Setelah pada artikel sebelumnya dijelaskan tentang hukum Idzhar, artikel kali ini akan menguraikan hukum kedua dalam lingkup nun mati dan tanwin yaitu Idgham. Syekh Sulaiman al-Jamzuri dalam nadzam Tuhfat al-Athfal menjelaskan Hukum Idgham sebagai berikut:
والثان إدغام بستة أتت # في يرملون عندهم قد ثبتت
“Hukum kedua adalah idgham dengan enam huruf yang terangkum dalam kata yarmaluna yang telah tetap menurut para ulama.”
Menurut Syekh Hasan Dimasyqi pengarang buku Taqrib al-Manal bi Syarh Tuhfat al-Athfal, idgham secara bahasa berarti memasukkan sesuatu ke sesuatu yang lain (idkhal al-syai’i fi al-syai’in). Sedangkan dalam istilah ilmu tajwid, idgham yaitu
التقاء حرف ساكن بمتحرك بحيث يصيران حرفا مشددا
“Bertemunya dua huruf, sukun dan berharkat, sehingga kedua huruf itu menjadi satu huruf yang bertasydid.”
Kedua huruf yang dimaksud dalam definisi di atas adalah huruf pertama merupakan nun sukun atau tanwin dan huruf kedua adalah huruf idgham. Sebagaiman tertera dalam nadzam, terdapat enam huruf idgham yaitu: ي, ر, م, ل, و, ن.
Dalam konteks nun mati dan tanwin, hukum idgham terbagi menjadi dua bagian sebagaimana disebutkan oleh Syekh al-Jamzuri:
لكنها قسمان قسم يدغما # فيه بغنة بينمو علما
“Akan tetapi idgham terbagi menjadi dua. Pertama idgham dengan ghunnah yang diketahui hurufnya dalam kata yanmu (ي, ن, م, و ).”
Hukum idgham pertama adalah idgham bighunnah. Idgham bighunnah berarti ketika membaca nun mati atau tanwin bertemu dengan empat huruf: ya, nun, mim, dan wawu, maka dibaca dengan hukum ghunnah. Untuk lebih jelasnya terdapat dalam contoh-contoh berikut ini:
Contoh dalam Al-Quran dengan huruf ي
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَقُولُ آمَنَّا بِاللَّهِ
Dalam penggalan Surah al-Baqarah ayat 8 di atas, yang menjadi contoh adalah man yaquulu. Huruf nun sukun bertemu dengan huruf ya yang merupakan salah satu dari huruf idgham bighunnah.
Akan tetapi ada pengecualian apabila nun sukun dan huruf idgham berada dalam satu kata. Maka hukum bacaannya adalah idzhar, bukan idgham. Sebagaimana dijelaskan dalam Tuhfat al-Athfal:
إلا إذا كانا بكلمة فلا # تدغم كدنيا ثم صنوان فلا
“Kecuali apabila dua huruf berada dalam satu kalimat, maka tidak diidghamkan seperti dalam kata dunya dan shinwanun.”
Hukum idgham kedua dalam nun sukun dan tanwin adalah idgham bila ghunnah atau idgham bighairi ghunnah. Artinya hukum idgham ini menekankan tidak menggunakan ghunnah ketika membaca nun sukun atau tanwin bertemu dengan huruf idgham. Sebagaimana dijelaskan Syekh al-Jamzuri:
و الثان إدغام بغير غنة # في اللام الرا ثم كر رنة
“Model idgham kedua adalah idgham bighair ghunnah, yang diterapkan dalam huruf lam dan ra.”
Dalam konteks huruf lam dan ra, ketika nun sukun dan tanwin bertemu kedua huruf tersebut, maka hukum bacaannya adalah tidak ghunnah, tidak ditekan dan ditahan 2 harkat. Akan tetapi langsung dibaca dengan jelas.
Adapun contoh idgham bi ghair ghunnah dalam Al-Quran adalah sebagai berikut:
ذَلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ
Yang menjadi contoh adalah pada kalimat terakhir, hudan lil muttaqiin. Dibaca idgham tanpa ghunnah.
Demikian penjelasan singkat tentang hukum idgham beserta sebagian contohnya yang diambil dari Al-Quran. Semoga bermanfaat. Wallahu A’lam.