Salah satu kisah Nabi yang disinggung dalam Alquran adalah kisah Nabi Zakariya. Setidaknya tiga surah dalam Alquran menceritakan cuplikan dari kisah tersebut. Tiga surah yang dimaksud adalah surah Ali Imran ayat 37-41; Maryam ayat 4-11, dan surah al-Anbiya’ ayat 89-90.
Berdasar pada tiga surah tersebut, diketahui bahwa narasi kisah Nabi Zakariya dalam Alquran selalu beriringan (baik setelah maupun sebelum) dengan kisah Maryam. Sebagai misal yaitu narasi kisah Nabi Zakariya di surah Ali Imran ayat 37-41,
فَتَقَبَّلَهَا رَبُّهَا بِقَبُولٍ حَسَنٍ وَأَنْبَتَهَا نَبَاتًا حَسَنًا وَكَفَّلَهَا زَكَرِيَّا كُلَّمَا دَخَلَ عَلَيْهَا زَكَرِيَّا الْمِحْرَابَ وَجَدَ عِنْدَهَا رِزْقًا قَالَ يَا مَرْيَمُ أَنَّى لَكِ هَذَا قَالَتْ هُوَ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَرْزُقُ مَنْ يَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ (37) هُنَالِكَ دَعَا زَكَرِيَّا رَبَّهُ قَالَ رَبِّ هَبْ لِي مِنْ لَدُنْكَ ذُرِّيَّةً طَيِّبَةً إِنَّكَ سَمِيعُ الدُّعَاءِ (38) فَنَادَتْهُ الْمَلَائِكَةُ وَهُوَ قَائِمٌ يُصَلِّي فِي الْمِحْرَابِ أَنَّ اللَّهَ يُبَشِّرُكَ بِيَحْيَى مُصَدِّقًا بِكَلِمَةٍ مِنَ اللَّهِ وَسَيِّدًا وَحَصُورًا وَنَبِيًّا مِنَ الصَّالِحِينَ (39) قَالَ رَبِّ أَنَّى يَكُونُ لِي غُلَامٌ وَقَدْ بَلَغَنِيَ الْكِبَرُ وَامْرَأَتِي عَاقِرٌ قَالَ كَذَلِكَ اللَّهُ يَفْعَلُ مَا يَشَاءُ (40) قَالَ رَبِّ اجْعَلْ لِي آيَةً قَالَ آيَتُكَ أَلَّا تُكَلِّمَ النَّاسَ ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ إِلَّا رَمْزًا وَاذْكُرْ رَبَّكَ كَثِيرًا وَسَبِّحْ بِالْعَشِيِّ وَالْإِبْكَارِ (41)
Dia (Allah) menerimanya (Maryam) dengan penerimaan yang baik, membesarkannya dengan pertumbuhan yang baik, dan menyerahkan pemeliharaannya kepada Zakaria. Setiap kali Zakaria masuk menemui di mihrabnya, dia mendapati makanan di sisinya. Dia berkata, “Wahai Maryam, dari mana ini engkau peroleh?” Dia (Maryam) menjawab, “Itu dari Allah.” Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang Dia kehendaki tanpa perhitungan. (37) Di sanalah Zakaria berdoa kepada Tuhannya. Dia berkata, “Wahai Tuhanku, karuniakanlah kepadaku keturunan yang baik dari sisi-Mu. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar doa.” (38) Lalu, Malaikat (Jibril) memanggilnya ketika dia berdiri melaksanakan salat di mihrab, “Allah menyampaikan kabar gembira kepadamu dengan (kelahiran) Yahya yang membenarkan kalimat dari Allah, (menjadi) anutan, menahan diri (dari hawa nafsu), dan seorang nabi di antara orang-orang saleh.” (39) Dia (Zakaria) berkata, “Wahai Tuhanku, bagaimana aku bisa mendapat anak, sedangkan aku sudah sangat tua dan istriku pun mandul?” (Allah) berfirman, “Demikianlah, Allah melakukan apa yang Dia kehendaki.” (40) Dia (Zakaria) berkata, “Wahai Tuhanku, berilah aku suatu tanda (kehamilan istriku).” Allah berfirman, “Tandanya bagimu adalah engkau tidak (dapat) berbicara dengan manusia selama tiga hari, kecuali dengan isyarat. Sebutlah (nama) Tuhanmu sebanyak-banyaknya dan bertasbihlah pada waktu petang dan pagi hari.” (41)
Hubungan kerabat Nabi Zakariya dengan Maryam
Ibn Katsir dalam tafsir surah Maryam ayat 2 memberikan sedikit informasi tentang sosok Nabi Zakariya. Dijelaskan bahwa Nabi Zakariya adalah salah satu nabi dari Bani Israil, beliau seorang tukang kayu yang memenuhi kebutuhan hidupnya dari profresinya tersebut.
