BerandaTafsir TematikKedudukan Manusia Sebagai Khalifah Allah Swt di Muka Bumi

Kedudukan Manusia Sebagai Khalifah Allah Swt di Muka Bumi

Kata khalifah secara harfiah diartikan dengan “pengganti, wakil.” Khalifah Allah berarti pengganti Allah, atau wakil Allah. Khalifatullah fil ardh, artinya “pengganti atau wakil Allah di bumi. Setiap manusia adalah khalifatullah (pengganti, wakil Allah) di bumi. Allah memberikan kewnangan kepada manusia untuk menjadi pengganti atau wakilnya di bumi ini dengan tugas yang sangat mulia yaitu, mengurus, mengelola, memanfaatkan dan menjaga alam untuk kemaslahatan hidup mereka. Allah Swt telah menciptakan bumi ini dengan seluruh isinya untuk manusia, untuk kesejahteraan, dan kemaslahatannya.

Siapa pun Anda, laki-laki mapun perempuan, yang memiliki jabatan tinggi maupun yang memiliki jabatan rendah, yang memiliki jabatan maupun tidak, yang miskin maupun yang kaya, selama Anda menjadi manusia, Anda adalah khalifah (pengganti, wakil) Allah di bumi ini.Anda ditugaskan oleh Allah untuk mengurus bumi ini sesuai dengan tuntan dan tuntunan-Nya. Kedudukan sebagai khalifah Allah adalah jabatan atau kedudukan yang paling tinggi yang diberikan Allah kepada manusia.

Adam dan seluruh keturunannya adalah khalifah Allah di bumi. Kedudukan sebagai khalifah kepada manusia, pertama kali diberikan oleh Allah kepada Adam a.s. Hal ini dinyatakan oleh Allah kepada para malaikatnya ketika Allah ingin menciptakan Adam. Adam langsung diangkat sebagai khalifah. Allah menyatakan di dalam QS. Al-Baqarah [2]: 30:

وَإِذۡ قَالَ رَبُّكَ لِلۡمَلَٰٓئِكَةِ إِنِّي جَاعِلٞ فِي ٱلۡأَرۡضِ خَلِيفَةٗۖ قَالُوٓاْ أَتَجۡعَلُ فِيهَا مَن يُفۡسِدُ فِيهَا وَيَسۡفِكُ ٱلدِّمَآءَ وَنَحۡنُ نُسَبِّحُ بِحَمۡدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَۖ قَالَ إِنِّيٓ أَعۡلَمُ مَا لَا تَعۡلَمُونَ ٣٠

“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”.

Pada saat pengangkatan Adam sebagai kahlifah Allah itulah, maka semua manusia dan seluruh keturunan Adam a.s. hingga akhir zaman adalah khalifah Allah di bumi. Jabatn sebagai khalifah Allah itu adalah jabatan yang paling mulia yang diberikan Allah kepada setiap manusia. Anda harus bangga dengan jabatan dan kedudukan. Sebagai khalifah Allah, Anda harus mampu mencerminkan segala aspek kehidupanmu sesuai dengan tuntunan dan tuntutan Allah.

Baca Juga: Aspek Pertama Membentuk Pribadi Manusia Unggul: Ilmu Pengetahuan

Allah telah memberikan kedudukan dan jabatan yang sangat mulia bagi manusia, yaitu jabatan kahalifah. Setiap manusia, mulai dari Adam a.s. hingga manusia yang terakhir dari cucu Adam adalah khalifah Allah di bumi. Allah telah menciptakan bumi dan segala isinya ini untuk makhluk manusia, bukan untuk makhluk yang lain. Karena setiap manusia yang lahir ke dunia akan menjadi khalifah Allah di bumi, maka sebelum dia lahir ke dunia ini, ada semua perjanjian kesepakatan antara Allah dan setiap janin yang ada di dalam rahim. Perjanjian itu seperti yang disebutkan di dalam QS. Al-A’raf [7]: 172:

وَإِذۡ أَخَذَ رَبُّكَ مِنۢ بَنِيٓ ءَادَمَ مِن ظُهُورِهِمۡ ذُرِّيَّتَهُمۡ وَأَشۡهَدَهُمۡ عَلَىٰٓ أَنفُسِهِمۡ أَلَسۡتُ بِرَبِّكُمۡۖ قَالُواْ بَلَىٰ شَهِدۡنَآۚ أَن تَقُولُواْ يَوۡمَ ٱلۡقِيَٰمَةِ إِنَّا كُنَّا عَنۡ هَٰذَا غَٰفِلِينَ ١٧٢

“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi”. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan).”

