Kata Qasam (sumpah) dalam Al-Quran tidak selalu disertakan pada setiap kalimat qasam. Terkadang, kata qasam menggunakan huruf-huruf tertentu untuk me-muta’addi-kan kata qasama. Setidaknya ada tiga huruf yang lazim digunakan dalam Qasam Al-Quran, sebagai berikut.
- Huruf waw (و), semisal dalam S. Az-Zariyat [51]: 23,
فَوَرَبِّ السَّمَاۤءِ وَالْاَرْضِ اِنَّهٗ لَحَقٌّ مِّثْلَ مَآ اَنَّكُمْ تَنْطِقُوْنَ ࣖ
Maka demi Tuhan langit dan bumi, sungguh, apa yang dijanjikan itu pasti terjadi seperti apa yang kamu ucapkan. (Q.S. Az-Zariyat [51]: 23)
- Huruf ta (ت), semisal dalam Q.S. An-Nahl [16]: 56
وَيَجْعَلُوْنَ لِمَا لَا يَعْلَمُوْنَ نَصِيْبًا مِّمَّا رَزَقْنٰهُمْۗ تَاللّٰهِ لَتُسْـَٔلُنَّ عَمَّا كُنْتُمْ تَفْتَرُوْنَ
Dan mereka menyediakan sebagian dari rezeki yang telah Kami berikan kepada mereka, untuk berhala-berhala yang mereka tidak mengetahui (kekuasaannya). Demi Allah, kamu pasti akan ditanyai tentang apa yang telah kamu ada-adakan. (Q.S. An-Nahl [16]: 56)
Sumpah dengan menggunakan huruf ta tidak boleh menggunakan kata yang menunjukkan sumpah dan sesudah ta harus disebutkan kata Allah atau rabb.
- Huruf ba, semisal dalam S. al-Qiyamah [75]: 1,
لَآ اُقْسِمُ بِيَوْمِ الْقِيٰمَةِۙ
Aku bersumpah dengan hari Kiamat, (Q.S. al-Qiyamah [75]: 1)
Kalimat qasam (sumpah) dengan menggunakan huruf ba boleh diikuti kata yang menunjukkan sumpah, sebagaimana contoh di atas, dan boleh pula tidak menyertakan kata sumpah, sebagaiman dalam Q.S. Shad [38]: 82,
قَالَ فَبِعِزَّتِكَ لَاُغْوِيَنَّهُمْ اَجْمَعِيْنَۙ
(Iblis) menjawab, “Demi kemuliaan-Mu, pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya, (Q.S. Shad [38]: 82)
Terjadinya qasam dikarenakan adanya sabab, yakni sesuatu yang melatarbelakangi sumpah. Dalam hal ini misalnya, Allah swt bersumpah dengan sesuatu disebabkan sebagian manusia mengingkari ataupun mereka menganggap remeh sesuatu tersebut. Tanggapan ini terjadi dari ketidaktahuan mereka tentang faedah sesuatu yang diterima, atau lupa dan buta dari hikmah Allah swt.
Baca juga: Menilik Pengertian Qasam dalam Al-Quran
Hasan Mansur Nasution dalam Rahasia Sumpah Allah Dalam Al-Quran bahwa hal ini pula dapat terjadi karena pendapat seseorang terbalik dengan yang sebenarnya, yang kemudian berakidah tidak sesuai dengan yang ditetapkan Allah. Sehingga kenyataan yang demikian itu menjadi sebab bagi Allah untuk bersumpah.
Salah satu I’jaz Al-Quran adalah menjelaskan tentang situasi umat zaman dahulu, bahkan informasi tentang hari kemudian yang bisa dikatakan mustahil dapat dipercaya dan dibenarkan bagi orang-orang yang cenderung mendewakan akalnya, sehingga perlu adanya penekanan atau penegasan untuk meyakinkan orang-orang yang menerima informasi. Selanjutnya, terjadinya sumpah (qasam) dalam Al-Quran di mana memiliki tujuan dan maksud yang mempunyai arti lebih dari apa yang dijelaskan di atas, yaitu untuk dipikirkan dan diteliti. Hal ini akan membawa mereka kepada keyakinan yang kuat.
