Dua Nabi Satu Doa

Beberapa kisah Nabi dalam Alquran, dua di antaranya selalu dinarasikan secara beriringan, yaitu kisah Nabi Nuh a.s. dan kisah Nabi Hud a.s. Kisah keduanya antara lain terdapat di surah al-A’raf, surah Hud, surah al-Mu’minun, dan asy-Syu’ara’. Tidak banyak mufasir yang membahas rahasia urutan narasi ini, hanya saja keterangan di Mafatih al-Ghaib disampaikan bahwa ada persamaan dari kisah dua nabi ini, yaitu azab yang ditimpakan terhadap kaum mereka sama-sama berupa ṣayḥah (suara yang sangat keras dan menggelegar).

Khusus di surah al-Mu’minun, terdapat persamaan lain dari kisah dua nabi ini, yaitu doa yang dilantunkan oleh Nabi Nuh dan Nabi Hud. Dua nabi satu doa ini tercatat dalam Alquran, surah al-Mu’minun ayat 26 (doa Nabi Nuh) dan ayat 39 (untuk doa Nabi Hud).

Doa yang dimaksud adalah  terambil dari ayat berikut,

  قَالَ رَبِّ انْصُرْنِيْ بِمَا كَذَّبُوْنِ

Dia (Hud atau Nuh) berdoa, “Ya Tuhanku, tolonglah aku karena mereka telah mendustakanku.”

Baca Juga: Doa Nabi Nuh ketika Berlayar di Kapal yang Diajarkan Allah

Konteks Doa

Nabi Nuh diutus oleh Allah terhadap kaumnya untuk mengajak ketauhidan kepada Allah selama hampir seratus tahun, namun hanya sedikit yang beriman. Ketika Allah kemuadian memerintah Nabi Nuh untuk membuat kapal karena aka nada azab hujan badai yang akan diturunkan oleh Allah, kaumnya kemudian tidak hanya mendustakan dakwah Nbai Nuh, tapi juga menganggapnya gila. Setelah itu, beliau memanjatkan doa seperti yang tertera dalam Alquran.

Demikian pula dengan kisah Nabi Hud. Ketika beliau diutus oleh Allah terhadap kaum yang tidak lain adalah kabilahnya sendiri, yakni kaum ‘Ād, untuk mendakwahkan ketauhidan, beliau malah dianggap mengada-ada. Singkat cerita, Nabi Hud kemudian merasa putus asa dan berdoa dengan doa yang sama dengan Nabi Nuh.

Meski berbeda figur, masa dan tempat dari dua nabi tersebut, sepertinya para mufasir, mulai dari at-Tabari, Ibn Katsir, Ibn ‘Aṭiyyah, as-Samarqandī, az-Zamkhsyari, ar-Razi, al-Baghawi, al-Baidhawi, al-Qurṭūbī hingga Ibn ‘Āsyūr  tidak mempertimbangkan hal itu. Dua nabi satu doa ini dianggap mempunyai konteks yang sama, yakni sama-sama sebagai reaksi atas respon kaum keduanya yang juga sama-sama mendustakan, bahkan menghina dan mengejek kedua nabi tersebut.

Berdasar pada konteks ini, ar-Rāzī dalam Mafātih al-Ghaib menerangkan bahwa jika nabi atau rasul sudah berputus asa dengan tindakan kaumnya, maka beliau pun lantas mengadu dan minta tolong keapada Allah. Untuk konteks Nabi Nuh dan Nabi Hud, redaksi aduan dan permintaan tolong keduanya berupa seperti yang tertulis dalam ayat. Pernyataan yang sama juga disampaikan oleh Ibn ‘Aṭiyyah dalam tafsirnya.

Beberapa mufasir yang telah disebutkan sebelumnya, sebagian memahami maksud dari doa tersebut sebagai permintaan pertolongan Nabi Nuh dan Nabi Hud atas kelakuan kaum mereka dan meminta azab untuk mereka sebagaimana yang telah mereka sampaikan jauh hari di awal dakwah mereka. Sebagian mufasir yang lain, seperti ar-Rāzī, az-Zamaksyari masih memberi pilihan makna dalam memahami doa tersebut.

Menurut kedua mufasir tersebut, doa ini mengandung tiga kemungkinan pemahaman. Pertama, pertolongan Allah dengan membinasakan kaum mereka, itu berarti memang disebabkan dusta kaum terhadap nabi mereka. Kedua, doa kedua nabi tersebut bermakna ‘gantikanlah kepada saya (Nabi Nuh atau Nabi Hud), dari dusta mereka dengan kemuliaan kemenangan atas mereka. Ketiga, tolonglah saya (Nabi Nuh atau Nabi Hud) dengan menimpakan azab yang telah Allah siapkan terhadap mereka (yang mendustakan).

Baca Juga: Kisah Nabi Hud As dan Kaum ‘Ad Dalam Al-Quran

Jika membaca penafsiran doa ini, akan terasa sangat berbeda dengan kisah Nabi Muhammad yang berdakwah di Ṭāif dan kemudian ditolak oleh penduduk Ṭāif, beliau didustakan, dan dilempari batu hingga pelipisnya berdarah. Ketika Malaikat Jibril datang untuk menawarkan hukuman bagi penduduk Ṭāif tersebut, Nabi Muhammad malah melaragnya dan berdoa ‘semoga Allah memberi petunjuk terhadap kaumku, karena sesungguhnya mereka tidak mengetahui’. Bisa jadi, inilah salah satu keistimewaan Nabi Muhammad melebihi Nabi-Nabi yang lain.

Dua nabi satu doa ini terdapat dalam satu narasi kisah dalam Alquran, yakni di surah al-Mu’minūn, masih banyak narasi-narasi lain dengan topik yang sama dalam tiga surah Alquran lainnya. Sangat mungkin bagian lain atau bahkan doa Nabi Nuh dan Nabi Hud yang lain juga disampaikan dalam surah lainnya yang melengkapi narasi kisah dua nabi tersebut. Wallah a’lam.

Limmatus Sauda
Limmatus Sauda
Santri Amanatul Ummah, Mojokerto; alumni pesantren Raudlatul Ulum ar-Rahmaniyah, Sreseh Sampang
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Keistimewaan Abu Bakar dalam Tafsir Surah al-Lail

Keistemawaan Abu Bakar Ash-Shiddiq dalam Tafsir Surah Al-Lail

0
Sayyidina Abu Bakar ash-Shiddiq yang merupakan sahabat terdekat Rasulullah dan menjadi khalifah pertama setelah wafatnya Rasul. Beliau memiliki banyak keutamaan yang diakui dalam sejarah...