Perjanjian kesepakatan seperti itu telah dilakukan oleh Allah hanya kepada manusia, tidak terhadap makhluk-makhluk yang lain. Kesepakatan itu adalah bahwa manusia mengakui dan bersaksi bahwa Tuhannya adalah Allah. Oleh sebab itu, yang menjadi ciri (kriteria) utama bagi seorang kahalifah Allah adalah mengakui dan beriman kepada Allah sebagai tuhannya. Mereka mengakui bahwa Allah adalah Tuhan yang Maha Esa, tidak ada sekutu baginya, tidak ada Tuhan selain Dia. Apa yang telah menjadi perjanjiannya dengan Allah itu harus dilaksanakan oleh setiap manusia.

Kriteria kedua yang harus dimiliki oleh manusia yang menjadi khalifah Allah adalah menyembah Allah Swt. Menyembah Allah harus disertai dengan keyakinan bahwa Allah adalah Maha Esa, tidak ada sekutu baginya. Perintah untuk menyembah Allah itulah yang disampaikan setiap rasul yang diutus. Perintah untuk menyembah Allah itu yang menjadi tugas pertama dan utama dari tiap Rasul. Manusia harus menyembah Allah, Tuhan yang telah menciptakan bumi dan segala isinya. Sebagai khalifah Allah di bumi, harus menyembah Allah, tidak menyembah yang lain, selain Allah.

Ada sejumlah ayat yang menyebutkan tentang perintah untuk menyembah Allah itu. Di antaranya adalah ayat yang terdapat di dalam QS. Al-Baqarah [2]: 21: “Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa.”

Di dalam ayat ini Allah memerintahkan seluruh manusia untuk menyembah Allah swt, sebab Allah yang telah menciptakan mereka sehingga mereka berada di dunia.

Para rasul utusan Allah yang telah diutus kepada seluruh kaum, mulai dari Nabi Adam a.a. hingga Nabi Muhammad saw., yang menjadi tugas pertama mereka adalah menyerukan kaum dan umatnya untuk beribadah kepada Allah. Hal ini dinyatakan oleh Allah di dalam QS. Al-Nahl [16]: 36: “Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu”, maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).”

Di dalam ayat yang lain di dalam QS. Al-Mu’minun [23]: 32 Allah menyatakan: “Lalu Kami utus kepada mereka, seorang rasul dari kalangan mereka sendiri (yang berkata): “Sembahlah Allah oleh kamu sekalian, sekali-kali tidak ada Tuhan selain daripada-Nya. Maka mengapa kamu tidak bertakwa (kepada-Nya).”

Baca Juga: Aspek Kedua Membentuk Pribadi Manusia Unggul: Beramal dan Berkarya

Nabi Nuh, misalnya, yang diutus oleh Allah kepada kaumnya, dakwah yang pertama yang harus dilakukannya kepada kaumnya adalah menyerukan mereka untuk beribadah kepada Allah, yang digambarkan di dalam QS. Al-A’raf [7]: 59: “Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya lalu ia berkata: “Wahai kaumku sembahlah Allah, sekali-kali tak ada Tuhan bagimu selain-Nya”. Sesungguhnya (kalau kamu tidak menyembah Allah), aku takut kamu akan ditimpa azab hari yang besar (kiamat).”

Dari ayat-ayat itu dapat kita lihat bahwa semua manusia, yang memiliki kedudukan yang tinggi sebagai khalifah Allah itu harus beribadah kepada-Nya, tidak menyembah kepada selain Allah. Wallahu A’lam.

Ahmad Thib Raya
Ahmad Thib Raya
Guru Besar Pendidikan Bahasa Arab UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Dewan Pakar Pusat Studi Al-Quran (PSQ)
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Q.S An-Nisa’ Ayat 83: Fenomena Post-truth di Zaman Nabi Saw

0
Post-truth atau yang biasa diartikan “pasca kebenaran” adalah suatu fenomena di mana suatu informasi yang beredar tidak lagi berlandaskan asas-asas validitas dan kemurnian fakta...