BerandaUlumul QuranKontribusi Al-Qur’an terhadap Perkembangan Bahasa Arab

Kontribusi Al-Qur’an terhadap Perkembangan Bahasa Arab

Selain punya peran sebagai sumber hukum primer dalam kajian keislaman, Al-Qur’an juga punya kontribusi yang penting dalam perkembangan bahasa Arab. Bahasa Arab merupakan bahasa yang dipilih Allah SWT sebagai sarana penyampaian firmanNya dalam Al-Quran. Faktor terkuatnya, adalah alasan geografis. Karena Nabi saat itu diturunkan di Jazirah Arabia, maka wahyu juga harus menggunakan bahasa yang paling banyak digunakan disana. Selain faktor geografis, Al-Quran sendiri sering menyebutkan bahwa bahasa Arab punya potensi riset yang tinggi dalam kajian bahasa, diantaranya dalam surah Yusuf ayat 2:

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ قُرْآنًا عَرَبِيًّا لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ

Artinya : “Sungguh kami turunkan pada Muhammad, Al-Qur’an dengan menggunakan bahasa Arab agar kalian semua berpikir” (QS. Yusuf : 2)

Hal tersebut memungkinkan para pemerhatinya untuk membedah secara ilmiah dalam tataran yang cukup rinci. Hal ini tentu berpengaruh pada penafsiran Al-Quran, dimana bahasa punya andil yang penting di dalamnya.

Baca juga: Hukum Membaca Surat-Surat Al-Qur’an Tanpa Berurutan

Hubungan antara bahasa Arab dengan Al-Quran tidak hanya terjadi satu arah. Al-Quran tidak hanya “mempergunakan” bahasa Arab sebagai wasilah untuk menyampaikan wahyu. Al-Quran juga punya jasa yang besar dalam pengembangan bahasa Arab di masa mendatang. Sebuah peribahasa berkata

لَوْ لَا الْقُرْآنَ لَضَاعَتِ الْعَرَبِيَّةُ

“Kalau bukan karena jasa Al-Quran, Bahasa Arab pasti sudah hilang”

Al-Quran menyelamatkan bahasa Arab dari kepunahan

Salah satu jasa terbesar Al-Quran adalah menjaga bahasa Arab dari potensi kepunahan. Berkat Al-Quran, bahasa Arab dipelajari oleh banyak orang. Tentu saja hal ini terjadi Karen syarat utama memahami Al-Quran adalah dengan belajar bahasa Arab. Karena saat itu bahasa Arab sudah terpecah menjadi berbagai dialek, antar kabilah satu dengan yang lain punya dialek yang bebeda. Perpecahan dialek yang terlalu banyak dan tidak adanya patokan dialek standar akan membawa bahasa pada kepunahan, karena penutur fasihnya sudah tidak eksis. Uril Bahruddin dalam Fiqh Al-Lughah Al-‘Arabiyah menyebutkan bahwa :

فَإِنَّ بَقَاءَ اللُّغَةِ الْعَرَبِيَّةِ إِلَى الْيَوْمِ وَإِلَى مَا شَاءَ اللهُ رَاجِعٌ إِلَى الدِّفَاعِ عَنِ الْقُرآنِ. لِأَنَّ الدِّفَاعِ عَنْهُ يَسْتَتَّبِعُ الدَّفَاعَ عَنْهَا لِأَنَّهَا سَبِيْلُ إِلَى فَهْمِهِ. بَلْ لِأَنَّهَا سَبِيْلٌ إِلَى الْإِيْمَانِ بِأَنَّ الْإِسْلَامَ دِيْنُ اللهِ. وَأَنَّ الْقُرْآنَ مِنْ عِنْدِ اللهِ لَا مِنْ وَضْعِ النَّبِيِّ وَأَصْحَابِهِ. فَالْقُرآنُ الْكَرِيْمِ بِحُكْمٍ إٍنَّهُ لِسَانُ الْإِسْلَامِ النَّاطِقِ وَمُعْجِزَاتِهِ الْبَاقِيَّةِ. هُوَ الَّذِيْ حَفِظَهَا مِنَ الضِّيَاعِ

“Maka sungguh bahasa Arab bisa langgeng (eksistensinya) hingga saat ini, dan hingga nanti sesuai kehendak Allah disebabkan penjagaan terhadap Al-Quran. Karena menjaga Al-Quran sama nilainya dengan menjaga bahasa Arab, karena bahasa Arab adalah jalan menuju memahami Al-Quran. Bahkan, bahasa Arab adalah jalan menuju iman dan Islam agama Allah. Dan karena Al-Quran berasal dari Allah, bukan buatan Nabi dan para sahabat. Al-Quran secara de-jure adalah lisan Islam yang bergumam serta mukjizat Islam yang abadi. Al-Quranlah yang menjaga bahasa Arab dari kepunahan”

Bahkan tidak sampai pada kepunahan, Al-Quran mampu menyelamatkan bahasa Arab dari transisinya menuju bahasa liturgis. Bahasa liturgis merupakan bahasa yang sudah mati sebagai alat komunikasi, hanya dijumpai dalam ritual keagamaan. Beberapa bahasa liturgis yang kita kenal adalah bahasa Koptik yang digunakan umat Kristiani – Koptik di Alexandria, Mesir. Serta bahasa Sansekerta yang masih tertulis dalam kitab suci hindu-buddha.

