Dalam ulumul qur’an terdapat ilmu fawatihus suwar yang membahas tentang pembukaan surah-surah dalam Al-Qur’an. Ilmu ini perlu dipelajari agar seseorang dapat mengetahui hikmah yang tersirat ataupun tersurat yang disampaikan Allah swt dalam pembukaan surah-surah Al-Qur’an. Imam as-suyuti berpendapat bahwasanya terdapat kurang lebih 20 pendapat tentang masalah fawatihus suwar.
Terdapat huruf al-muqaththa’ah (huruf yang terpotong-potong) disebut fawatihus suwar, menurut Imam As-Suyuti hal ini tergolong dalam ayat mutasybihah. Sehingga, banyak kajian tafsir yang berupaya mengungkap rahasia yang terkandung di dalamnya. Di antaranya adalah karya Abdul Adhim Bin Abdul Wahid, yang terkenal dengan sebutan Ibnu Abi al-Ishba’ al-Mishry dengan menulis kitab al-khawaathirus sawanih fi asraaril fawaatih.
Untuk mengetahui secara pasti arti huruf al-muqaththa’ah pada fawatihus suwar tidak ada seorang pun yang tahu. Hanya Allah yang mengetahuinya. Sebagaimana Abu Bakar Ash-Shiddiq berkata, “dalam kitab-kitab itu ada rahasianya, dan rahasia dari kitab Al-Qur’an adalah pembukaan dari surah-surah Al-Qur’an.”
Pendapat yang lain dikemukakan oleh Sayyidina Ali bin Abi Thalib, Imam Asy-Sya’bi, Umar Bin Khattab dan Imam Ar-Razi. Namun, kita bisa mengira-ngira apa hikmah dibalik penggunaan huruf hijaiyah tersebut yang dapat di ambil hikmahnya.
Pertama, untuk menunjukkan kemukjizatan Al-Qur’an adalah perkataan “ilahi” menggunakan kosa kata yang digunakan oleh orang Arab. Kosa kata tersebut terdiri dari huruf-huruf hijaiyah yang juga bisa digunakan oleh orang Arab. Namun ternyata tidak ada seorang pun yang mampu menandingi Al-Qur’an walaupun dari segi redaksionalnya saja, apa lagi dari sisi kandungannya.
Padahal orang-orang kafir tersebut menuduh Al-Qur’an sebagai perkataan orang gila, kebohongan masa lalu, dan sebagainya. Indikatornya, setiap Al-Qur’an menggunakan huruf hijaiyah pada permulaan surah, selalu diikuti dengan hal yang berkaitan dengan Al-Qur’an. Misalnya sebagai berikut:
الۤمّۤ ۚذٰلِكَ الْكِتٰبُ لَا رَيْبَ ۛ فِيْهِ ۛ هُدًى لِّلْمُتَّقِيْنَۙ
الۤمّۤ اَللّٰهُ لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّوْمُۗ نَزَّلَ عَلَيْكَ الْكِتٰبَ بِالْحَقِّ
الۤمّۤصۤ كِتٰبٌ اُنْزِلَ اِلَيْكَ
الۤرٰ ۗتِلْكَ اٰيٰتُ الْكِتٰبِ الْحَكِيْمِ
Hanya dua surah yang tidak diikuti dengan isyarah kepada Al-Qur’an yaitu surah ar-rum dan al-‘ankabut. Betapapun demikian, pada surah ar-rum secara implisit menjelaskan janji, bahwa orang romawi pasti akan menang melawan orang Persi dalam beberapa tahun mendatang. Ternyata janji ini terbukti. Berarti Al-Qur’an bukan karangan Nabi Muhammad saw, melainkan kalamullah. Inilah yang paling penting, pada ayat 58 pada surah ini, Allah membicarakan tentang Al-Qur’an.
Dalam surah al-‘ankabut ayat 45 sampai 51, Allah menjelaskan tentang Al-Qur’an. Pada ayat 48, dijelaskan tentang sifat “ummi” nabi Muhammad saw, seorang yang tidak bisa membaca dan menulis. Tetapi Al-Qur’an yang diajarkan kepada kaumnya mempunyai keistimewaan yang luar biasa, yang tidak mungkin muncul dari seorang yang “ummi”. Inilah yang penting.
Terkait dengan unsur kemukjizatan ini, sangat menarik untuk diperhatiakan bahwa penggunaan satu huruf hijaiyah dalam fawatihus suwar , maka huruf itu mendominasi pemakaiannya dalam surah tersebut. Contohnya surah “Qaf”. Pada surah ini ada sekitar 62 huruf Qaf. Kandungan surah “Qaf” sendiri berisi tentang hari kiamat.
