Dalam kehidupan dunia, manusia akan melakukan segala amal mereka dengan pilihan masing-masing. Baik amal yang baik maupun buruk, semua tergantung setiap individu itu sendiri. Apakah mereka akan mengambil jalan kanan atau mengambil jalan kiri. Kemudian ketika manusia telah dihadapkan dengan kehidupan kekal akherat, Surga dan Neraka adalah dua tempat balasan bagi mereka. Manusia hanya akan diberikan salah satu dari tempat itu.
Kata surga di dalam Al-Quran paling banyak disebutkan dengan mufradat Jannah atau Al-Jannah. Dalam kitabnya, Syekh Abdul Halim mengatakan bahwa akar kata dari lafad Jannah dalam Al-quran ialah huruf jim dan nun (جَنَّ). Makna yang didapatkan adalah yang tersembunyi atau yang tertutup.
Sedangkan dalam bahasa Arab kata jannah lebih menuju pada makna kebun. Kemudian jika ditilik dari kajian makna relasional (relational bedeutung) makna jannah yang berarti tersembunyi ialah dengan adanya kebun-kebun yang memiliki banyak pepohonan, kebun-kebun yang didalamnya penuh dengan kenikmatan alam akherat.
Jika suatu tempat terdapat banyak pepohonan maka akan menimbulkan dedaunan yang sama banyaknya. Dengan banyaknya daun dan pepohonan, maka akan menutupi nikmat yang tersembunyi di dalamnya. Akibatnya, jannah akan tertutup dari penglihatan manusia di dunia.
Baca Juga: 7 Sifat-Sifat Penghuni Surga Menurut Al-Qur’an
Istilah jannah secara umum dapat dimaknai dengan suau tempat yang didalamnya penuh dengan kenikmatan, kesenangan, kegembiraan bagi para penghuninya atas sesuatu yang sebelumnya belum pernah dilihat dan belum pernah dirasakan ketika di dunia.
Muhammad Fuad al-Baqi menyebutkan bahwa di dalam Al-Quran kata jannah dengan mengikuti berbagai derivasinya berjumlah 201 kali. Lafadz jannah sendiri terulang sebanyak 144 kali. Dalam bentuk tunggal/mufrad terulang 68 kali, dalam bentuk tasniyah terulang sebanyak 7 kali, serta dalam bentuk jamak terulang sebanyak 69 kali.
Penyebutan surga dalam Al-Quran identik dengan sebuah tempat balasan bagi orang-orang yang berbuat kebajikan, beramal shaleh, serta bertakwa kepada Allah Swt.
وَبَشِّرِ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ
“Dan orang-orang yang beriman serta beramal shaleh, mereka itu penghuni surga. Mereka kekal di dalamnya” (QS. Al-Baqarah[2]:25)
Al-Quran menjelaskan keadaan surga secara metaforik dengan menggunakan wujud fisikal. Surga digambarkan sebagai tempat indah berupa kebun-kebun yang terus mengalir tiada hentinya, bidadari-bidadari yang akan senantiasa melayani penghuninya, dipan-dipan empuk sebagai tempat isirahat, serta masih banyak gambaran metaforik lainnya. Gambaran metaforik fisikal jannah menunjukkan betapa hebatnya keistimewaan Al-Quran yang dapat menggambarkan sebuah tempat tertutup ( (السَتْرُsebegitu detailnya.
Ketika kita menyebutkan kata surga, maka otomatis tidak akan lepas dari antonimnya, yakni neraka. Makna neraka dalam Al-Quran sebagian besar disebutkan dengan menggunakan lafadz An-naar(الَّنارُ) . Kata an-naar didalam Al-Quran terulang sebanyak 108 kali.
Dilihat dari sudut pandang makna leksikal, kata an-naar bermakna neraka. Meski memang tidak dapat dipungkiri bahwa masih banyak makna lain dari lafadz an-naar itu sendiri. Arti kata neraka (an-naar) difirmankan Allah Swt dengan tujuan untuk li-tahdiid yakni menakut-nakuti hamba-Nya agar tidak termasuk dalam penghuni neraka.
Dari tujuan tersebut maka dapat diambil makna apabila manusia takut akan adanya siksa neraka yang penggambarannya sangat mengerikan maka mereka akan cenderung untuk memilih berbuat kebajikan serta amal shaleh ketika hidup di dunia. Setiap insan akan mendapatkan balasan sesuai dengan amal yang dikerjakan yakni dengan surga atau neraka.
