BerandaTafsir TematikKetika Ditimpa Musibah, Terus Ngapain? Ini Seharusnya Sikap Seorang Muslim

Ketika Ditimpa Musibah, Terus Ngapain? Ini Seharusnya Sikap Seorang Muslim

Saat ini, tidak ada seorang pun yang tidak terdampak oleh mewabahnya Virus Covid-19. Semua hampir merasakan dampak akibat virus Covid-19 yang sangat membahayakan ini. Begitu banyak problem kehidupan yang dirasakan oleh perseorangan, perusahaan, bahkan suatu negara sekalipun.

Disini penulis tidak akan menyebutkan secara mendetail apa dampak yang dirasakan oleh seluruh umat manusia khususnya umat Islam. Akan tetapi, segala sesuatu yang terjadi di muka bumi ini tidak sedetik pun lepas dari ketentuan-Nya. Segala hal yang terjadi pada kehidupan ini, senang-sedihnya, Bahagia maupun dukanya, nikmat ataupun musibah semua atas izin dan kehendak Allah SWT. Lalu bagaimana sikap seharusnya yang hendaknya kita lakukan untuk menghadapi suatu musibah.

Dalam Al Quran, Allah SWT menegaskan bahwa segala musibah yang terjadi adalah atas kehendak-Nya. Allah berfirman dalam Surat At-Taghabun Ayat 11:

مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ إِلا بِإِذْنِ اللَّهِ وَمَنْ يُؤْمِنْ بِاللَّهِ يَهْدِ قَلْبَهُ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ

“Tidak ada sesuatu musibah yang menimpa (seseorang), kecuali dengan izin Allah; dan barangsiapa beriman kepada Allah, niscaya Allah akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu’

Dalam kaidah Bahasa arab Lafadz مِنْ dalam ayat tersebut memiliki faidah “taukidul umum” yakni menguatkan kalam, yang berarti segala macam musibah, baik kecil atau besar, musibah yang menimpa perseorangan atau suatu negara,  dan musibah yang ada di dunia dan semesta ini maka semua atas kehendak dan izin Allah SWT.

Dalam Tafsir Al Jami’ li Ahkam Al Quran, dijelaskan oleh Al-Qurthubi bahwa sebab turunnya ayat ini disebabkan oleh ucapan orang kafir kepada para sahabat “seandainya apa yang kalian yakini (orang Islam) adalah suatu kebenaran, maka seharusnya Allah membantu kalian dari musibah di dunia ini”.

Selanjutnya, firman Allah yang artinya“barangsiapa beriman kepada Allah, niscaya Allah akan memberi petunjuk kepada hatinya”. Al-Qurthubi menjelaskan seorang mukmin akan senantiasa membenarkan dan mengetahui bahwa dia tidak akan ditimpa suatu musibah kecuali atas izin Allah. Dan Allah akan memberi petunjuk pada hatinya untuk sabar, ridha, dan ditetapkan menjaga  keimanan. 

Abu Ustman Al-Jiziy berkata: “barangsiapa yang selamat imannya maka Allah akan memberi petunjuk hatinya untuk mengikuti Sunnah. Dikatakan bahwa, barangsiapa yang beriman kepada Allah maka dia akan diberi petunjuk hatinya ketika ditimpa musibah dan kemudian dia akan mengucap inna lillahi wa inna ilaihi raaji’un”

Ibnu Katsir dalam tafsirnya menukil perkataan Ibnu Abbas tentang ayat ini, bahwa semua musibah datangnya atas kodrat dan kehendak Allah Swt, dan barangsiapa beriman kepada Allah ketika dia tertimpa musibah, kemudian ia menyadari bahwa ia adalah ketentuan Allah dan qadar-Nya, kemudian ia bersabar, mengharap pahala dari-Nya, dan berserah diri kepada ketentuan Allah, maka Allah akan memberi petunjuk kepada hatinya, dan Dia akan mengganti apa yang hilang darinya dengan yang sama atau yang lebih baik. 

