BerandaTafsir TematikKeistimewaan Bulan Syakban dan Turunnya Perintah Selawat

Keistimewaan Bulan Syakban dan Turunnya Perintah Selawat

Dalamn kalender Hijriah, salah satu bulan yang istimewa adalah Bulan Syakban. Bulan yang diapit dua bulan mulia, yakni Bulan Rajab sebagai salah satu Asyhurul Hurum (Bulan Haram) dan Ramadhan sebagai Sayyidul Syuhur (Pemuka Bulan-bulan), kerap kali tidak diacuhkan oleh sebagian umat Islam. Padahal, di bulan ini terdapat banyak sekali keistimewaan, baik yang berupa fadilah keutamaann ritual maupun dari aspek historis.

Dalam berbagai sumber, di antara peristiwa penting yang terjadi pada Bulan Syakban adalah perpindahan kiblat dari Baitul Maqdis ke Ka’bah di Makkah. Selain itu, pada bulan ini pula, Allah Swt. menetapkan takdir dan batas umur bagi seluruh makhluk bernyawa di dunia ini, tepatnya pada malan Nisfu Sya’ban.

Salah satu keistimewaan Bulan Syakban adalah diturunkannya perintah selawat kepada Nabi saw. Maka dari itu, bulan ini kerap kali dijuluki sebagai bulan selawat karena ayat yang memerintahkan selawat kepada Nabi saw. turun pada bulan ini. Perintah tersebut termaktub dalam QS Al-Ahzab ayat 56:

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya berselawat kepada Nabi. Wahai orang-orang yang beriman berselawatlah kalian kepada Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya.

Dalam ayat di atas, dikabarkan bahwa Allah beserta malaikat berselawat kepada Baginda Nabi. Namun, selawat dari Allah, malaikat dan orang-orang beriman memiliki makna dan pengertian yang berbeda beda.

Secara bahasa, selawat yang merupakan bentuk plural dari kata shalat memiliki arti doa. Ketika subjeknya adalah Allah Swt, selawat artinya limpahan rahmat dan rida. Ketika selawat subjeknya adalah malaikat, makna yang terkandung adalah doa dan istigfar. Dan, apabila subjeknya adalah manusia, selawat diartikan sebagai doa dan pengagungan [Tafsir al-Munir, juz 22, hal 96].

Baca juga: Malam Nisfu Syakban dan Penetapan Takdir

Menurut Imam Ibnu Katsir, ayat di atas merupakan pengakuan atas kemuliaan dan keagungan Nabi Muhammad saw. Dalam ayat tersebut, terkandung informasi bahwa penduduk langit berselawat kepada baginda Nabi saw. Maka dari itu, Allah Swt. memerintahkan penduduk bumi untuk berselawat kepada Nabi Muhammad saw. agar seluruh penghuni alam raya bersatu pada melantunkan selawat kepada Nabi saw. [Tafsir Ibnu Katsir, juz 6, hal. 404].

Berdasarkan ayat ini, ulama sepakat bahwa membaca selawat hukumnya wajib. Hal ini sesuai dengan kaidah dalam teori penafsiran teks bahwa pada dasarnya setiap perintah menunjukan makna kewajiban (الامر للوجوب حقيقة). Meski demikian, ulama berbeda pendapat mengenai waktu wajib membaca selawat. Di antaranya, ada yang berpendapat setiap selesai membaca tasyahud akhir dalam salat, ada yang berpendapat selawat wajib dibaca setiap nama Nabi Muhammad saw. disebut, dan beragam pendapat lainnya. Namun intinya, mereka sepakat bahwa membaca selawat wajib meskipun hanya sekali seumur hidup [Al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an, juz 14, hal. 232-233].

Awal Mula Turunnya Perintah Selawat

Dalam berbagai kitab tafsir, keterangan mengenai waktu dan awal mula turunnya ayat yang berisi perintah selawat tersebut sangat minim bahkan nyaris tidak ada. Meski demikian, dalam beberapa literatur, kita dapat kita jumpai bahwa ayat yang tersebut turun pada Bulan Syakban.

