atas, adanya perpindahan ungkapan dari sumpah (qasm) dengan Alquran pada uraian tentang keingkaran orang musyrik menunjukkan bahwa surah ini berbicara demikian. Inti dari pembicara ayat ini di antaranya membatalkan keingkaran dan mereka tidak percaya terhadap akhirat.
Baca Juga: 3 Mufassir Populer Dengan Pendekatan Maqashidinya
Kedua, dari sudut pandang munasabah (hubungan) awal dan akhir surah. Ayat yang ditampilkan di awal surah tersebut mempunyai tiga poin utama. Ayat pertama disampaikan dengan diksi qasam (sumpah) atas nama Alquran. Kemudian, ayat 2 dan 3 menunjukkan keraguan orang musyrik terhadap hari kebangkitan (yawm al-ba’ts) dan pembinasaan mereka dengan kepastian kuasa Allah di ayat-ayat kauniyah.
Tema atau kandungan awal surah tersebut sejalan dengan apa yang ada di akhir surah. Surah qāf diakhiri dengan ketetapan hadirnya yawm al-ba’ts, perintah mengingat dengan cara membaca Alquran. Sebab dengan upaya tersebut akan memantapkan keyakinan bahwa Alquran adalah kitab mukjizat dan sebagai dalil hari kebangkitan.
Puncaknya ada pada mentadaburi dan merenungi Alquran. Proses ini merupakan jalan yang agung untuk sampai pada Yang Haq, yaitu Allah.
Kesesuaian antara awal dan akhir surah tersebut mempunyai dua maqāṣid, yaitu penegasan bahwa Alquran sebagai mukjizat dan jalan menuju makrifat (mengetahui Allah). Sementara itu, dalam konteks surah qaf ini, mukjizat Alquran khusus pada bagaimana membuktikan yawm al-ba’ts secara argumentatif.
Adapun dalam poin “sebagai media sampainya seorang hamba kepada makrifatullah”, Alquran ditempatkan tidak hanya sebagai bacaan biasa; namun sudah masuk kepada perenungan. Isi dari perenungan tersebut adalah memikirkan setiap lafaz, ayat, dan isi dari Alquran. Inilah yang dimaksud dengan qirā’ah wa tadabbur al-qur’ān.
Ketiga, berdasarkan sudut pandang waktu turunnya surah qāf. Surah tersebut termasuk dalam kategori makkiyah. Kecenderungan surah makkiyah yang tema dan isinya untuk memapankan ketauhidan serta akidah sempurna. Al-Zuhaylī (w. 2015) mengatakan bahwa inti dari surah Makkiyah adalah berbicara tentang hari kebangkitan dan keadaan akhirat (al-Tafsīr al-Munīr, 8, 45).
Keempat, tartīb al-nuzūl. Aspek yang penting dalam mengungkapkan sebuah maqāṣid adalah susunan sebelum dan sesudah surah tersebut diturunkan. Berdasarkan susunan turunnya, surah qāf diturunkan sebelum surah al-Balad dan setelah surah al-Mursalāt.
Baca Juga: Tafsir Maqashidi: Sebuah Pendekatan Tafsir yang Applicable untuk Semua Ayat
Surah al-Mursalāt berbicara tentang orang-orang yang mendustakan hari kiamat (yaum al-dīn). Pola yang dibangun dalam surah tersebut yaitu dengan pola targhīb (janji yang bersifat baik) dan tarhīb (ancaman) bagi mereka yang pantas mendapatkannya.
Jika dihubungkan dengan surah qāf, maka tujuan dari surah tersebut sebagai kesempurnaan surah sebelumnya dengan cara memperlihatkan bukti bahwa tempat kembali (al-ma‘ād) itu nyata. Surah qāf menampilkan bukti tersebut dengan gaya yang mengarah pada persuasi bersifat rasional (uslūb al-iqnā‘ al-fikrī). Selain itu, surah qāf juga mendiskusikan bukti kenabian dan menjelaskan kebinasaan umat terdahulu yang mendustakan kebenaran (tauhid).
Sementara itu, hubungan dengan surah sebelumnya (berdasarkan tartīb al-nuzūl), yaitu surah al-Balad ini menunjukkan bahwa surah qāf memiliki tujuan untuk menyempurnakan ajakan Allah. Ajakan tersebut berupa undang-undang/peraturan Allah dan bersifat mengikat dengan adanya balasan dari Allah bagi orang yang melaksanakannya.
Kelima, tartīb al-muṣḥaf (susunan mushaf utsmani). Jika dilihat dari susunan mushaf utsmani, maka kita akan menemukan bahwa surah qāf terletak setelah Q.S al-Hujurāt dan sebelum Q.S al-Dzāriyāt. Pemosisian tersebut memiliki maqāṣid (tujuan) untuk memperlihatkan dan menetapkan kesempurnaan ketentuan (kudrah) Allah.
Keenam, keutamaan surah. Salah satu aspek untuk mengetahui maqāṣid sebuah surah adalah dengan melihat keistimewaan surah. Biasanya akan ditemukan melalui beberapa riwayat yang menginformasikan keutamaan surah tersebut.
Sementara itu, dalam konteks surah qāf, Rasulullah saw sering membacanya dalam acara-acara dan perkumpulan besar. Hal ini menunjukkan bahwa surah tersebut memuat dasar-dasar akidah Islam, khususnya iman terhadap akhirat dan hari kebangkitan setelah kematian.
Ketujuh, topik pembahasan surah. Secara umum, surah qāf sebagian besar berbicara terkait dengan ketentuan akidah Islam. Bahkan secara khusus, mempresentasikan perihal dihidupkan kembali setelah kematian.
Kedelapan, karakteristik surah. Salah satu kekhasan surah qāf ini adalah adanya pengulangan huruf qaf sebanyak 57 kali (Qufi, 2008: 127). Menurut Ibn Qayyim al-Jawziyyah (w. 751 H), setiap makna yang ada dalam surah qāf itu berkesesuaian dengan sifat huruf qaf itu sendiri. Ada empat sifat yang terkandung dalam huruf qaf, yaitu syiddah (kuat/keras), jahr (jelas/dibaca keras), ‘uluww (terangkat/naik), dan infitāḥ (terpisah/terbuka) (Badā‘ī al-Fawā’ide, 3, 174).
Menurutnya, huruf-huruf yang memiliki sifat tersebut, khususnya surah qāf, cenderung mempunyai maksud mentadaburi Al-Qur’an, memikirkan ciptaan Tuhan, dan menyebutkan orang-orang yang bertakwa.
Delapan dimensi di atas masih memerlukan validitas dan pembuktian secara menyeluruh. Namun, terlepas dari itu semua, dapat disaksikan upaya ulama memahami Alquran sangat totalitas. Semua dimensi tersebut senantiasa akan terasa dan dipahami setelah dijelaskan bagaimana posisi maqāṣid Alquran di surah tersebut.
Wallahu a’lam.