BerandaTafsir TematikDoa Nabi Ibrahim a.s dalam Alquran

Doa Nabi Ibrahim a.s dalam Alquran

Nabi Ibrahim as. diutus oleh Allah untuk menjadi nabi bagi kaumnya di wilayah Babylon. Pada saat itu, negeri Babylon dipimpin oleh seorang raja bernama Namrud bin Kan’an bin Kusyi yang menyembah berhala, bahkan ia mengaku sebagai tuhan. Penduduknya pun menyembahnya.

Melihat penduduknya yang sedemikian itu, Nabi Ibrahim kerap berdebat dengan mereka tentang siapa tuhan yang sebenarnya. Dari peristiwa-peristiwa tersebut, ada beberapa doa yang dilantunkan Nabi Ibrahim yang tertera dalam Alquran, sebagaimana berikut:

Baca Juga: Deskripsi Alquran tentang Nabi Ibrahim di Beberapa Surah

Doa Tawajjuh (Berhadap Diri kepada Allah)

Kalimat doa ini diucapkan oleh Nabi Ibrahim setelah melewati proses yang begitu panjang dalam pencariannya mencari Tuhan. Maka, setelah ia menemukan keyakinannya bahwa Tuhan adalah Dia yang kekal dan Maha Esa, yang menciptakan bintang, bulan, matahari, serta seluruh alam semesta, ia berdoa sebagaimana termaktub dalam surah al-An’am ayat 79.

إِنِّي وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ حَنِيفًا ۖ وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ

Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Rabb yang menciptakan langit dan bumi, dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan.

Dalam Tafsir al-Mishbah (Jilid 4, 169), pernyataan Nabi Ibrahim as. bahwa ia menghadapkan wajahnya kepada Pencipta langit dan bumi sebenarnya telah disinggung dalam awal surah ini bahwa, Allah adalah Pencipta langit dan bumi (ayat 1). Dan ajaran yang dibawa olehnya adalah hanif.

Hanif artinya tidak bengkok, tidak memihak kepada pandangan hidup yang hanya memenuhi kebutuhan jasmani, tidak juga semata-mata mengarah kepada kebutuhan rohani. Al-Biqa‘i juga berpendapat bahwa hanif  bermakna kecenderungan kepada fitrah atas dasar dalil dan dengan mudah lagi lemah lembut, bukan atas dasar taklid.

Baca Juga: Tafsir Surah Albaqarah Ayat 260: Belajar Berpikir Kritis dari Nabi Ibrahim

Doa agar diberi hikmah, kesalehan, dan menjadi ahli surga

Ketika Nabi Ibrahim memantapkan keimanannya, ia juga berkeinginan mengajak ayah dan kaumnya agar meninggalkan sesembahannya yakni berhala, dan hanya menyembah Allah semata. Perdebatan dengan kaumnya tersebut diceritakan dalam dalam surah asy-Syu’ara ayat 69-82.

Setelah berseru demikian, ia pun berdoa sebagaimana dalam surah asy-Syu’ara ayat 83-85. Ia memohon agar diberikan hikmah, yakni hakikat kebenaran dari sebuah pengetahuan, serta tindakan dan sikap yang benar.

رَبِّ هَبْ لِي حُكْمًا وَأَلْحِقْنِي بِالصَّالِحِينَ

(Ibrahim berdoa): “Ya Tuhanku, berikanlah aku hikmah dan masukkanlah aku ke dalam golongan orang-orang yang saleh.

Dalam Tafsir ath-Thabari (Jilid 19/619), “berikanlah aku hikmah” maksudnya adalah berilah kenabian kepadaku. Nabi Ibrahim memohon agar dijadikan utusan kepada makhluk-makhluk Allah swt, sehingga ia menjadi bagian dari para utusan dan penerima wahyu.

Baca Juga: Kisah Nabi Ibrahim As dalam Q.S al-An’am Ayat 75-79 dan Ajaran Tauhid

Doa keberpasrahan saat dibakar

Dakwahnya untuk menyebarkan agama Tauhid selalu mendapatkan penolakan, bukan hanya dari kaumnya saja, namun juga ayahnya. Dengan keadaan yang demikian, Nabi Ibrahim merasa tidak perlu lagi berdebat dengan mereka yang sangat keras kepala. Hingga pada satu waktu, ia bertekad untuk menghancurkan berhala-berhala yang mereka sembah.

Aksi itu dilancarkan oleh Nabi Ibrahim ketika kaumnya pergi keluar kota untuk merayakan hari raya/hari yang mereka keramatkan. Mereka pergi berhari-hari dengan membawa bekal makanan. Dengan begitu, kondisi wilayah yang mereka tinggalkan dalam keadaan sepi, maka ia pun mulai menghancurkan patung-patung tersebut. Sebanyak 73 patung telah dihancurkan, dan tersisa satu patung besar yang dikalungi kapak.

Ketika kaumnya kembali, mereka menemukan bahwa patung-patung itu sudah berserakan, hancur. Di antara mereka pun saling bertanya siapakah pelakunya. Salah seorang dari kaumnya berpendapat pasti yang melakukan ini adalah Nabi Ibrahim. Sebab, ia selalu berselisih tentang sesembahan mereka. Ditambah lagi, hanya Nabi Ibrahim yang tidak ikut serta dalam hari perayaan tersebut.

Singkat cerita, Nabi Ibrahim pun diadili. Para hakim sepakat bahwa ia harus dibakar hidup-hidup. Ketika hendak dilemparkan ke gunungan api, malaikat datang ingin menolong, namun Nabi Ibrahim menolaknya. Ia yakin bahwa Allah swt. pasti akan menolongnya tanpa perantara siapapun.

Menurut Ibnu ‘Abbas ra., akhir dari ucapan Nabi Ibrahim saat dilemparkan ke kobaran api adalah kalimat,

حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ

Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung. (Ali ‘Imran ayat 173) (Syamsuddin Noor, Doa Para Nabi, 96-122)

Wallahu a’lam bish shawab.

Miatul Qudsia
Miatul Qudsia
Mahasiswa Pascasarjana Ilmu Alquran dan Tafsir UIN Sunan Ampel Surabaya, pegiat literasi di CRIS (Center for Research and Islamic Studies) Foundation
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Meratukan Istri: Antara Gaya Hidup Modern dan Pandangan Alquran

Meratukan Istri: Antara Gaya Hidup Modern dan Pandangan Alquran

0
Beberapa tahun terakhir hadir sebuah tren baru di kalangan selebriti dan influencer, yakni fenomena “meratukan istri”. Fenomena ini merujuk pada perlakuan suami terhadap istinya...