Setiap manusia akan menempuh jalan hidupnya masing-masing. Ada yang memilih untuk berada pada jalan lurus sesuai tuntunan ajaran agama, sebaliknya, ada pula yang berada pada jalan tersesat. Tentu di setiap pilihan yang sudah diputuskan memiliki konsekuensi yang harus ditanggung oleh setiap individu.
Alquran sejatinya telah membicarakan tentang pilihan manusia dalam menempuh kehidupan, sebagaimana terdapat dalam surah Alkahfi [18]: 29 tentang redaksi penawaran atas dua hal terkait jalan kehidupan. Allah berfirman:
وَقُلِ الْحَقُّ مِنْ رَّبِّكُمْۗ فَمَنْ شَاۤءَ فَلْيُؤْمِنْ وَّمَنْ شَاۤءَ فَلْيَكْفُرْۚ اِنَّآ اَعْتَدْنَا لِلظّٰلِمِيْنَ نَارًاۙ اَحَاطَ بِهِمْ سُرَادِقُهَاۗ وَاِنْ يَّسْتَغِيْثُوْا يُغَاثُوْا بِمَاۤءٍ كَالْمُهْلِ يَشْوِى الْوُجُوْهَۗ بِئْسَ الشَّرَابُۗ وَسَاۤءَتْ مُرْتَفَقًا
Katakanlah (Nabi Muhammad), “Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu. Maka, siapa yang menghendaki (beriman), hendaklah dia beriman dan siapa yang menghendaki (kufur), biarlah dia kufur.” Sesungguhnya Kami telah menyediakan neraka bagi orang-orang zalim yang gejolaknya mengepung mereka. Jika mereka meminta pertolongan (dengan meminta minum), mereka akan diberi air seperti (cairan) besi yang mendidih yang menghanguskan wajah. (Itulah) seburuk-buruk minuman dan tempat istirahat yang paling jelek.
Baca Juga: Tafsir Al-Baqarah Ayat 28: Alasan dan Cara Mensyukuri Kehidupan Dunia
Memilih Beriman atau Kufur?
Menurut Tafsir Kementerian Agama, ayat 29 ini menjelaskan bahwa Allah memerintahkan kepada Rasulullah Saw. untuk memberi penegasan kepada orang-orang kafir bahwa kebenaran yang disampaikan berasal dari Allah Swt. Mereka berkewajiban untuk meyakini dan mengamalkan kebenaran tersebut. Sebab manfaat dari melaksanakan kebenaran tersebut akan kembali kepada diri mereka sendiri.
Begitu pula sebaliknya, ketika mereka mengingkari kebenaran tersebut, dampaknya akan berimbas kepada mereka sendiri. Sebagaimana juga Allah tegaskan dalam ayat yang lain, Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik untuk dirimu sendiri. Dan jika kamu berbuat jahat, maka (kerugian kejahatan) itu untuk dirimu sendiri. (QS. Alisra’ [17]: 7)
Imam al-Qurthubi dalam tafsirnya juga menjelaskan bahwa redaksi ayat yang menyatakan jika hendak beriman, maka berimanlah! dan jika hendak kufur maka kufurlah!, bukan merupakan sebuah keringanan. Maksudnya adalah Allah tidak menawarkan dua pilihan yang sama baiknya, namun pilihan-pilihan tersebut adalah bentuk janji dan ancaman yang telah disediakan. Jika beriman, janji Allah adalah surga, jika kufur ancaman Allah adalah neraka.
Selanjutnya, Wahbah az-Zuhaili dalam Tafsir Al-Munir menambahkan dalam ayat tersebut, dinyatakan bahwa kebenaran merupakan aturan terbaik bagi kehidupan manusia. Siapa saja boleh beriman dengannya dan boleh menolaknya karena Allah tidak memerlukan manusia. Siapa pun yang berbuat kebajikan, maka sesungguhnya kebajikan tersebut adalah untuk dirinya sendiri. Sebaliknya, siapa yang melakukan dosa, maka dia akan mendapat balasannya. Allah pasti akan menghisab segala perbuatan yang dilakukan manusia dengan seadil-adilnya.
Baca Juga: Baca Ayat Ini Sebagai Doa Agar Orang Mendapatkan Hidayah Islam
Allah Tidak Pernah Memaksa
Berdasarkan keterangan ayat tersebut dapat dipahami bahwa Allah sejatinya telah menggambarkan secara rinci tentang masing-masing konsekuensi dari setiap pilihan yaitu beriman atau kufur. Bahkan Allah telah membimbing melalui utusan-Nya untuk benar-benar memahami langkah-langkah yang dilakukan dari setiap pilihan tersebut. Namun sekali lagi, Allah tidak pernah memerlukan keimanan bahkan ibadah manusia sekalipun. Sebab sejatinya yang memerlukan adalah manusia itu sendiri (Yunan Yusuf, Tafsir Juz 22).
Allah tak ingin memaksa manusia untuk beriman, sebab iman merupakan pilihan bebas manusia. Meski bebas, pilihan ini tidak pernah lepas dari Allah, sebab Dia memelihara, menerima, dan menanggapi pilihan manusia secara jelas maupun halus. Akan tetapi, bagi orang-orang yang bodoh dan irasional menolak pilihan ini, Allah membiarkan mereka tidak beriman dan berada dalam keadaan paling buruk. Pilihan, hidayah Allah, dan akal merupakan tiga kata kunci meraih iman sejati (Jeffrey Lang, Aku Beriman, Maka Aku Bertanya).
Baca Juga: Kontekstualisasi Makna Iman dan Takwa sebagai Kunci Hidup Berkah
Penutup
Sekali lagi bahwa Allah memberikan kemerdekaan kepada manusia untuk memilih jalan hidupnya masing-masing. Namun dalam menentukan pilihan tersebut, Allah selalu menggambarkan konsekuensi dari setiap pilihan dan membimbing kepada pilihan yang tepat. Sehingga, ketika melakukan pilihan yang salah, maka harus siap menerima konsekuensi dari pilihan tersebut. Oleh sebab itu, kita harus memahami dan merenungi dengan cermat setiap konsekuensi dari pilihan yang kita tentukan.
Wallahu a’lam.