Segala sesuatu yang diciptakan oleh Allah pasti terdapat hikmah dan keutamaan di dalamnya, demikian pula dalam bulan Zulhijah dan terutama di 10 hari pertamanya. Bulan terakhir dalam penanggalan Kamariyah ini merupakan momen bagi umat muslim untuk berlomba-lomba melakukan amal saleh sebab ketaatan dan kebaikan menjadi ibadah yang sangat besar pahalanya.
Dalam Alquran, kemuliaan 10 hari permulaan bulan Zulhijah diterangkan dalam firmanNya:
وَالْفَجْرِ (1) وَلَيَالٍ عَشْرٍ (2)
Demi fajar, dan malam yang sepuluh. (QS. Alfajr: 1-2)
Para ulama ahli tafsir berbeda pendapat dalam mengartikan fajar dalam ayat di atas. Di antaranya ada yang mengatakan fajar yang dimaksud adalah fajar yaumun-nahr (hari penyembelihan kurban), yaitu tanggal 10 Zulhijah. Ada pula yang berpendapat bahwa fajar itu adalah fajar 1 Muharram sebagai awal tahun, atau fajar 1 DZulhijah sebagai bulan pelaksanaan ibadah haji.
Baca Juga: Keutamaan Bulan Zulkaidah
Pendapat lain, fajar 10 hari Zulhijah. Dengan alasan karena pada ayat selanjutnya Allah menyertakan dengan sumpah terhadap wa layalin ‘asyrin, 10 malam hari yang ditafsiri dengan 10 hari Zulhijah. Selain juga dikarenakan ia merupakan awal dari bulan yang dipenuhi ibadah. (Tafsir Mafatih al-Ghaib, 31/162)
Sementara mengenai malam yang kesepuluh dalam Tafsir Fi Zhilali Quran (12/263) terdapat banyak riwayat, ada yang mengatakan sepuluh hari awal bulan Zulhijah seperti riwayat dari Ibnu Abbas dan Mujahid, ada yang mengatakan sepuluh awal bulan Muharram, dan sepuluh akhir bulan Ramadan.
Tafsir ath-Thabari (8611) menyebutkan bahwa makna tentang wa layalin ‘asyr yang paling kuat (rajih) ialah sepuluh Zulhijah, ia mempertegas dengan menyebutkan riwayat hadis dari Jabir, bahwa sesungguhnya Rasulullah bersabda wa al-fajr wa layalin ashr adalah sepuluh adha (Zulhijah). Kemudian dikuatkan ayat selanjutnya wa al-syaf’i wa al-watri. Makna yang genap adalah hari nahr (tanggal 10) dan makna yang ganjil ialah hari arafah (tanggal 9). Hal ini menguatkan pendapat yang menyatakan bahwa ayat tersebut berbicara mengenai keutamaan sepuluh hari pertama dari bulan Dzulhijah.
Dari penjelasan tafsir di atas dapat dipahami bahwa bukti keutamaan 10 hari pertama bulan Zulhijah ialah Allah bersumpah atas nama fajar dan malam 10 pertama di bulan Zulhijah. Dan semua itu sebenarnya tidak lepas dari beberapa keagungan di dalamnya, sebagaimana Ibnu Hajar al-Asqalani bahwa sebab yang istimewanya 10 hari Zulhijah adalah karena pada hari tersebut merupakan waktu berkumpulnya pokok ibadah-ibadah besar; yaitu shalat, shaum, sedekah dan haji yang tidak didapati di hari-hari selainnya. (Fathul Baari, 2/460)
Baca Juga: Ibadah Kurban dan Permasalahan Kontemporer
Kemuliaan yang lain sebagaimana disebutkan hadist yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas, bahwa Rasulullah bersabda :
مَا مِنْ أَيَّامٍ الْعَمَلُ الصَّالِحُ فِيهَا أَحَبُّ إِلَى اللهِ مِنْ هٰذِهِ الأَيَّامِ. يَعْنِيْ أَيَّامَ الْعَشْرِ. قَالُوا يَا رَسُولَ اللهِ وَلَا الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللّٰهِ قَالَ وَلَا الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللّٰهِ إِلَّا رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَلَمْ يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ بِشَيْءٍ
Tidaklah ada amal yang lebih dicintai Allah daripada amal-amal yang dikerjakan pada sepuluh hari Zulhijah ini.” Lalu para sahabat bertanya, “Tidak juga Jihad?” Nabi saw. menjawab,”Tidak juga Jihad, kecuali seseorang yang keluar (untuk berjihad) sambil mempertaruhkan diri (jiwa) dan hartanya, lalu kembali tanpa membawa sesuatupun. (HR. Bukhari).
Dalam hadis di atas seolah Rasulullah hendak memberikan motivasi yang sangat tinggi kepada para sahabat dan umat Islam pada umumnya untuk tidak menyia-nyiakan keutamaan 10 hari awal Zulhijah. Bahwa muslimim yang mengerjakan amal di hari-hari tersebut sangat dicintai Allah bahkan pahala perbandingannya setara dengan jihad di jalan Allah.
Kemuliaan dan keagungan bulan Zulhijah mengajarkan kepada umat Islam untuk selalu bersyukur dengan kenikmatan yang telah Allah berikan berupa pahala lebih banyak di waktu tersebut dan mengagungkan serta menghargai waktu sebaik-baiknya dengna beribadah. Terutama waktu-waktu seperti 10 hari awal Zulhijah yang disebutkan keutamaannya dalam Alquran dan sunnah.
Sebab umur manusia sangat terbatas, sementara bekal yang harus dibawa amatlah banyak dan berkualitas. Jika pada waktu yang mulia saja enggan untuk memanfaatkan kesempatan dengan sebaik-baiknya, maka khawatir di bulan-bulan yang lain akan lebih meremehkan.
Baca Juga: Surah Al-Fajr Ayat 2: Waktu Utama Bersedekah di Bulan Dzulhijjah
Sebagi penutup, Imam ath-Thabrani dalam kitabnya al-Mu’jam al-Ausath (6/222) meriwayatkan sebuah hadits, “Sesungguhnya Rabb kalian Yang Mahamulia memiliki banyak karunia dalam setiap tahunnya. Jadi, carilah karunia itu. Barangkali kalian memperoleh satu karunia yang dengannya kalian tidak akan sengsara selamanya.”
Wallahu a’lam.