Kehidupan sosial yang semakin berkembang tidak menutup kemungkinan terjadi berbagai konflik. Akar mulanya dikarenakan ada unsur kepentingan baik ekonomi sosial maupun politik. Agama pun tak ayal dapat terseret pada jurang perseteruan.
Dalam hubungan antar agama pada masa awal Islam, potret konflik salah satunya terjadi di antara umat Islam dengan kaum Yahudi Madinah dan orang Musyrik. Tetapi, selain memiliki lawan dua golongan itu, Islam di masa silam juga berteman dengan kaum Nasrani utusan Raja Najasyi. Informasi ini terekam dalam QS. Al-Maidah ayat 82 berikut:
لَتَجِدَنَّ أَشَدَّ ٱلنَّاسِ عَدَٰوَة لِّلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱلۡيَهُودَ وَٱلَّذِينَ أَشۡرَكُواْۖ وَلَتَجِدَنَّ أَقۡرَبَهُم مَّوَدَّة لِّلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱلَّذِينَ قَالُوٓاْ إِنَّا نَصَٰرَىٰۚ ذَٰلِكَ بِأَنَّ مِنۡهُمۡ قِسِّيسِينَ وَرُهۡبَانا وَأَنَّهُمۡ لَا يَسۡتَكۡبِرُونَ
“Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik. Dan sesungguhnya kamu dapati yang paling dekat persahabatannya dengan orang-orang yang beriman ialah orang-orang yang berkata: “Sesungguhnya kami ini orang Nasrani”. Yang demikian itu disebabkan karena di antara mereka itu (orang-orang Nasrani) terdapat pendeta-pendeta dan rahib-rahib, (juga) karena sesungguhnya mereka tidak menyombongkan diri” (Qs al-Ma`idah (5) : 82)
Ayat di atas turun dengan riwayat berikut
أخرج أبي حاتم عن سعيد بن المسيب عن أبي بكر بن عبد الرحمان وعروة بن الزبير قالوا : بعث رسول الله صلى الله عليه وسلم عمروبن أمية الضمري, وكتب منع الى النجاشي, فقرأ كتاب رسول الله صلى الله عليه وسلم ثم دعا جعفر بن ابي طالب والمهاجرين معه, , وأرسل إلى الرهبان والقسيسين, ثم أمر جعفر بن أبي طالب فقرأ عليهم سورة مريم, فامنوا بالقران وفاضت أعينهم من الدمع, فهم الذين أنزل الله فيهم : (لَتَجِدَنَّ أَشَدَّ ٱلنَّاسِ عَدَٰوَة) إلى قوله : (فَٱكۡتُبۡنَا مَعَ ٱلشَّٰهِدِينَ)
“Diriwayatkan dari Abu bakar bin Abdirrahman dan Urwah bin Zubair: “Rasulullah Saw telah mengutus Amr bin Umayyah Ad-Dhamari menyampaikan surat kepada An-Najasyi. Sesampainya ke hadapan An-Najasyi surat itu pun dibacanya. Raja Najasyi pun memanggil Ja’far bin Abi Thalib dan orang-orang yang hijrah bersamanya (hijrah ke Habsyah) serta para rahib dan pendeta. Ia pun menyuruh Ja’far bin Abi Thalib membaca Al Quran dan dibacanya surat Maryam. Semua yang hadir beriman kepada isi Al Quran dan berlinang-linang air matanya. Mereka inilah yang disebut Allah di dalam ayat tersebut di atas (Al-Maidah ayat 82 dan 83)” (‘Ab al-Rahman ibn Abu Bakr al-Suyuthi, Asbab al-Nuzul al-Musamma Lubab al-Nuqul Fi Asbab al-Nuzul, hal. 107)
Imam Ibnu Jarir at-Tabari dalam karyanya menerangkan bahwa pada kelompok yang paling keras memusuhi Nabi Muhamad Saw. adalah Yahudi dan kaum Musyrik. Hal ini dikarenakan oleh sikap kaum Yahudi khususnya Yahudi Madinah yang enggan mengikuti ajaran Nabi Muhammad Saw.. Sedangkan kaum Musyrik dalam ayat ini adalah kaum Musyrik Arab yang menolak menerima konsep Tauhid atau monoteisme dan tetap ingin menyembah berhala.
Sementara itu, yang dimaksud orang-orang yang dekat dengan kaum beriman adalah orang-orang Nasrani. Kaum Nasrani dalam ayat ini adalah rombongan delegasi yang diutus oleh raja Najasyi dari Habashah bersama Ja’far Ibn Abu Talib kepada Nabi Saw. (Muhammad ibn Jarir al-Tabari, Jami’ al-Bayan ‘An Ta`wil Ay al-Qur`an, Juz 8, hal. 593-594)
Imam Ibnu Kathir pun menjelaskan penafsiran ayat di atas dengan mengambil riwayat dari Sa’id Ibnu Jubayr dan as-Suddin yang menyatakan bahwa ayat ini juga turun terhadap delegasi raja Najasyi yang diutus kepada Nabi Muhammad Saw. lalu delegasi tersebut masuk Islam setelah mendengar bacaan Al Quran dari Nabi Saw. Kemudian delegasi tersebut kembali ke negerinya dan menyiarkan ajaran Rasulullah Saw.
As-Suddin sebagaimana yang dikutip oleh Imam Ibnu Kathir berpendapat bahwa Najasyi turut serta berhijrah dan wafat di jalan. Selain itu as-Suddin juga berpendapat bahwa Najasyi wafat di negerinya. Ketika Nabi Saw. mendengar kabar mangkatnya Najasyi, maka Rasulullah Saw. melaksanakan Salat Gaib bagi penguasa Habasyah tersebut (Ismail Ibn ‘Umar Ibn Kathir, Tafsir al-Qur`an al-Azim, Juz 3, hal. 166)
Muhammad Tahir bin ‘Asyur berpendapat bahwa orang-orang Yahudi dan Musyrik disebut sebagai musuh yang paling keras dikarenakan sifat orang Yahudi khususnya Yahudi Madinah dan Musyrik Arab pernah menjalin hubungan kerja sama dalam rangka memusuhi Nabi Saw. Keduanya pun memiliki kepentingan masing-masing dalam bersekutu, namun karena yang memiliki objek permusuhan sama, maka disinilah titik temunya (Muhammad Tahir ibn ‘Asyur, Tafsir al-Tahrir Wa al-Tanwir, Juz 7, hal. 6).
Masih menurut Ibnu ‘Asyur mengenai orang-orang yang dekat hubungannya dengan kaum beriman yakni kaum Nasrani maksudnya adalah kaum Nasrani yang beriman kepada Rasulullah Saw. Pada kaum tersebut terdapat al-Qissis yang berarti orang-orang alim dan ar-Ruhban yang berarti para rahib atau ahli ibadah. Kedua kelompok tersebut mengajarkan kepada umatnya untuk melaksanaan hidup sederhana dan zuhud sebagaimana yang dicontohkan pada aktivitasnya di gereja atau biara-biara yang ada di negeri Syam. (Muhammad Tahir ibn ‘Asyur, Tafsir al-Tahrir Wa al-Tanwir, Juz 7, hal. 8).
Dengan demikian dapat dipahami bahwa ayat di atas perlu dipahami sebab juga latar belakang turunnya mengenai hubungan antar agama. Selain itu kita tidak bisa menyatakan permusuhan terhadap sesuatu tanpa adanya sebab. Karena itu perlu memahami kembali sejarah yang terjadi pada masa turunnya firman Allah. Wallahu A’lam.