Kiamat adalah kandungan yang sangat berat sesuai dengan sifat huruf Qaf itu sendiri, yang menghimpun sifat syiddah (tertahannya suara), jahr (tertahan napasnya), qalqalah (pantulan suara karena beratnya huruf), dan infitah.terdapat juga Pada surah “Nun” huruf Nun ada sekitar 146. Huruf Nun sendiri banyak terdapat pada akhir ayat surah ini.
Pada surah “shad” ada sekitar 33 huruf Shad yang digunakan. Walaupun demikian, sebagian ulama menjelaskan bahwa walaupun huruf Shad tidak banyak dipergunakan, tapi persoalan yang dikemukakan jika diungkap dengan kata-kata maka huruf tersebut akan banyak digunakan.
Kontennya berupa perseteruan yang dalam ungkapan Al-Qur’an sendiri adalah “khusumah” (الخصومات) atau perseteruan antara berbagai pihak, yaitu antara orang kafir dan nabi, antara dua seteru kepada nabi daud, antara penghuni neraka, antara malaikat, antara iblis dengan Allah. Huruf Shad adalah huruf yang terdapat pada kata (الخصومات). Imam Zarkasyi dalam Al-Burhan fi ‘Ulum al-Quran menggambarkan sebagai berikut:
فَأَوَّلُهَا خُصُوْمَةُ اْلكُفَّارِ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللّهَ وَسَلَّمَ وَقَوْلُهُمْ أَجَعَلَ الْاَ لِهَةَ اِلَهًا وَا حِدًا اِلىَ اَخِرِ كَلَا مِهِمْ ثُمَّ اخْتِصَامُ الْخَصْمَيْنِ عِنْدَ دَاوُدَ ثُمَّ تَخَاصُمُ أَهْلِ النَّارِ ثُمَّ اخْتِصَامُ الْمَلَاِ اْلاَ عْلَى فِي الْعِلْمِ وَهُوَ الدَّرَجَاتُ وَالْكَفَّارَاتُ ثُمَّ تَخَاصُمُ أِبْلِيْسَ وَاعْتِرَاضُهُ عَلَى رَبِّهِ وَأَمْرِهِ بِا السُّجُوْدِ ثُمَّ اخْتِصَامُهُ لَوْ ثَانِيًا فِي شَأْنِ بَنِيْهِ وَحَلْفُهُ لَيُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِيْنَ اِلَا أَهْلِ الْاِخْلَاصِ مِنْهُمْ.
Kedua, untuk menyedot perhatian orang kafir. Sebagaimana Imam Ibnu Taimiyah berpendapat bahwa huruf-huruf itu adalah untuk menentang orang-orang yang mengingkari Al-Qur’an sehingga sereka selalu menjauhkan diri dan memalingkan muka sewaktu mendengarkan ayat-ayat suci Al-Qur’an. Mereka juaga melarang teman-teman mereka mendengarkan ayat-ayat suci Al-Qur’an sebagaimana di firmankan-Nya:
وَقَالَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا لَا تَسْمَعُوْا لِهٰذَا الْقُرْاٰنِ وَالْغَوْا فِيْهِ لَعَلَّكُمْ تَغْلِبُوْنَ – ٢٦
Dan orang-orang yang kafir berkata, “Janganlah kamu mendengarkan (bacaan) Al-Qur’an ini dan buatlah kegaduhan terhadapnya, agar kamu dapat mengalahkan (mereka).”
Adanya huruf-huruf hijaiyah ini membuat mereka terperanga, terkejut, dam mau tidak mau mereka sangat penasaran untuk mendengarkan ayat-ayat berikutnya.
Ketiga, Ibnu Farij meriwayatkan dari Ibnu Abbas mengatakan bahwa huruf-huruf hijaiyah tersebut merupakan singkatan nama-nama Allah atau ungkapan yang menjelaskan kemahakuasaan Allah. Penggunaan singkatan seperti ini sudah lazim di kalangan bangsa Arab. Tentang singkatan-singkatan tersebut bisa dilihat pada penjelasan Imam As-Suyuti berikut:
الم: اَنَا اللهُ اَعْلَمُ ق: قَادِرٌ وَقَاهِرٌ
المص: أَنَا اللهُ أَفْصَلُ ن: نُوْرٌ وَنَاصِرٌ
الر: أَنَا اللهُ أَرَى
Dengan demikian dapat kita renungkan hikmah keberadaan huruf muqhttha’ah yang tidak terbahas semuanya dikarenakan masih banyak lagi pendapat-pendapat mengenainya. Sebagai manusia yang mempunyai keterbatasan hal ini merupakan sarana bagi penunduk akal terhadap Allah karena kesadaran akan ketidak mampuan untuk mengungkap kemukjizatan yang terkandung di dalamnya secara konkrit.