Neraka disebutkan dalam Al-Quran agar manusia senatiasa beribadah kepada Allah Swt, menjalankan segala perintahNya serta menjauhi segala larangan-Nya.Perbedaan perlakuan balasan surga bagi orang takwa dan neraka untuk orang kafir dapat kita lihat dalam Surah Az-Zumar ayat 71-73.
وَسِيقَ الَّذِينَ اتَّقَوْا رَبَّهُمْ إِلَى الْجَنَّةِ زُمَرًا ۖ حَتَّىٰ إِذَا جَاءُوهَا وَفُتِحَتْ أَبْوَابُهَا وَقَالَ لَهُمْ خَزَنَتُهَا سَلَامٌ عَلَيْكُمْ طِبْتُمْ فَادْخُلُوهَا خَالِدِينَ
Artinya:“Dan orang-orang yang bertakwa kepada Tuhan dibawa ke dalam surga berombong-rombongan (pula). Sehingga apabila mereka sampai ke surga itu sedang pintu-pintunya telah terbuka dan berkatalah kepada mereka penjaga-penjaganya: ‘Kesejaheraan (dilimpahkan) atasmu. Berbagialah kamu maka masukilah surga ini, sedang kamu kekal di dalamnya” (QS. Az-Zumar [39]: 73)
Kemudian jika dibandingkan dengan ayat 71 sebelumnya:
وَسِيقَ ٱلَّذِينَ كَفَرُوٓا۟ إِلَىٰ جَهَنَّمَ زُمَرًا ۖ حَتَّىٰٓ إِذَا جَآءُوهَا فُتِحَتْ أَبْوَٰبُهَا وَقَالَ لَهُمْ خَزَنَتُهَآ أَلَمْ يَأْتِكُمْ رُسُلٌ مِّنكُمْ يَتْلُونَ عَلَيْكُمْ ءَايَٰتِ رَبِّكُمْ وَيُنذِرُونَكُمْ لِقَآءَ يَوْمِكُمْ هَٰذَا ۚ قَالُوا۟ بَلَىٰ وَلَٰكِنْ حَقَّتْ كَلِمَةُ ٱلْعَذَابِ عَلَى ٱلْكَٰفِرِينَ
Artinya:“Orang-orang kafir dibawa ke neraka Jahannam berombong-rombongan. Sehingga apabila mereka sampai ke neraka itu dibukakanlah pintu-pintunya dan berkatalah kepada mereka penjaga-penjaganya: ‘Apakah belum pernah datang kepadamu rasul-rasul diantaramu yang membacakan kepadamu ayat-ayat Tuhanmu dan memperingatkan kepadamu akan pertemuan dengan hari ini?’, Mereka menjawab: ‘Benar (telah datang)’. Tetapi telah pasti berlaku ketetapan azab terhadap orang-orang yang kafir.” (QS. Az-Zumar [39]: 71)
Sekilas dua ayat tersebut digambarkan dengan redaksi metorik yang serupa, kecuali penyebutan nama kelompok, tempat yang dihuni, serta ucapan para malaikat penjaga surga dan neraka. Namun, ketika diteliti lebih dalam terdapat sebuah perbedaan redaksi yang digunakan untuk surga (jannah) dan neraka (an-naar).
Baca Juga: Mengenal Kuliner Neraka dalam Al-Quran, dari Buah Zaqqum hingga Shadid
Perbedaa tersebut ialah penambahan huruf ‘wau’ pada mufradat ‘futihat’ pada ayat yang ditujukan untuk penghuni surga. Sedangkan huruf ‘wau’ tidak didapati pada ayat yang ditujukan untuk penghuni neraka. Tujuan adanya perbedaan pada ayat surga dan neraka pada QS Az-Zumar ayat 71 dan 73 dapat dianalogikan dengan ilustrasi berikut:
Ketika kita mengantarkan seorang penjahat kedalam sebuah penjara, maka jelas kita akan menjumpai pintu penjara yang masih tertutup. Kemudian kita baru akan membukakan pintu penjara tersebut ketika si penjahat akan memasukinya. Berbeda ketika kita akan kedatangan orang yang disegani, dihormati, orang yang ditunggu-tunggu kedatangannya, maka otomatis pintu gerbang telah dibuka terlebih dahulu sebelum orang yang dihormati tersebut datang. Pintu yang terbuka dahulu menandakan bahwa kita kan menyambut dengan sebaik-baiknya.
Ilustrasi demikian menggambarkan makna implisit yang ditujukan pada konteks situasi pada lafadz jannah dan naar. Dengan demikian, setiap lafadz yang dituturkan di dalam A-Quran mempunyai makna yang luas dan mempunyai maksud tertentu baik berdasarkan konteks emosi, konteks situasi, maupun konteks budaya. Wallahu A’lam.