Kemudian Allah melanjutkan dengan firman-Nya, “Dan Allah Maha Mengetahui atas segala sesuatu”. Al Qurthubi mengatakan, “Allah mengetahui dan tidak tersembunyi atas-Nya penyerahan diri orang yang tunduk dan berserah diri pada ketentuan-Nya, dan tidak pula (tersembunyi atas-Nya) kebencian mereka yang benci dan tidak ridha atas ketentuan-Nya.”

Sikap dalam Menghadapi Musibah

Dalam konteks kehidupan kita pada saat ini,  tidak seorangpun yang terlepas dari ujian dan cobaan atas musibah Virus Covid-19 ini. Kesulitan dalam mencari rezeki, kesulitan berinteraksi, kesulitan mendapatkan akses pendidikan, bahkan  untuk beribadah saja kita harus sedikit menurunkan ego agar segala peribadatan dilaksanakan di rumah. Hal ini merupakan efek dari bentuk ikhtiar dalam memutus mata rantai penyebaran virus corona.  

Sebagai seorang muslim untuk menyikapi musibah ini, setidaknya kita harus memahami dan mempercayai betul apa yang difirmankan oleh Allah Swt dalam surat At-Taghobun ayat 11 diatas.

Pertama, keyakinan bahwa semua musibah kecil atau besar, berulang-ulang atau tidak, sedikit atau banyak yang terjadi yang kita alami seluruhnya atas kehendak dan sepengetahuan Allah SWT. Allah adalah pencipta semesta dan jagat ini. Maka suatu hal yang mudah untuk Allah memberi musibah kepada makhluknya. Allah-lah yang memutuskan segala sesuatu untuk terjadi atau tidak, tak terkecuali tentang virus ini.

Kedua, Ketika seseorang sudah beriman kepada Allah dan membenarkan bahwa segal ujian dan musibah ini dari Allah, maka hatinya akan diberi petunjuk (hidayah) oleh Allah. Hidayah yang dimaksud ialah dia akan senantiasa sabar dan ridha atas segala ketetapan yang telah digariskan oleh Allah.

Jika seseorang sudah mendapatkan hidayah tersebut, seluruh musibah yang terjadi akan dapat menjadikannya lebih damai, tenang, nyaman, dengan penuh keyakinan akan kebenaran Allah. Terlebih Ketika Allah telah memberikan hidayah, dalam kehidupannya sehari-hari.

Seorang mukmin akan selalu mengetahui pekerjaan apa yang lebih baik dilaksanakan atau ditinggalkan. Dia akan selalu melakukan segala bentuk perbuatan yang bermanfaat bagi dirinya atau oran lain. Dengan penuh kesadaran seorang mukmin akan sangat peduli terhadap hal-hal kecil yang diperolehnya dan bersyukur atas apa yang masih bisa dinikmati. Tanpa sedikit pun terbesit dalam benaknya rasa putus asa, mengeluh dan melakukan hal-hal yang bisa merugikan diri sendiri atau orang lain.

Pada intinya, ayat ini memerintahkan kita untuk sabar, senantiasa taat kepada Allah serta rida atas  ketetapan-Nya ketika tertimpa musibah. Rasulullah selalu memerintahkan kita untuk berusaha sekeras tenaga dan memasrahkan hasilnya hanya kepada Allah. Semoga seluruh doa-doa kita dikabulkan oleh Allah. Amiin.

Wallahua’lam Bishhawab.

 

 

 

 

Arif Chasbullah
Arif Chasbullah
Alumni UIN Sunan Ampel Sby. Aktif di Center for Research and Islamic Studies (CRIS) Foundation.
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Sikap al-Qurṭubī Terhadap Riwayat Isrāīliyyāt

0
Tema tentang Isrāīliyyāt ini sangat penting untuk dibahas, karena banyaknya riwayat-riwayat Isrāīliyyāt dalam beberapa kitab tafsir. Hal ini perlu dikaji secara kritis karena riwayat ...