Baca juga: Tafsir Tarbawi: Belajar Tawadhu dari Kisah Nabi Sulaiman

Al-Quran sebagai Standarisasi Dialek

Bahasa Arab pernah mengalami fase perbedaan lahjat (dialek) yang cukup ekstrem. Pada masanya, ada ratusan kabilah dengan dialek berbeda – beda. Perbedaan dialek ini berarti bahasa Arab tidak punya sistem standarisasi yang mampu mempersatukan satu kabilah dengan kabilah lain. Walaupun tidak menimbulkan efek yang cukup besar, namun standarisasi dalam sebuah bahasa adalah hal penting. Tanpa adanya standarisasi, kita tidak akan pernah tahu mana bahasa resmi yang digunakan, mana yang bahasa slang. Sehingga peradaban bangsa tersebut akan stuck  disitu saja, tak akan bisa berkembang.

Al-Quran menawarkan gagasan standarisasi bahasa yang akhirnya dijadikan sebagai patokan utama dalam dialek. Al-Quran menggunakan dialek Quraisy, sehingga dialek Quraisy menjadi patokan dialek standar dalam bahasa Arab.  Banyak faktor yang diduga menjadi alas an kuat penggunaan dialek Quraisy sebagai dialek Al-Quran. Diantaranya adalah tingkat kesulitannya yang cenderung kecil, keindahan, dan kegamblangannya serta kondisi demografi objek dakwah yang kala itu kebanyakan hidup di lingkungan Quraisy.

Munculnya inisatif penyusunan disiplin ilmu Bahasa Arab

Nooruddin Attar dalam bukunya Al-Quran Al-Karim wa Ad-Dirasaat Al-Adabiyah menyatakan

وَالسِّرُّ فِيْ ذَلِكَ أَنَّ رَسْمُ الْقُرآنِ جَعَلَ أَصْلاً لِلْكِتَابَةِ الْعَرَبِيَّةِ، ثُمَّ تَطَوَّرَتْ قَوَاعِدُ الْإِمْلَاءِ الْعَرَبِيَّةِ بِمَا تُنَاسَبُ مَعَ مَزِيْدِ الضَّبْطِ وَتَقْرِيْبِ رَسْمِ الْكَلِمَةِ مِنْ نُطْقِهَا. فَكَانَ الْقُرآنُ الْكَرِيْمُ الْفَضْلَ فِيْ حِفْظِ رَسْمِ الْكَلِمَةِ عَنْ الْاِنْفِصَامِ عَنْ رَسْمِ الْقُدَمَاءِ

“Rahasianya adalah bahwa  teknik kepenulisan Al-Quran menjadi standar kepenulisan bahasa Arab. Kemudian berkembanglah Qawaid Al-Imla’ dengan berbagai penyesuaian, seperti aturan tambahan, dan perkiraan tulisan yang berasal dari perkataan. Maka Al-Quran Al-Karim unggul dalam menjaga standar kepenulisan kata dari missing link dengan penulisan klasik”

Dengan adanya Al-Quran, para cendekiawan jadi tahu bagaimana standarisasi bahasa yang tepat dan benar. Maka Al-Quran dijadikan korpus data untuk mengembangkan keilmuan bahasa Arab yang lebih komperhensif. Sebelumnya, bahasa Arab belum mengenal  sistem gramatika. Al-Quran lah yang dijadikan patokan utama para linguis untuk menyusun standar gramatika. Bagaimana susunan yang seperti ini bisa terjadi, dan apakah Al-Quran pernah menggunakannya.

Baca juga: Melacak Sumber Angka 6666 dalam Penghitungan Ayat Al-Quran

Dengan adanya hal ini, bahasa Arab jadi punya nilai intelektualitas yang lebih dari sebelumnya. Orang – orang barat yang tertarik dengan Islam akhirnya juga belajar bahasa Arba. Sehingga bahasa Arab pada akhirnya mampu menjadi salah satu bagian dari Bahasa Internasional yang dilindungi dibawah naungan PBB. Dengan adanya standarisasi Qawaid¸keilmuan bahasa Arab bisa dikonsumsi secara internasional dan dipelajari setiap orang.

Dari uraian diatas, perlu kita garis bawahi bahwa yang sebenarnya terjadi adalah tanpa Al-Quran, mungkin kini bahasa Arab telah punah atau setidaknya sulit berkembang. Arus global yang kian cepat mengikis habis bahasa – bahasa yang sepi penutur. Bias budaya dalam level internasional ini bahkan memungkinkan dunia hanya akan menggunakan satu bahasa terkuat. Oleh karenanya bahasa Arab sebagai salah satu produk budaya dapat berkembang hingga saat ini, semuanya tak lepas dari andil besar Al-Quran di dalamnya.

Wallahu A’lam

Muhammad Bachrul Ulum
Muhammad Bachrul Ulum
Mahasiswa Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, peminat kajian linguistik Al-Quran
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Penggunaan tinta merah pada frasa walyatalaththaf dalam mushaf kuno Kusamba, Bali (Sumber: Balai Litbang Agama Semarang)

Tinta Warna pada Mushaf Alquran (Bagian II)

0
Merujuk keterangan yang diberikan oleh Abu ‘Amr al-Dani (w. 444 H.), penggunaan tinta warna dalam penulisan mushaf Alquran awalnya merupakan buntut dari diterapkannya diakritik...