Sayyidina Abu Bakar ash-Shiddiq yang merupakan sahabat terdekat Rasulullah dan menjadi khalifah pertama setelah wafatnya Rasul. Beliau memiliki banyak keutamaan yang diakui dalam sejarah Islam. Keutamaan dan keistimewaan Abu Bakar bahkan disinggung oleh Alquran, salah satunya dalam surah al-Lail.
Riwayat yang menyatakan bahwa sebagian besar isi surah al-Lail turun untuk mengabadikan akhlak mulia dan keistimewaan Abu Bakar di antaranya disampaikan oleh al-Hakim dalam kitabnya. Beliau menyebutkan bahwa ayat kelima hingga ayat terakhir surah tersebut turun berkenaan dengan kedermawanan Abu Bakar yang memerdekakan para budak yang lemah.
فَأَمَّا مَنْ أَعْطَى وَاتَّقَى (5) وَصَدَّقَ بِالْحُسْنَى (6) فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْيُسْرَى (7) وَأَمَّا مَنْ بَخِلَ وَاسْتَغْنَى (8) وَكَذَّبَ بِالْحُسْنَى (9) فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْعُسْرَى (10) وَمَا يُغْنِي عَنْهُ مَالُهُ إِذَا تَرَدَّى (11) إِنَّ عَلَيْنَا لَلْهُدَى (12) وَإِنَّ لَنَا لَلْآخِرَةَ وَالْأُولَى (13) فَأَنْذَرْتُكُمْ نَارًا تَلَظَّى (14) لَا يَصْلَاهَا إِلَّا الْأَشْقَى (15) الَّذِي كَذَّبَ وَتَوَلَّى (16) وَسَيُجَنَّبُهَا الْأَتْقَى (17) الَّذِي يُؤْتِي مَالَهُ يَتَزَكَّى (18) وَمَا لِأَحَدٍ عِنْدَهُ مِنْ نِعْمَةٍ تُجْزَى (19) إِلَّا ابْتِغَاءَ وَجْهِ رَبِّهِ الْأَعْلَى (20) وَلَسَوْفَ يَرْضَى (21)
5. Maka barangsiapa memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa, 6. dan membenarkan (adanya pahala) yang terbaik (surga), 7. maka akan Kami mudahkan baginya jalan menuju kemudahan (kebahagiaan), 8. dan adapun orang yang kikir dan merasa dirinya cukup (tidak perlu pertolongan Allah), 9. serta mendustakan (pahala) yang terbaik, 10. maka akan Kami mudahkan baginya jalan menuju kesukaran (kesengsaraan), 11. dan hartanya tidak bermanfaat baginya apabila dia telah binasa. 12. Sesungguhnya Kamilah yang memberi petunjuk, 13. dan sesungguhnya milik Kamilah akhirat dan dunia itu. 14. Maka Aku memperingatkan kamu dengan neraka yang menyala-nyala, 15. yang hanya dimasuki oleh orang yang paling celaka, 16. yang mendustakan (kebenaran) dan berpaling (dari iman). 17. Dan akan dijauhkan darinya (neraka) orang yang paling bertakwa, 18. yang menginfakkan hartanya (di jalan Allah) untuk membersihkan (dirinya), 19. dan tidak ada seorang pun memberikan suatu nikmat padanya yang harus dibalasnya, 20. tetapi (dia memberikan itu semata-mata) karena mencari keridaan Tuhannya Yang Mahatinggi. 21. Dan niscaya kelak dia akan mendapat kesenangan (yang sempurna).
Dalam Tafsir Ibnu Katsir (14/376-377) dijelaskan bahwa sifat dermawan Abu Bakar tersebut hingga mendapat protes dari ayahnya, Abu Quhafah. Ayah Abu Bakar tersebut berkata kepada sang anak, “Wahai anakku, aku melihatmu membeli budak yang lemah dan memerdekakannya. Sekiranya yang engkau beli dan merdekakan adalah budak yang kuat, niscaya dia mampu berusaha sendiri tanpa butuh bantuanmu dan di kemudian hari dia bisa menjadi pengawal dan pelindungmu.”