Di sampinn itu, kita tahu bahwa Al-Quran diturunkan di tengah-tengah masyarakat jahiliyah yang memiliki watak keras, angkuh dan sombong. Watak yang dipenuhi dengan ketidakpuasan bahkan penolakan terhadap sesuatu yang baru, lebih-lebih status sosial informan (Muhammad) yang membawa berita adalah orang yang tidak “terpandang” di kalangan masyarakat Makkah; bukan dari golongan para raja, pembesar kaum Quraisy, bahkan beliau dikenal sebagai seorang yatim dan pengembala kambing. Padahal beliau Rasul saw adalah bergelar al-Amin, akan tetapi mereka mengingkari risalahnya bahkan memusuhi hingga hendak membinasakan Rasul saw.
Lebih dari itu, mereka kaum kafir Quraisy selalu meminta pembuktian risalah Nabi saw, maka Allah swt dalam hal ini memerintahkan Nabi saw untuk menyampaikan ayat di bawah ini
وَقَالُوْا لَوْلَآ اُنْزِلَ عَلَيْهِ اٰيٰتٌ مِّنْ رَّبِّهٖ ۗ قُلْ اِنَّمَا الْاٰيٰتُ عِنْدَ اللّٰهِ ۗوَاِنَّمَآ اَنَا۠ نَذِيْرٌ مُّبِيْنٌ
Dan mereka (orang-orang kafir Mekah) berkata, ”Mengapa tidak diturunkan mukjizat-mukjizat dari Tuhannya?” Katakanlah (Muhammad), ”Mukjizat-mukjizat itu terserah kepada Allah. Aku hanya seorang pemberi peringatan yang jelas.” (Q.S. Al-Ankabut [29]: 50)
Baca juga: Bagaimana Tafsir atas Huruf Muqattaah?
Bukti-bukti yang bersifat suprarasional yang mereka minta tidak lain disebabkan karena kebutaan mereka terhadap hikmah Allah swt. Padahal bukti atau mukjizat kebenaran dan kerasulan Muhammad saw yang sebenarnya adalah informasi yang disampaikannya yakni Al-Quran. Tetapi mereka diselimuti oleh atmosfir keangkuhan, kebutaan hati dan pikiran sebagaimana digambarkan-Nya dalam Q.S. Ash-Shafft [61]: 6,
وَاِذْ قَالَ عِيْسَى ابْنُ مَرْيَمَ يٰبَنِيْٓ اِسْرَاۤءِيْلَ اِنِّيْ رَسُوْلُ اللّٰهِ اِلَيْكُمْ مُّصَدِّقًا لِّمَا بَيْنَ يَدَيَّ مِنَ التَّوْرٰىةِ وَمُبَشِّرًاۢ بِرَسُوْلٍ يَّأْتِيْ مِنْۢ بَعْدِى اسْمُهٗٓ اَحْمَدُۗ فَلَمَّا جَاۤءَهُمْ بِالْبَيِّنٰتِ قَالُوْا هٰذَا سِحْرٌ مُّبِيْنٌ
Dan (ingatlah) ketika Isa putra Maryam berkata, “Wahai Bani Israil! Sesungguhnya aku utusan Allah kepadamu, yang membenarkan kitab (yang turun) sebelumku, yaitu Taurat dan memberi kabar gembira dengan seorang Rasul yang akan datang setelahku, yang namanya Ahmad (Muhammad).” Namun ketika Rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata, “Ini adalah sihir yang nyata.” (Q.S. Ash-Shaff [61]: 6)
Ash-Shabuny dalam Shafwah At-Tafasir menjelaskan bahwa ayat di atas menunjukkan secara eksplisit melalui isyarat nabi Isa as. terhadap Bani Israil bahwa akan datang suatu saat setelahnya seorang nabi yang namanya Ahmad yang mengetahui kitab Taurat dan membenarkan hukum-hukumnya serta tidak ada perselisihan antara keduanya (al-Quran dan at-Taurat).
Namun realitanya, justru Bani Israil mengatakan bahwa kabar gembira atau mukjizat yang dibawa Muhammad merupakan sihir yang nyata, sebagaimana mereka katakan pada masa kerasulan Isa as dengan mukjizatnya yang dapat menghidupkan sesuatu yang mati dan menyembuhkan orang yang buta dan penyakit kusta.
Demikianlah sebab yang melatari mengapa Allah swt menggunakan qasam terhadap berita yang urgen dan esensial dalam Al-Quran adalah guna menegaskan dan memperkuat berita-berita tersebut, sekaligus mengisyaratkan bahwa Al-Quran merupakan satu-satunya mukjizat Nabi Muhammad saw yang nyata, absolut dan kredibel, diindikasikan dengan adanya proses edukasi dan bimbingan langsung dari Allah swt melalui firman-Nya. Wallahu A’lam.