Dalam kitab Mazda fi Sya’ban misalnya, Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki menyitir keterangan dari berbagai sumber bahwa perintah membaca selawat kepada Baginda Nabi saw. turun pada Bulan Syakban. Karena itulah, para ulama menganjurkan untuk memperbanyak selawat pada bulan ini. Hal inilah yang menjadi faktor yang menyebabkan Bulan Syakban dijuluki sebagai bulan selawat.

Keutamaan Membaca Selawat Nabi

Sudah maklum di kalangan umat islam bahwa selawat memiliki banyak fadilah dan keutamaan. Dalam Kitab Mazda fi Sya’ban, Sayyid Muhammad al-Maliki menandaskan bahwa keutamaan membaca selawat sangat banyak. Di antaranya:

  1. Akan mendapat balasan selawat dari Allah Swt. dan malaikat-Nya. Hal ini sebagaimana hadis yang masyhur dari sahabat Abu Hurairah ra.

من صلى عليّ واحدة صلي الله عليه عشرا

Barang siapa yang berselawat kepadaku dengan satu selawat, maka Allah akan membalasnya dengan sepuluh selawat (HR Muslim).

Dalam riwayat lain, Rasulullah saw. bersabda:

من صلي عليّ لم تزل الملائكة تصلي عليه ما صلى عليّ

Barang siapa yang berselawat kepadaku maka malaikat akan senantiasa berselawat kepadanya selama ia masih berselawat kepadaku (HR Ahmad).

  1. Selawat dapat meningkatkan derajat seseorang di sisi Allah Swt. dan menambah kebaikan serta menjadi penghapus dosa dan kesalahan. Dalam sebuah hadis, Rasulullah saw. bersabda:

من صلى علي صلاة واحدة صلى الله عليه عشر صلوات، وحط عنه بها عشر سيئات، ورفعه بها عشر درجات

Barang siapa yang berselawat kepadaku dengan satu selawat, maka Allah akan membalasnya dengan sepuluh selawat, diampuni sepuluh kesalahannya, dan diangkat derajatnya sepuluh kali lipat (HR Al-Nasa’i).

Baca juga: Mengapa Dianjurkan Berpuasa di Bulan Syakban?

  1. Menjadi salah satu sebab memperoleh syafat Nabi saw. kelak di hari kiamat. Dalam sebuah hadis, beliau bersabda:

من صلى علي كنت شفيعه يوم القيامة

Barang siapa yang berselawat kepadaku maka akulah yang akan memberinya syafaat kelak di hari kiamat.

  1. Selawat dapat mendatangkan berkah dalam hidup dan menghilangkan kefakiran, sebagaimana dijelaskan dalam berbagai riwayat yang saling menguatkan satu sama lain. Salah satunya hadis Nabi saw.:

مثرة الذكر و الصلاة عليّ تنفي الفقر

Memperbanyak zikir dan selawat atasku akan menghilangkan kefakiran.

Masih banyak lagi keutamaan-keutamaan membaca selawat yang tidak dapat penulis jabarkan satu persatu.

Alhasil, Bulan Syakban disebut sebagai bulannya Nabi Muhammad saw. karena perintah selawat turun pertama kali pada bulan tersebut. Maka dari itu, mengingat keutamaan yang begitu besar dari selawat, umat Islam dianjurkan untuk memperbanyak membaca selawat, kususnya di Bulan Syakban ini. Wallahu a’lam.

Muhammad Zainul Mujahid
Muhammad Zainul Mujahid
Mahasantri Mahad Aly Situbondo
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

nasionalisme Nabi Muhammad_inspirasi cinta tanah air

Nasionalisme Nabi Muhammad saw: Inspirasi Cinta Tanah Air

0
Di era globalisasi, banyak anak bangsa yang merantau ke luar negeri untuk menimba ilmu, mencari pengalaman, atau membangun karir. Namun, tak sedikit dari mereka...