Sayyidina Abu Bakar ash-Shiddiq kemudian menjawab, “Wahai ayahku, aku hanya mengharapkan ganjaran berupa pahala di sisi Allah.” Lalu turunlah ayat, yang artinya, “Maka barang siapa memberikan hartanya di jalan Allah dan bertakwa…” (Q.S. al-Lail ayat 5 hingga akhir surah). (Tafsir at-Thabari 26/701)
Baca Juga: Tafsir Surah at-Taubah Ayat 40: Kisah Hijrah Abu Bakar
Ketakwaan dan Kedermawanan Abu Bakar
Tidak dipungkiri bahwa sahabat Abu Bakar as-Shiddiq adalah orang yang paling bersemangat untuk mengambil kesempatan dalam ketakwaan dan beramal. Terbukti dalam sejarah bahwa setiap yang diajarkan Rasulullah melalui turunnya ayat atapun hadis, beliau langsung mengimaninya dan melaksanakan amal saleh tersebut, termasuk untuk menafkahkan hartanya di jalan Allah. Dalam ayat lain seperti diriwayatkan pula oleh Ibnu Katsir, Alquran menyinggungnya dalam hal sedekah di surah al-Baqarah: 271.
Allah mengapresiasi Sayyidina Abu Bakar dalam surah al-Lail dengan menyebutnya sebagai seorang yang memiliki sifat a’tha yang berarti orang yang memberi dalam jumlah banyak. Itu karena sebagaimana dikatakan oleh Abdullah ibnu Zubair bahwa Abu Bakar adalah sahabat Nabi yang paling banyak memerdekakan budak. Kebanyakan dari budak-budak tersebut adalah budak yang lemah, orang tua, dan dari kalangan perempuan.
Sifat kedermawanan yang dimiliki Abu Bakar tersebut sejatinya sebab ketakwaannya kepada Allah sehingga Allah memberi beliau kelapangan rizki. Beliau membelanjakan hartanya bukan untuk kepentingan pribadi melainkan semata untuk memperjuangkan urusan agama-Nya. Di antaranya membebaskan budak-budak yang lemah.
Baca Juga: Belajar Kepada Abu Bakar tentang Ikhlas Memaafkan
Allah Memuliakan dan Mensucikan Abu Bakar
Lebih lanjut lagi, dalam ayat yang ketujuh belas hingga kedua puluh satu, Allah menyinggung Abu Bakar tentang balasan dari hal yang telah dilakukan oleh Abu Bakar. Inilah keistimewaan Abu Bakar berikutnya.
Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Urwah bahwasanya ayat itu turun berkenaan dengan Abu Bakar ash-Shiddiq yang memerdekakan tujuh orang hamba sahaya. Mereka semua mendapat siksaan (dari orang kafir) karena beriman kepada Allah. Hal itu dilakukannya bukan karena mengharapkan balasan dan ucapan terimakasih dari mereka. (Tafsir al-Quran al-Adzim 10/341)
Sementara dalam Tafsir al-Munir (15/561), Ibnu Abbas menerangkan bahwa ayat ini turun menyangkut Abu Bakar yang membeli Bilal Ibn Rabbah yang kemudian menjadi muadzin Rasul. Beliau membelinya dengan harga yang sangat mahal dari Umayyah Ibn Khalaf yang sering kali menyiksanya.
Diriwayatkan bahwa Bilal saat itu bertanya kepada Abu Bakar, “Kamu membebaskanku untuk kepentinganmu atau untuk kepentingan Allah?” Dan jelas bahwa apa yang dilakukan Abu Bakar as-Siddiq itu adalah semata-mata untuk mencari ridha Tuhannya.
Sungguh hanya orang-orang yang mulia sebagaimana Sayyidina Abu Bakar yang dapat memiliki hati tersebut, dengan keimanan yang kuat menumbuhkan rasa berbagi kepada saudaranya, tidak ada keraguan ketika memberikan seluruh hartanya untuk tegaknya agama Islam.
Melalui ayat-ayat ini, umat Islam dapat mengambil beragam pelajaran dan teladan sifat-sifat mulia sahabat terkasih Rasulullah, yakni Abu Bakar ash-Shiddiq. Beliau menjadi contoh dalam ketulusan dan ikhlas, Abu Bakar dikenal karena kedermawanan dan ketulusan dalam menginfakkan hartanya dalam jumlah banyak. Beliau tak pernah khawatir sedikit pun akan ditimpa kebangkrutan dan kefakiran sebagaimana termaktub dalam ayat 18-20 surah al-Lail, kedermawanannya dilandaskan pada keikhlasan yang sangat dijiwainya.
Berkat semua amal dan ketakwaan Abu Bakar, Allah Allah menganugerahinya banyak kemuliaan dan bahkan beliau dijanjikan taman surga yang luas juga berada di sisi Rasulullah. Wallah a’lam.