Dalam surah Ali Imran ayat 37 diinformasikan bahwa Nabi Zakariya lah perawat Maryam. Dijelaskan dalam Tafsir aṭ-Ṭabari bahwa ibu Maryam (Hanna bint Fāqūdz) wafat setelah melahirkan Maryam, sementara ayah Maryam wafat terlebih dahulu sebelum Maryam dilahirkan. Dengan demikian, Maryam sudah yatim piatu sejak kecil.
Selain sebagai perawat dan yang bertanggung jawab atas Maryam, Nabi Zakariya juga diceritakan dalam tafsir sebagai paman dari Maryam. Istri Nabi Zakariya adalah saudari perempuan dari ibi Maryam. Dengan demikian, Maryam masih kerabat dari Nabi Zakariya, yaitu keponakannya.
Baca Juga: Belajar Tentang Keteguhan Hati dari Doa-doa Nabi Zakaria
Termotivasi oleh kejadian yang dialami Maryam
Jika melihat dari cerita tentang doa Nabi Zakariya, yakni doa memohon untuk diberikan keturunan, dapat dipahami bahwa Nabi Zakariya hingga usia lanjut (dalam salah satu tafsir diterangkan usianya ketika itu adalah 70 tahun) belum mempunyai anak.
Kejadian ‘aneh’ yang dialami Maryam, yaitu selalu didapati makanan di sisinya, padahal tidak pernah diketahui ada yang keluar-masuk dari ruangan tersebut, membuat Nabi Zakariya bertanya-tanya, dan ketika dijawab oleh Maryam bahwa hal tersebut adalah rezeki dari Allah, Nabi Zakariya pun menjadi termotivasi untuk berdoa, memohon sesuatu yang menurutnya mustahil, tapi beliau yakin bagi Allah tidak ada sesuatu yang mustahil sepertu halnya memberi makanan kepada Maryam.
Nabi Zakariya kemudian berdoa dengan membawa segala kelemahannya, perihal dirinya yang sudah tua, istrinya yang mandul, memohon untuk diberikan keturunan yang baik.
Memohon seorang putra, dikaruniai seorang Nabi
Setelah dikabari bahwa Allah mengabulkan doanya, Nabi Zakariya masih juga belum percaya akan hal tersebut, karena mengingat usianya yang sudah lanjut, istri beliau juga dikatakan mandul. Namun lagi-lagi Allah menunjukkan kemahakuasaanNya. Bahkan di surah Maryam ayat 9 disampaikan bahwa hal yang demikian bagi Allah merupakan hal yang mudah,
قَالَ كَذَلِكَ قَالَ رَبُّكَ هُوَ عَلَيَّ هَيِّنٌ وَقَدْ خَلَقْتُكَ مِنْ قَبْلُ وَلَمْ تَكُ شَيْئًا (9)
Dia (Allah) berfirman ”Demikianlah.” Tuhanmu berfirman, ”Hal itu mudah bagi-Ku; sungguh, engkau telah Aku ciptakan sebelum itu, padahal (pada waktu itu) engkau belum berwujud sama sekali.”
Lebih dari itu, Nabi Zakariya yang hanya memohon keturunan untuk jadi penerusnya, Allah mengabulkannya dan menganugerahkannya tidak hanya seorang putra, tapi juga seorang Nabi yang diberi nama Yahya. Dijerlaskan pula dalam tafsir, seperti Tafsir aṭ-Ṭabari dan Tafsir Ibn Katsīr bahwa Nabi Yahya kelak adalah orang pertama yang mengimani kenabian Nabi Isa. Ini yang dimaksud dengan frasa muṣaddiq bi kalimat min Allah dalam ayat.
Baca Juga: Kisah Keluarga ‘Imran (Bag. 2): Nabi Zakariya dan Pengasuhan atas Maryam
Memperbanyak dzikir, syukur dan tasbih
Dalam Tafsir al-Qurtubi dijelaskan bahwa ketika istri Nabi Zakariya mengandung Nabi Yahya, Nabi Zakariya mulai tidak berbicara dengan seseorang, beliau saat itu lebih banyak membaca Taurat. Sementara dalam Tafsir Ibn Katsir, berdasar pada bunyi ayat, ketika istri Nabi Zakariya hamil, Nabi Zakariya diperintahkan untuk memperbanyak berdzikir, bersyukur dan bertasbih.
Demikian sedikit kisah Nabi Zakariya yang disinggung oleh Alquran. Kesabaran, ketabahan dan kepasrahan beliau kepada Allah dapat menjadi contoh dan teladan untuk kita semua. Wallah a’lam.